Heart Flutter

What Is Love?!

 

Jinki tidak sama sekali mencintai Changmin.

Tidak sama sekali.

Tidak sama sekali ingin mencintainya.

 

 

 

 

“ kalian bertengkar?”

 

 

 

Jinki mengubah cara duduknya dengan tidak nyaman sambil membuka berkasnya dengan cepat. mereka selalu bertengkar. Itu sudah pasti. Bahkan tidak pernah sama sekali mereka berbicara manis atau saling berkata lembut satu sama lain.

 

 

 

“ kau yang mulai?”

 

 

 

“umma…”

 

 

 

Jinki menutup  berkasnya dan menatap Mrs. Lee dengan pandangan memelas. Ia tidak suka perjodohan ini, tidak sama sekali. Tidak menginginkannya sama sekali, bagaimana bisa namja berumur 24 tahun di jodohkan dalam era modern seperti ini. Apa tidak cukup sempurna untuk mencari yang benar-benar cocok atau yang memang benar ia inginkan.

 

 

 

 

“ changmin adalah namja yang baik…”

 

 

 

Ia tidak pungkiri itu.

Ia sangat baik.

Sangat sangat baik.

Tapi. Jinki tidak menyukai sama sekali.

Tidak!

 

 

 

 

“ aku sibuk… aku akan menelponmu lagi…”

 

 

 

“ pulanglah kerumah, kalian bisa menyelesaikannya dengan baik…”

 

 

 

 

 

Hanya masalah tidak ada sarapan.

Jinki tidak suka kalau changmin selalu meminta dirinya menyiapkan sarapan sedangkan namja itu bangun kesiangan dengan wajah tidak bersalah sama sekali. Hanya duduk manis sambil membaca Koran tanpa bertanya padanya, apa ada yang harus dibantu.

Apa ada yang harus ia lakukan.

Selalu tiap pagi ia melakukan itu.

Hari ini jinki benar-benar tidak punya waktu walau hanya memasak air. Tidak sama sekali.

Dan ia tau kalau changmin marah tadi.

Mereka bertengkar didalam mobil. Tanpa henti.

 

 

 

“aku tidak janji…”

 

 

 

 

“ kau sudah tua.. benar-benar bukan saatnya kau mengandalkan egomu…”

 

 

 

 

“ umma!... namja itu memulainya duluan, ia pikir aku pembantu. Ia marah saat aku tidak membuatkannya coffee tadi pagi.. apa ia tidak tau kalau pekerjaanku menumpuk hari ini.. ia tidak pernah tau…”

 

 

 

Jinki berdiri dengan kesal dan berjalan melewati Mrs. Lee yang duduk sambil menghela nafas, anak tunggalnya selalu bersikap kekanak-kanakan dengan usianya yang sudah tidak muda lagi, ia sempurna, ia pintar, dan ia berbakat. Ia terlalu pendek untuk memikirkan sesuatu.

 

 

 

“daebak. Kau bahkan memenangkan pertandingan ini dengan mengadu…”

 

 

 

Jinki memasukkan celanannya kedalam saku sambil menatap jendela dari ruangan meeting. Ia frustasi. Ia tidak tau apa ini namanya. Ia tidak sama sekali salah soal ini.

Ia yang harus minta maaf.,

Tidak sama sekali.

Ia diposisi yang disalahkan bukan bersalah.

Namja lebih dulu mendiaminya sejak pagi tanpa bicara apapun,

Kemudian berteriak kesal saat ia menanyakan apa ia ingin coffee sebelum mereka memutuskan berangkat bersama-sama.

Ia pikir. Ia harus lebih baik pada changmin.

Ani. Ani.

Ia berpikir.

Ani. Ia tidak bisa berpikir.

Ia tersadar saat ponselnya tiba-tiba bergetar.

Ia menatap ketus kearah ponselnya.

Changmin menghubunginya.

Ini bukan yang pertama, saat mereka memutuskan menikah, dengan sepihak. Changmin meneponnya setiap jam, hanya menanyakan apa ia baik-baik saja, apa yang ia lakukan, apa ia sudah makan, atau melakukan apapun,

Jinki merejectnya dengan cepat.

Kemudian meletakkannya diatas meja. Menatapnya datar.

