That Moment

Big Bang's Dignity

 

Revana Kristianti adalah salah satu warga Negara Indonesia yang kuliah di Jepang. Ia tinggal bersama sepupunya yang juga bekerja di Jepang, lebih tepatnya di kedutaan besar Indonesia untuk Jepang.

Revana kuliah di TODAI atau Tokyo Daigaku, tepatnya Universitas Tokyo yang merupakan universitas peringkat 11 di dunia. Revana sangat cerdas, karena itulah keluarganya menguliahkan dia ke luar negeri.

Ia tinggal bersama sepupunya Rani setiawan, sepupunya yang masih muda namun berhasil sukses menjadi salah satu orang yang penting untuk menjaga jalinan kerjasama antara Jepang dan Indonesia.Ia salah satu bagian dari kedutaan besar Indonesia untuk Jepang. Ranilah yang mengajak Revana untuk tinggal bersamanya di Jepang, jika tidak, mungkin Revana sudah memilih universitas lain di daerah eropa, karena dia memang tak terlalu tertarik dengan asia.

Revana dan Rani tinggal di salah satu apartement di kawasan elite kota Tokyo. Walaupun mereka tinggal hanya berdua mereka menikmati waktu bersama mereka, pada pagi hari Rani pergi untuk bekerja dan Revana pergi kuliah, sore harinya jika Rani tidak sibuk ia pulang ke rumah pada sore hari dan memasak makan malam bersama-sama dengan Revana. Namun Revana lebih sering menghabiskan waktunya sendiri di rumah. Tak aneh jika melihat lengkap dan mewahnya apartement itu.

Malam itu malam yang normal buat Revana aktifitas berjalan seperti seharusnya, kuliah lancar,kerjaan rumah selesai. Tak beberapa saat setelah ia menekan tombol ON di laptop miliknya bel pintu rumahnya berbunyi, ia pun segera beranjak dan segera bergegas menyambut orang yang berada di balik pintu itu. Ya, seperti malam biasa orang yang di sambutnya di balik pintu itu Rani. Jarang sekali mansion ini menerima tamu asing selain teman-teman Revana atau Rani.

Namun di balik sosok Rani yang tinggi itu, seorang anak laki-laki bersembunyi di balik mantel Rani yang berbulu. 8… tidak 9 tahun kira-kira umur anak itu. Tubuhnya penuh bekas luka memar, bajunya compang-camping, yang ia miliki hanyalah sebuah boneka beruang putih yang sama kumalnya dengan bajunya.

“Siapa anak ini kak?”Revana bertanya sambil mengajak anak itu masuk ke dalam rumah dan juga membantu melepaskan mantel Rani dan menggantungkannya di hanger.

“Revana perkenalkan ini Riko, Riko kakak ini namanya Revana.” Ucapnya sembari mengajak Revana pergi ke ruang tamu meninggalkan anak itu yang sedang duduk di ruang makan dengan tatapan kosong.

“Rev anak itu dititipkan dubes kepadaku, yah aku memintanya sih, dia korban human trafficking yang di jual dari Indonesia, dia jadi anak jalanan dan mengalami banyak tindakan kekerasan, dia trauma dan nggak bisa ngomong, jadi untuk sementara kita yang akan merawatnya, kamu nggak keberatan kan rev?”
 

“Nggak mungkin aku bilang nggak mau! Ini rumah sapa coba?!”

“He he.. nggak aku Cuma nanya aja siapa tahu kamu kurang suka anak kecil.”

“Nggak kok, bakal kurawat dengan baik dia.”

“Syukurlah…” ucap Rani.

2 weeks later

“Riko-kun! Sarapan dulu!” teriak Revana dari dapur memanggil bocah kecil yang sedang sibuk bermain video game di ruang keluarga itu.

Riko pun segera berdiri bergegas lari menuju dapur, yang diikuti dengan bau makanan yang sangat enak mengiringi langkahnya.

“duduk yang bagus, habiskan makanannya ya, kakak mau berangkat kuliah dulu.” Pesan Revana.

Riko pun duduk di kursi menghadap makanan yang masih mengebul-ngebul asapnya itu. Namun tangan kecilnya meraih tangan Revana dan mengisyaratkan bahwa ada sesuatu yang ingin dikatakannya. Sudah dua minggu Riko tinggal bersama Revana dan Rani, ia mulai membuka diri namun traumanya belum sepenuhnya hilang dan juga suaranya masih belum kembali.

