1-1

To Make You Fell Better

Himchan membanting remote TV nya kasar. Tak ada acara yang bagus untuk ditonton pagi ini. Himchan heran sendiri kenapa acara TV Korea di pagi hari ini serasa membosankan.

Ia melihat sekeliling. Rumah besar ini terlihat hampa dan kosong. Seluruh anggota keluarganya sedang menikmati hari libur, kecuali dirinya.

“Jongup ahhh~” Himchan memanggil Jongup dengan nada seperti seorang ibu pada anaknya. Tapi kemudian ia sadar bahwa Jongup tidak disini.

Himchan mengerang kesal, pasalnya absennya Jongup berarti ia tidak mempunyai mainan kecil untuk menghibur hatinya. Ia memutar otak lalu ide membuat americano muncul dibenaknya. Segera ia bangun lalu menuju pantry dimana coffe maker berada.

Tangan panjangnya berhasil meraih satu kotak biji kopi yang masih segar yang terletak di laci paling atas. Tapi disini ia menghadapi masalah lagi.

'Bagaimana ia bisa membuka kotaknya dengan hanya satu tangan?'

Himchan menyerah, lebih tepatnya putus asa. Tak ada yang bisa ia lakukan dengan kondisi tangan kanannya dibebat seperti ini. Bahkan melakukan hal kecil seperti membuka tutup toples.

Ahh, ia berharap ia bisa kembali ke dorm dan bertemu dengan para member saat ini. Ia merindukan mereka semua, terutama si idiot Jongup yang berhasil membuat tangannya seperti ini. Lemah dan terkulai tak berdaya.

Ya, jika kau bertanya apa yang terjadi pada jari Himchan, maka jawabannya adalah Jongup. Bukan semua rumor yang beredar di internet, bahkan pengakuan TSent yang selama ini mengatakan bahwa Himchan terluka karena terjatuh dari van adalah skenario belaka.

Cerita yang sebenarnya, hanya Himchan dan Jongup yang tahu. Himchan bahkan tidak mau mengatakan kejadian yang sebenarnya. Setiap kali manager Kang bertanya maka ia akan selalu menjawab, “Sudahlah hyung, mari kita percaya saja pada statement yang dikeluarkan perusahaan. Aku sama sekali tidak mau membicarakan hal itu lagi.”

Akhirnya, manager Kang menyerah pada Himchan, ia tak pernah berniat untuk menanyakan hal itu lagi pada Himchan.

Sebenarnya, alasan Himchan menutupi kejadian ini adalah Jongup. Ia tak mau membuat Jongup merasa bersalah atas apa yang terjadi pada tangannya itu.

Ia sama sekali tidak bisa membayangkan betapa bersalah dan malunya Jongup ketika orang lain mengetahui kejadian yang sebenarnya. Sebaliknya, Himchan pasti akan merasa sedih ketika ia tidak melihat senyum angelic Jongup menghilang dari wajah polosnya.

Jadi, ia membiarkannya.

Biar saja tangannya seperti ini, asalkan dengan begini ia bisa melidungi malaikat kecil nya yang bodoh itu.

Tiba tiba saja bel berbunyi, Himchan segera berlari menuju interkom untuk melihat siapa yang datang. Seketika itu juga, senyum terbentuk dari bibir tipisnya.

Himchan bisa saja menekan tombol di interkom untuk langsung membuka kunci pintu rumahnya dan mempersilahkan tamu itu masuk dengan sendirinya. Tapi ia tidak melakukan hal itu, ia berlari kecil dan bersusah payah memutar kenop pintu yang lumayan berat dengan hanya satu tangan.

“Hyuunggg~~~”

Tak ada sapaan formal seperti biasanya, tamu itu langsung memeluk Himchan.

Himchan sedikit terjengkang ke belakang, tapi ia berhasil menguasai diri.

“Kenapa kau baru datang, Jonguppie?”

Ya, dia menanyakan hal itu karena dia memang meridukan Jongup. Sangat.

Jongup menghiraukan pertanyaan Himchan tadi. Ia menyingkir ke samping lalu tangannya merangkul bahu Hyung nya. Mereka menuju ruang tengah, Jongup memegangi Himchan layaknya Himchan baru keluar dari rumah sakit.

“I'm not the sick man you know,” Himchan berujar pada Jongup ketika mereka sudah merebahkan diri di sofa empuk yang terletak di ruang tengah yang luas. Tapi kemudian Himchan menyesal telah mengatakan kalimat itu.

Jongup langsung menunduk, “Maafkan aku, aku telah membuatmu seperti ini.” Ia tahu ia telah berbuat salah. Sangat salah.

Himchan semakin merasa menyesal telah mengangkat topik itu. Seharusnya ia berpikir sebelum berkata demikian. Sebelum membuat Jongup kembali menghilangkan senyumnya dan tergantikan dengan mimik yang luar biasa sedih.

“Sudah berapa kali kubilang ini bukan salahmu!” sahut Himchan.

Diam diantara mereka. Himchan tidak suka hal ini. Diam yang membekukan. Jongup sendiri hanya bisa menunduk menatap sepatu sneakernya. Ia benar-benar tidak suka ketika atmosfer diantara mereka berubah menjadi tidak enak seperti ini.

“Buatkan aku kopi,” Himchan berkata kemudian.

Jongup menoleh, lega akhirnya Himchan kembali ke sifatnya semula.

Jongup berdiri dengan cepat, ia dengan senang hati menerima tugas itu. Tak lama kemudian Jongup sudah begumul dengan coffe maker di pantry.

“Dimana abonim dan eomonim, hyung?” Jongup bertanya dari balik coffe maker.

Himchan yang berada di meja bar memperhatikan Jongup, lalu beringsut bangun dari duduknya. Ia kemudian mengambil kursi didepan meja bar, agar dapat lebih dekat dengan Jongup. “Mereka pergi, acara keluarga di luar Seoul. Dan aku sendirian disini, dengan tangan di bebat dan tak bisa melakukan apapun....” Himchan bercerita, “... untungnya kau datang.”

Jongup yang sedang memasukan biji kopi ke dalam coffe maker tertawa kecil mengingat masalah yang telah dibuatnya, ia baru berani tertawa setelah memastikan nada suara Himchan yang tidak terdengar marah seperti tadi. “Aku datang kesini hanya ingin menebus dosa karena mematahkan jarimu.” Jongup menatap Himchan.

Himchan membalasnya dengan senyuman. Ia sama sekali tidak merasa marah pada Jongup, “Lakukan penebusan dosamu dengan benar kalau begitu. Kau harus menemaniku SEHARIAN!!!” Himchan kembali tertawa.

Akhirnya, ia bisa mengambil sisi positif dari jarinya yang patah, ia bisa melakukan apapun dengan Jongup.

Lima belas menit kemudian, kopi yang dibuatkan Jongup sudah siap. Jongup menaruh secangkir kopi itu dihadapan Himchan di meja bar.

Himchan menyeruputnya menggunakan tangannya yang masih berguna, selanjutnya ia terkejut. Kopi buatan Jongup sangatlah lezat. Ia heran, karena ini pertamakalinya ia mencicipi kopi buatan dongsaeng favoritnya.

“Kenapa kau tidak bilang kau pandai membuat kopi?!”

“Eh, kopi buatan ku... enak?” Jongup setengah tidak percaya. Tidak pernah ada yang memuji kopi buatannya. Bahkan ayahnya sekalipun yang terbiasa dengan kopi yang dibuat Jongup. Tanpa disadari, pipi Jongup memerah.

Himchan tertawa kecil, melihat reaksi Jongup dan perubahan rona di pipinya selalu berhasil menggelitik perutnya. Jongup terlalu lucu, bodoh dan polos. Ah, dan terlalu menggemaskan. Himchan kembali bersua, “Sungguh, kalau begitu setiap pagi kau harus membuatkanku secangkir kopi.”

Kata kata itu membuat Jongup melambung tinggi ke awan awan. Ia memang sering mendengar pujian yang dilontarkan Himchan terhadapnya, tapi Jongup masih belum terbiasa debgan efek setelahnya. Jongup mengangguk senang. Senang karena akhirnya dia bisa berguna untuk hyungnya.

“Argh!” Himchan mengerang. Kopi yang tadi dipegang nya tumpah membasahi area dimana jarinya masih dibebat dengan perban.

Akh, kenapa bisa sakit sekali?

Jongup dengan sigap berlari, ia mengambil kotak First Aid yang terletak di pojok ruangan. Secepat kilat, ia sudah berada tepat disamping Himchan. Ia membantu Himchan membuka sling, dan membuka perbannya. Disana, Jongup melihat betapa parahnya masalah yang telah ia buat pada Himchan.

Jari Himchan hampir tidak bisa bergerak sama sekali, sedikit saja Jongup tidak sengaja menyentuh jarinya ketika membersihkan lukanya, Himchan langsung mengerang. Dan itu membuatnya merasa berdosa. Sangat berdosa.

Jongup memilih untuk terus menunduk sambil memperbaharui perban Himchan yang tadi basah terkena kopi, ia bahkan tak berani untuk menengadahkan kepalanya menatap hyungnya itu. Ketika perban barunya sudah seratus persen terpasang di tangan Himchan, Jongup langsung berdiri da dan ia melangkah pergi. Ia terlalu malu.

Ia memang bodoh. Jongup bodoh.

“Mau kemana kau?” Himchan menahan lengan Jongup.

Jongup bergeming. Membuat Himchan geram. Himchan berdiri, memutar badan Jongup agar ia dapat melihat wajahnya.

Himchan mendesah lelah seketika melihat mata Jongup yang sudah berair. Ia segera memeluk tubuh remaja yang lebih muda darinya itu. Himchan mengelus rambut Jongup dan menaruh kepalanya dalam pelukannya.

Jongup menangis sesenggukan di dada Himchan. Badannya bergetar, tapi kemudian ia merasa sangat nyaman ketika Himchan memeluknya.

Ia kemudian mengungkapkan perasaannya yang sedari tadi menggelayut berat di hatinya. “Hyung aku benar benar menyesal...” Jongup berusaha menahan airmatanya tapi ia tidak bisa, “... maafkan aku.”

Himchan berusaha menenangkan perasaan Jongup yang sedari tadi dihantui oleh rasa bersalah. “Gwenchana... hyung tidak apa apa. Sekarang, maukah kau berhenti menangis? Kau sudah delapan belas tahun.”

Jongup mengangguk kecil walaupun ia tahu Himchan tidak dapat melihatnya. Ia juga berjanji akan menjaga hyungnya ini agar tidak ada satu gores pun luka ditubuhnya.

“Sekarang....” Himchan berkata kemudian, memecah keheningan, “... aku ingin membuatmu melupakan semua itu.”

“Apa yang harus kulakukan, Hyung?” Jongup bertanya dengan wajah polos. “Aku berjanji akan melakukan yang kau bilang hyung. Hyung butuh apa? Aku bisa membantumu membersihkan kamar, membuatkan kopi, menyuapi makan... dan humpphh”

Jongup tidak mempunyai kesempatan menyelesaikan kalimatnya. Mulutnya segera di kunci oleh Himchan.

Ya Tuhan... Jongup tidak bisa berpikir lagi. Tubuhnya merasakan getaran hebat ketika Himchan menciumnya. Ia benar benar akan menjadi gila, Himchan berhasil membuat Jongup merasakan fantasi terhebatnya selama delapan belas tahun ini.

Jongup menutup matanya perlahan. Merasakan sensasi Himchan ditubuhnya. Himchan hyung memang terlalu sempurna. Aromanya, desahan napasnya, sentuhan bibirnya.....

Himchan mengecup pelan bibir Jongup. Karena baginya, Jongup terlalu berharga. Karenanya, anak polos itu adalah satu satunya harta yang Himchan akan lindungi sampai ia mati. Himchan tak mau menyakiti anak itu, ia melakukannya dengan pelan dan lembut. Namun cukup memberikan arti pada mereka berdua. Dengan tangannya yang masih tersisa dan masih berguna, Himchan menekan tengkuk Jongup agar memperkecil jarak diantara mereka.

Jongup tidak menolaknya, jelas ia menginginkan hal ini dari Hyung nya. Saat saat ketika ia sudah cukup pantas untuk dideklarasikan menjadi milik Himchan.

Mereka menautkan bibir mereka dalam beberapa menit kedepan. Bertukar saliva dan berbagi cinta. Ada satu hal yang tersirat dalam ciuman mereka, lebih besar dari arti cinta itu sendiri.

Himchan melepaskan ciuman mereka perlahan, ia melihat Jongup yang masih menutup matanya kemudian perlahan lahan balik menatapnya.

Selama sepersekian detik mereka terdiam, saling mengucapkan terima kasih melalui mata mereka. Dan juga kata “saranghae”.

Himchan tersenyum, kemudian berkata “Itu hadiah ulang tahunmu dariku....”

Jongup tersenyum mendengarnya. Kalau begitu, itu adalah hadiah terindah yang pernah diterimanya.

Melihat senyum Jongup-nya, Himchan merasa gemas. Ia melingkarkan tangannya ke pinggang Jongup lalu menariknya. Kini jarak mereka hanya beberapa inchi saja.

Jongup masih menatap mata Himchan dalam dalam. Ia tak mau kehilangan momen seperti ini. Perlahan, tangan Jongup melingkar di pinggang Himchan. Ia menaruh kepalanya di dada pria pemilik suara husky tersebut. Ia merasa damai berada dalam pelukan Himchan. Satu perasaan yang tak pernah berubah semenjak ia mengenalnya.

Himchan balas memeluknya, “...dan juga hukuman untukmu karena telah mematahkan jariku,” Himchan bergurau.

Jongup hanya tertawa kecil. Setelah momen tadi berakhir, ia merasa lega karena akhirnya ia tahu Himchan tidak berpikir buruk tentangnya. Sebaliknya, ia merasa senang karena Himchan berhasil membuat Jongup tidak dibebani perasaan bersalahnya.

Jongup mengangkat kepalanya, memandang wajah manekin dihadapannya. Ia hanya memberikan senyuman pada Himchan-nya. Sebuah senyuman yang sebenarnya adalah hal yang sangat sederhana namun telah membuat dunia Himchan terjatuh jungkir balik karenanya.

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
drew_alana
#1
Chapter 1: Sangat menyentuh, suka sekali! Tapi keromantisan mereka apa hanya ada dalam cerita? Rasanya sedih kalau kebersamaan mereka itu palsu, karena cerita-cerita indah ini hanya melambungkan angan2 'die hard' fans mereka yg benar2 mengharapkan mereka bersama....I loved Himchan and I loved Jongup too.
summertha
#2
Chapter 1: God... so sweet... so fluffy...
rapih sekali bahasanya, jad feel dan pesannya sampe bgt.. :)
summertha
#3
Chapter 1: God... so sweet... so fluffy...
rapih sekali bahasanya, jad feel dan pesannya sampe bgt.. :)
hneulra
#4
Terharu sumpah. Akhirnya ada juga yang nulis ff HimUp B.Indo ;___;
ababyzdirectory
#5
hello your story has been added to the b.a.p fanfic directory, ababyzdirectory, on tumblr. If you do not wish for it to be in the directory, please tell me and I will immediately remove it.
SuperCloud_Nov #6
Chapter 1: asdfghjkl kyaaaaaaakk!! *muter2 gaje ala mbak Hyosung*
ini unyu sekali.... >.< terlalu fluffy!! Kyaaaaaak! >.<
my Himup feels.... ini terlalu unyuu~
jadi pengen muntahin pelangi & unicorn nih.. >,< #plak
please buat FF Himup yg banyak ya author-nim~ saya bakal tunggu FF Himup bahasa Indonesia dari author-nim.. XD
northerndownpour
#7
Chapter 1: You're back! ^-^
Yg ini sweet sekali... Bikin aku kangen bgt sama HimUp.
Semoga Himchan cpt comeback & kembali pada Jongupnya ^w^
Thanks for this story!
nnisarah
#8
Chapter 1: Kyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!
어떻게 어떻게!! Ff ini bikin ak senyum2 gak jelas. XD kyaaaaaaaaaa~
So sweeeeeeeeet~
Lol keren keren~ XD
Kkkkk akhirnya ak nemu orang indo disini. Lol.
whitecolour
#9
Chapter 1: Lol first time I've read a fanfic in Indonesian... I'm not too good in that language but the fic is pretty sweet!