Awalnya. Ia tidak merespon apapun yang dilakukan changmin padanya. Ia tidak perduli saat namja itu mengirimkannya makan siang, mengirimkannya bunga, atau memberikannya pelukan, atau apapun.

Hanya sikap changmin tadi pagi.

Tidak.

Jinki memejamkan matanya.

Ia merasa terhimpit dengan perlahan. Ia pikir. Ini hanya biasa. Ia hanya terlalu terbawa emosi, ia yakin. Karena changmin tidak berarti apapun untuknya.

Ia yakin.

 

 

Jinki membuka matanya saat ponselnya kembali bergetar. Changmin mengirimkan pesan singkat. Ia ragu. Apa yang ia katakan.

 

 

 

“aku salah. Aku minta maaf.

Mau memaafkanku?”

 

 

 

 

Jinki menekan balasan dengan cepat.

 

 

 

“kau idiot tua, bagaimana kau bisa membentakku tadi pagi.

Apa kau tidak punya otak!!! Sial!”

 

 

 

Jinki memasukkan ponselnya kedalam sakunya dengan cepat. sebelum ia menggerutu dengan hebat karena 5 menit berlalu changmin sama sekali tidak membalasnya.

Ia menarik ponselnya dan menatapnya cukup dalam.

 

 

 

“benar! Kau idiot tua! Benar-benar tua…”

 

 

 

Jinki hampir memasukannya kedalam saku sebelum ponselnya kembali berdering. Dan right!

Changmin kali ini menelponnya.

 

 

 

 

“WAE!! IDI---

 

 

 


“saranghae…”

 

 

 

Jinki menurunkan pandangannya menatap lantai.

Ia tidak menyukai changmin sama sekali.

Ia tidak mengerti

100 hari bersama namja ini membuatnya tidak berpikir cukup banyak.

Kenapa ia tidak sama sekali marah saat namja ini mengucapkan cinta padanya.

Sama sekali tidak membencinya saat namja ini memeluknya dengan erat.

Ada apa dengan otaknya.

 

 

 

 

“ tutup ponselmu, aku harus bekerja…”

 

 

 

“ kau bahkan tidak mengatakan balasan dari ucapanku barusan.. kejam sekali…”

 

 

 

Jinki mendengus sebal.

 

 

 

“ karena aku tidak mencintaimu!! Perjodohan ini konyol. Apa yang menarik darimu idiot tua… menyebalkan…”

 

 

 

Jinki mematikan ponselnya dengan kesal dan memasukkannya kedalam kantung celananya, ponselnya bergetar berkali-kali.

Selalu seperti ini.

Setiap mereka bertengkar.

Changmin akan menelpon dan mengatakan cinta padanya,

Setiap ia mengatakan ia tidak  mencintainya, maka changmin akan mengatakan cinta berulang kali. berjuta kali, tidak pernah lelah.

 

 

 

 

 

-----------------------

 

 

 

 

Changmin menatap ayahnya dengan tatapan terkejut kemudian ia tertawa cukup keras sambil menangis. Ia terlalu terharu, atau benar-benar malu.

 

 

 

 

“ kami bahkan belum saling berciuman appa… apalagi menyentuh nya lebih.. “

 

 

 

Mr. Shim menautkan alisnya kemudian memukul kepala changmin dengan berkas ditangannya.

 

 

 

 

“ kau suaminya, kau seharusnya memulai untuk mengatakan hal itu lebih dulu…”

 

 

 

Changmin menggosok kepalanya dengan cepat. benar-benar sakit. ia tidak yakin kenapa sikap keras jinki yang suka memukul tergaris dari appa-nya yang  begitu kasar.

Namja tampan itu mengeryit dahinya sambil tersenyum tipis.

 

 

 

 

“ aku tidak berani, sebelum ia mengatakan kalau ia mau…”

 

 

 

 

“MWO! Apa kau bukan laki-laki? Kau suaminya, kau berhak…”

 

 

 

 

“ aku tidak akan menyakitinya. Aku sudah berjanji.. pada diriku sendiri, aku tidak akan menyentuhnya, sampai waktu yang tepat…”

 

 

 

 

“oh jinja daebak!!”

 

 

 

Changmin menunduk sambil tertawa kecil.

 

 

 

 

“ aku tidak ingin terburu-buru. Aku ingin ia merasa nyaman dulu denganku.. aku baru akan melakukan… nya…”

 

 

 

 

Dengan wajah memerah changmin menatap Mr. Shim yang tertawa begitu keras sambil mengangguk.

 

 

 

 

“ jangan terlalu lama, tidak begitu baik…”

 

 

 

Changmin mendengus kesal, kemudian beranjak dari duduknya, menatap arloji ditangannya.

 

 

 

“ aku harus menjemput jinki, ia akan menggerutu kalau aku terlalu lama. Annyeong…”

 

 

 

Mr. Shim menendang kaki changmin yang berlari cepat didepannya. AISH! anak itu benar-benar tidak mirip dengannya. Ia harus lebih agresif. Harus lebih gentle. Memang tidak mudah, terlebih jinki begitu keras kepala dan egois. Mereka pasangan yang cocok.

Ia yakin.

Suatu saat jinki. Akan mencintai changmin.

Sangat mencintai anaknya.

Ia tertawa sambil menyeruput teh panasnya.sambil mengingat memori lama, tentang ia dan isterinya, ditemani senja, dan dinginnya seoul.

 

 

 

 

-----------------

 

 

 

 

“ ah mianhamnida… ajhussi. Taksinya tidak jadi…”

 

 

 

 

Changmin menyerobot masuk kedalam taksi dan menarik jinki keluar dengan raut bersalah, saat supir taksi itu mengerutu sambil menjalankan mobilnya.

 

 

 

 

“mood ku buruk, tidak usah bersikap baik seperti ini…”

 

 

 

 

 

Jinki melipat kedua tangannya sambil menatap jalanan seoul, changmin tau kalau namja manis ini kesal padanya. Wajahnya akan bertekuk lebih banyak dari  biasanya, walau ia akui wajah jinki, akan selalu terlihat kesal saat menatapnya.

 

 

 

 

“lagipula aku bisa naik taksi…”

 

 

 

 

“tapi bukankah kau bilang ingin berhemat…”

 

 

 

Jinki menoleh kesal menatap changmin yang tertawa keras. Namja tampan itu maju dan memeluknya erat, begitu erat.

 

 

 

“mianhae.. tadi jalanan begitu padat, dan aku terpasa  berhenti untuk membeli makan malam hari ini. kau masih marah…”

 

 

 

Bisikan changmin bukan yang pertama.

Ia akan melakukan ini setelah melakukan kesalahan.

Aish! jinja.

Jinki mendorong tubuh changmin kemudian membalikkan badannya, berjalan menuju mobil. Ia tidak pernah mengerti sikap jinki. Tidak mengerti.

 

 

 

“ aku lapar! Apa kau mau aku marah lagi. aish!!!!”

 

 

 

Jinki menunggu didepan pintu saat changmin hanya menatapnya sambil tertawa. Namja tampan itu berlari pelan, kemudian membuka kan pintu, membiarkan jinki masuk dengan rauat ketus yang memerah. Ia tau.

Perlahan.

Ia bisa menaklukan hati jinki.

Ia yakin.

 

 

 

 

 

 

“ lalu.. kenapa kau begitu ketus padaku tadi pagi?”

 

 

 

 

Jinki memulai berbicara saat mobil sudah berjalan pelan, changmin meliriknya pelan. Ia tersenyum tipis.

 

 

 

 

“ apa aku terlihat sedang melempar lelucon.. berhentilah tersenyum idiot tua!”

 

 

 

Changmin menggeleng “ kau tidak berhak untuk melarang seseorang untuk tersenyum, termasuk suamimu…”

 

 

 

Jinki memicingkan matanya dengan serius.

 

 

 

“ kau… idiot tua menyebalkan, bicara denganmu hanya akan membuatku kesal…”

 

 

 

 

 

Namja manis itu melempar pandangannya keluar jendela. Ia menggerutu kesal sambil melipat tangannya, changmin hapal kebiasannya, setiap apa yang akan dilakukan jinki ketika kesal. Apa yang akan ia katakan. Ia hapal.

Lucu.

Awalnya. Jinki sama sekali tidak bicara dengannya, bahkan menatapnya.

Setelah pernikahan mereka. Jinki bahkan memutuskan untuk tidur di sofa untuk menjauhinya, ia terlalu keras kepala.Paginya, Ia akan marah saat changmin memindahkannya ke kamar tidur. ia tidak berbicara beberapa hari hanya karena hal sekecil.

Jinki terlalu manis.

Ia terlalu kekanak-kanakan.

Ia membuat changmin ingin melindunginya setiap saat, memeluknya, memiliknya setiap saat.

Ia menoleh pada jinki yang mulai lelah mengoceh dan hanya diam menatap jalanan seoul, ia berharap. jinki. Akan ia miliki seutuhnya. Nanti.

Suatu saat nanti.

 

 

 

 

--------------------

 

 

 

 

 

Changmin membiarkan jinki meletakkan sereal didepannya sambil menggigit roti selai kacangnya dengan terburu-buru, sesekali ia melirik ponselnya yang bergetar, changmin tidak membantu sama sekali soal pekerjaan jinki.

Ia diatasnya.

Jinki seorang manager dan ia hanya staff biasa.

Changmin memakan serealnya pelan.

Itu alasan kenapa ia tidak terlalu berani menuntut jinki terlalu lebih, ia tidak memiliki apapun, ia hanya staff biasa. Walau ia berasal dari keluarga kaya sekalipun.

Ia tidak sehebat jinki, tidak sama sekali.

 

 

 

 

“ kau melihat apa? Jangan mesum…”

 

 

 

 

Jinki mengancing bajunya dengan cepat sambil menatap changmin dengan tatapan tidak suka. Namja tampan itu Cuma memakan sereal dengan cepat.

 

 

 

 

“ kau tampak y dengan rambut keatas seperti itu….”

 

 

 

 

 

“YAH! JANGAN SAMPAI AKU MENGUBAH IDIOT TUA MENJADI MESUM TUA HOH!”

 

 

 

 

Jinki menurunkan nafasnya dan berjalan menuju kamar, diiringi tawa changmin yang masih menggema,

 

 

 

 


“ kau lihat dasiku?”

 

 

 

Changmin menatap kepala jinki yang muncul didaun pintu, namja tampan itu terdiam sambil berpikir. Jinki memiringkan kepalanya dan menekan suaranya.

 

 

 

 

“ biru bergaris merah…”

 

 

 

Changmin menggeleng pelan melahap serealnya.

 

 

 

“laundry?”

 

 

 

“ aku sudah mengambilnya sore kemarin…”

 

 

 

Jinki keluar masuk kamar dengan wajah gelisah. Changmin berdiri dan mulai membantu.

 

 

 

“ kau yakin tidak ada di laundry?”

 

 

 

Jinki membuka lemari didekat sofa dan berbicara kecil.

 

 

 

“ aku tidak pelupa. Aku sudah mengambilnya kemarin…”

 

 

 

Changmin mengangguk pelan, ia merunduk kebawah sofa, ia tidak yakin disini, hanya saja, mungkin.

 

 

 

 

“ bisa saja kau lupa…”

 

 

 

Jinki menatap changmin dengan tatapan tidak suka.

 

 

 

 

“ aku tidak lupa apapun soal apa yang aku miliki. Jadi lebih baik kau tidak usah ikut mencari dari pada kau terus saja memfitnahku seperti itu…”

 

 

 

Changmin menghela nafas.

Jinki terlalu emosi dan keras kepala.

Ia tidak mengerti, ia terlalu baik, apa namja ini yang terlalu keras.

 

 

 

 

“ aku yakin, aku sudah mengambilnya…. Kau tidak mengambilnya bukan.. atau kau memakainya?”

 

 

Changmin mengangkat bahu dan berjalan menuju kamar. Melawan apapun perkataan jinki sama saja mencari mati. Ia tidak bisa dilawan dan terlalu keras kepala.

Jinki menggerutu sambil  mengangkat tumpukan Koran diatas meja. Ia tidak yakin ia sudah mengambilnya, tapi ia ingat ia sudah mengambilnya kemarin, dengan beberapa kemeja lain, ia tidak bisa mengganti gaya jasnya hari ini. ia terlalu lambat berpikir hanya untuk memadu madankan apa yang akan ia kenakan hari ini.

Oke.

Jinni memijat pelipisnya

 

 

“ jah! Kau pelupa…”

 

 

 

Namja tampan itu keluar dengan membawa dasi biru ditangannya. Jinki menghela nafas.

 

 

 

“ kau meletakkannya diantara berkas dan beberapa minuman kaleng…..”

 

 

 

Changmin menarik jemari jinki dan membiarkan namja manis itu berdiri didepannya, mengalungkan dasi tadi dileher jinki dan mulai memasangnya dengan pelan.

Jarak mereka begitu dekat.

Mata jinki tidak bisa lepas dari ekspresi serius changmin saat ini.

Dulu.

Ia tidak pernah bisa membiarkan changmin berada dekat darinya, ia akan memaki dan memukulnya sebanyak yang ia mau.

Tapi.

Jemari changmin sesekali menyentuh sisi dagu dan lehernya, jinki mengibaskan pandangannya kearah lain.

 

 

Debaran, detakan dan rasa ini.

 

 

 

 

“ selesai…”

 

 

 

Jinki tersadar, saat changmin menatapnya bingung

 

 

 

“ gomawo…”
 

 

 

 

Tapi sayang sekali, changmin terlalu idiot untuknya, ia mengambil beberapa berkas di kamarnya dan membiarkan changmin memakai sepatunya, mereka akan berangkat dan pulang bersama-sama setiap hari, setelah Mr. Lee menyita mobil Jinki, beberapa minggu lalu, ia tidak suka. Tapi apa boleh buat, ia tidak suka hidup memboros dengan selalu berangkat dengan naik taksi.

Ia yakin changmin bisa menjaga nya dengan baik.

MWO!

Jinki memukul kepalanya keras.

Apa yang ia pikirkan barusan?

Menjijikkan.

Ia mengikuti langkah changmin menuju lift, menatap punggung namja tampan ini saja membuatnya terasa berdebar.

Jinki. Jinki. Jinki.

Ada apa dengan otakmu!!

Angka lift menurun dengan perlahan, ia sama sekali tidak berani menatap changmin, ada apa denganmu jinki. Kau payah!

Kau sama sekali tidak changmiN!!

Ani. Ani.ani.

 

 

 

 

 

 

“jinki…”

 

 

 

Namja manis itu tersadar dengan cepat, saat changmin menyentuh pipinya dengan pelan, jinki menepisnya dengan cepat, kemudian membuka pintu mobil dan turun. Merapikan blazernya dengan tergesa-gesa, changmin bingung menatap jinki, tidak seperti biasanya.

 

 

 

 

“ aku akan masuk…”

 

 

 

 

Eum.

Changmin duduk di kap mobil sambil menatap jinki yang berdiri sambil sesekali berbalik menatap kebelakang. Gugup.

Ia terlalu menyukai apapun yang dilakukan jinki.

Setiap detiknya.

Tangan changmin menarik jemari jinki saat namja manis sudah berbalik badan. Membuat mereka menempel satu sama lain,

Dekat.

Cukup lama.

Tidak ada siapapun disini.

Hanya mereka berdua.

Kecuali cctv yang mungkin tidak jinki sadari. Namja manis itu terlalu kaget dengan kondisi ini, bahkan ia hanya menatap lurus, tanpa membalas tatapan changmin. Sisi merah disela gugup jinki membaut namja tampan itu terkekeh.

Ia memeluk jinki perlahan, menepuk sisi kepala belakang namja itu dengan lembut.

 

 

 

 

saranghae… hari ini aku akan menjemputmu tepat waktu…”

 

 

 

 

Mengecup pucuk kepala jinki sebelum ia menarik tubuh namja manis itu perlahan,

Tapi menyisakan debaran di hati jinki.

Begitu hebat, tidak berhenti.

Namja manis itu hanya mengangguk dan membalikkan badannya, berjalan begitu cepat tanpa menatap changmin lagi.

Namja tampan itu tertawa kecil kemudian berjalan mengelilingi mobil. Membuka pintu kemudian masuk, menjalankan mobil pelan, meninggalan pelataran parkir.

Tanpa tau.

Jinki yang terus memejamkan mata di balik pilar besar sambil memegang dadanya.

 

 

 

 

 

“apa ini…”

 

 

 

…….

 

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
skehehdanfdldi23
#1
Chapter 2: GYAAA!!! semakin banyak virus changnew xD
daebak author-nim!! bikin saya merinding disko ㅋㅋㅋ jinki kurang sarkas changimnya terlalu lembut(?) biasanya changmin agak agressive.. hahaha
vieroeclipse #2
Chapter 2: Makin ke sini makin bagus ceritanya. Salut! XD
Tp aku msh blm terbiasa ngeliat Jinki ngatain Changmin sbg idiot tua. Wakakakakak! Julukan dia yg paling universal itu Iblis/Dark Lord/Voldemin/Food Monster. wkwkwkwk~

Dan Changmin disini gentle banget ya? Aku gak ngeliat sisi evil dia yg biasanya. Tp berhubung mungkin emg plot cerita kamu begini, ya aku sih suka2 aja. Manis ngeliatnya. XD
Nyahahaha! Jinkinya sensitif banget! Udhlah Jinki-yah, klo kamu cinta sama suamimu bilang aja langsung! XDDD
BunnyOnew_ #3
Chapter 2: Makin hari kata''mu bener'' nyalurin Onkey banged..
Ga dapet Feel ChangNew, sy baca nya anggep aja OnKey LOL
Maklum jiwa sy kan emang dasarny OnKey Shipp.. Hahahaha
Tapi kdang miker ada ga ya author onkey bkin ff onew uke key seme, coba kamu bkin deh ahahahahha

bener dah ini si Onew jadi yeoja bangedd disini mumumumu
si Dubu Galau kaga di calling changmin muahahaha #Ngakak pdhal Hp changmin ketinggalan.
Itu yg angkat tlp si minho kan ya? Minho kn suaranya berat (?)
jahahaha si menong suka si Onew bwahahahahah #Ngakak To The Max#
jiaaahhhh nangis ahahahah , sensitive amat dubuuu, dapet ya ?? Ahahahahahahaa
itu sih udah kliatan banged dimata changmin , si onew tuh.....
Gtw sy miker kmu ini si RR ....
Keep posting ya.. Tambahain lagi biar panjang, pendek banged eitta :)
songhyekyung
#4
Chapter 2: Keren.. Ini daebak.. Aku lagi suka banget baca yg onew oppa jadi uke, menurutku itu lebih cocok.. Dan baru" ini aku juga mulai suka changmin oppa. Pas deh jadinya.. Lanjutannya jangan lama" ya.. Ditunggu..
Dubutofu
#5
Chapter 1: Lanjuuut xD seru weh aaaaa changnew daebaaak!! '-')b
BunnyOnew_ #6
Chapter 1: Bahasanya mirip si RR... Kmu RR yah??

Uhhmmm rada mirip yg I was born to be with you part brp gtu...

Tapi bahasa nya beda... Ini bahasa nyante ga ribet ehehehe mirip banged sama author onkey yg pernah sy baca..

Lanjutin deh thor,, awal yg bagus :D

ntar juga si jinki bakal luluh deh ma changmin... Trus aja si changmin lembut''in (?) jinki .. Ntar juga meleleh sendiri....
BunnyOnew_ #7
Wuaaahh ada lagi FF ChangNew b.indo after Viero Eclipse wuakkakaa

lam knal ya, mnta twitterny dong??

Ehhh sy tau kmu terinspirasi dri author RR .. Sy tau itu wuakakak

RR @ Ririn Ruwani khan?? Kekekeke
vieroeclipse #8
Chapter 1: Ya ampuunnn!! udh diapdet! hastagaaahhh!! kereeeennn! aku suka gaya bahasa dan idenya! XDDD walau aku tergolong suka yg padat deskrip, tp deskrip serba retoris gini feelnya juga aku lumayan dapet. Daebakk! XDD

Omo! Changmin! gentle sekali kamu! XDD Ngebaca fic ini berasa kayak ngeliat reinkarnasi ke-4 di FFku yg juga bertemakan pernikahan. Jinki tsundere to the max! tp aku suka dgn proses luluhnya dia ke Changmin!

huwaaaa!! pokoknya daebakk!! aku suka!! next chapter aku tunggu selalu!! Makasih banget ya udh bikin changnew! bener deh! makasih banget! Jd pengen nangis sangking terharunya aku... XD #Lebehh
mocha-creamy
#9
Chapter 1: ini chapter pertamanya juga bikin hatiku ikut fluttering XDDDD jinkinya tsundere banged yah hihihi. gpp deh~ semangat changdol! ^^ taklukan jinki~ makasih uda apdet authorrr~
mocha-creamy
#10
Chapter 1: aaaaak~~~ aku baru subs uda di apdet cobaaaak *mulai hyper lagi* brb baca author-nim~~ XDDD