Revana pun sedikit merukuk untuk menyanyakan anak itu, namu tangan Riko langsung memegang dahi Revana.’Atsui…’ ucapnya kecil.

“Ah! Panas? Iya kakak memang sedikit demam tapi tadi kakak sudah minum obat kok tenang saja. Kakak pergi dulu ya! Ittekimasu!” ia masih tampak segar dan ceria walaupun suhu badannya lumayan tinggi.

 

TODAI University Technic class.

Pagi itu perasaan Revana memang sudah tidak enak, suhu badannya lumayan tinggi dan dia di panggil dosennya pagi itu.

“Ada apa pak?” Tanya Revana yang saat ini sudah berdiri tepat di hadapan dosennya itu.

“Maaf, Revana bapak mau minta tolong, kamu bisa jemput dosen baru kita yang datang dari indonesia sore ini… kau warga Negara indonesia kan? Pasti lebih mudah untuk berkomunikasi dengan beliau” ucap dosen berkacamata itu.

“Baik pak.” Jawab Revana sebisa mungkin agar suaranya tak terdengar aneh. Sang dosen itu pun memberikan secarik kertas bertuliskan ‘Lukito Setiawan’.”Benar-bentar Indonesia benaknya”

Seusai pelajaran Revana segera bergegas menuju bandara internasional Narita dan segera menuju ke terminal kedatangan asing.

Ia membawa segulung karton berukuran 40x50 cm dan menuliskan ‘Mr. Lukito Setiawan’ di karton tersebut. tak jauh dari tempatnya menunggu sekumpulan perempuan berkerumun sambil memegang benda-benda yang berbentuk seperti mahkota dan bertuliskan ‘VIP’,’BIG BANG’,’TOP,’Panda’.

“Ha? Panda? Siapa sih yang datang?” benak Revana, tak sengaja matanya teralihkan ke sebuah papan reklame besar yang ada di luar dan bertuliskan.

‘Big Bang Live in Tokyo Dome! The Biggest Kpop Heroes is come!’

“Ooh… boy band.”

“Maaf…”

“eh.iya? maaf anda bapak lukito ya?” Tanya Revana.

“iya betul, oh yang menjemputku mahasiswa Indonesia rupanya.”
“Haha.. begitulah pak.”
setelah menemukan orang yang harus dijemputnya Revana segera mengantarkan bapak itu menuju tempat pemesanan taxi, menunggunya hingga bapak itu berangkat menuju ke hotelnya.

“Maaf mbak taxi berikutnya 15 menit lagi.” Ucap orang yang berada di ruangan kecil yang dibatasi sebuah kaca tipis itu.

“Iya aku tunggu” setelah membayar taxi yang dipesannya ia berdiri di lobi bandara itu. Kepalanya terasa pusing dan mulai berkunang-kunang, memaksa tubuhnya untuk bersandar di salah satu pilar raksasa yang ada di Bandara itu. bola matanya bergerak mengkuti semua kendaraan yang melintas di depanya hingga sosok kendaraan itu hilang dari jangkauan matanya.

Lamunannya buyar seketika saat seseorang mengajaknya berbicara.

“Nona, Taxinya sudah datang?”

“Ah! Maaf” Revana langsung membuka pintu taxi tersebut

Tiba-tiba Revana terdorong masuk ke dalam taxi itu secara paksa, tanpa mengatakan apapun orang itu menutup pintu taxi, dan segera menguncinya.

“!!”

Revana panik, lalu menatap orang yang duduk di sampingnya, Rambut biru, Kacamata hitam, Mantel yang tebal, dengan gadget mewah yang melekat di tubuhnya. Orang itu menatap Revana dan berkata …

“Konnichiwa….” Dengan suara yang terdengar nervous.

Revana langsung melihat keluar, orang-orang berkerumun di sekitar taxi itu dengan memegang tulisan.
“TOP!”
“TABI”

“Oppa let’s get married!”

Lelaki itu pun membuka kacamatanya, dengan tatapan tajamnya

“Konnichiwa... My name is TOP” sambil sedikit menundukkan kepalanya

 

To Be Continued

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet