The first confession

Like a Drama - versi Indonesia
Please Subscribe to read the full chapter

Sorry for Miss Typo n Hope you enjoy it~ ^^

 

...........

 

 

Bola basket itu terlempar, dan ditangkap dengan baik oleh kedua tangan Taecyeon. Ia menurunkan bola basket itu, menyingkirkan bola dari pandangannya pada Nichkhun yang berdiri di hadapannya. Nichkhun menyeringai lebar, dengan isarat tangan ia mempersilahkan Taecyeon untuk memulai.

 

Taecyeon mendengus kecil, tersenyum miring. Taecyeon memulai memantulkan bolanya. Bunyi benturan bola pada lantai terdengar agak menggema dalam aula olahraga tersebut, karena hanya ada mereka berdua di dalamnya. Nichkhun memasang kuda-kuda kakinya, tapi tidak terlihat begitu tegang, hanya gerakan santai dan menanti untuk menghadang bola Taeecyeon dari tiang ring keranjang basket.

 

Taecyeon  mengambil  ancang-ancang dengan bola basket yang ia pantulkan di  tempat. Kilatan kecil matanya tampak tajam. Dan langkah pertama yang Taecyeon ambil menuju ke arah Nichkhun, adalah pertanda mulainya 'pertandingan' kecil mereka berdua.

 

.

 

.

 

.

 

Angin sore itu berhembus pelan, mengajak rerumputan hijau di taman kecil belakang gedung sekolah ikut menari pelan bersama, mengikuti belaian pelan angin tersebut. Dua namja berbeda umur itu duduk di antaranya, bersebelahan, berlindung di bawah salah satu pohon taman. Namja yang satu duduk selonjoran, bertumpu pada tangan di kedua sisinya. Sementara namja yang lebih chubby di sebelahnya, duduk sambil melipat kakinya di depan dada. Keduanya terdiam, hanyut dalam pikirannya masing-masing....

 

Baik Minjun maupun Wooyoung, seolah sedang mencari kata-kata bagus yang disusun dalam pikiran mereka. Berusaha menyampaikan kegilasahan masing-masing pihak tapi tidak sampai ingin menyingung satu sama lain....

 

Dalam diam, keduanya sama-sama gugup. Ini bahkan lebih sulit daripada yang mereka bayangkan.

 

.

 

.

 

.

 

Nichkhun dan Taecyeon saling menatap tajam dalam diam. Bola basket itu jatuh dari atas keranjang ring basket di belakang Taecyeon. Bola itu lalu memantul sendiri di atas lantai, tanpa ada yang berniat kembali merebut bola tersebut.

 

Nichkhun mulai menyeringai, Taecyeon balas dengan tersenyum sinis. "Jangan senang hanya karena kau baru mencetak angka. Kita satu sama sekarang," Taecyeon mengingatkan.

 

Nichkhun mengangkat bahu enteng. "Well, aku hanya ingin menikmati permainan," ia tersenyum miring.

 

Taecyeon tak membalas, matanya melirik ke arah samping. Mata Nichkhun juga ikut melirik ke arah pandang Taecyeon. Keduanya sedang melihat bola basket yang masih sempat memantul pelan sendiri. Taecyeon dan Nichkhun kembali melepar tatapan dalam diam. Detik berikutnya, kedua namja tinggi itu sama-sama berlari untuk memperebutkan bola basket tersebut.

 

Dan 'pertandingan' kecil itu, kembali berlanjut.......

 

.

 

.

 

.

 

"Aku—" keduanya berbicara secara bersamaan, memecahkan keheningan di antara keduanya. Minjun dan Wooyoung sama-sama menoleh ke masing-masing pihak. Menyadari kekompakkan mereka barusan yang tanpa disengaja, membuat keduanya sama-sama tertawa geli. Seketika itu juga memecahkan atmosfir kecangguan di antara keduanya.

 

"Kau duluan saja," Minjun mempersilahkan.

 

"Ah, aniyo hyung. Hyung duluan saja yang bicara."

 

"Yach! Kau yang mengajakku duluan. Kau bilang ada yang dibicarakan," Minjun mengingatkan. "Sudahlah, katakan saja."

 

Tapi Wooyoung masih diam, tampak ragu dengan apa yang ingin ia katakan.

 

"Kau tak perlu sungkan denganku," tambah Minjun lagi menyadari keraguan Wooyoung. "Kau kan tahu, aku sangat dekat dengan Taecyeon. Dan dari yang kulihat, sepertinya—" Diam-diam Minjun menelan ludah sejenak. "—dia sangat menyayangimu. Karena itu,—" Minjun mengalihkan perhatiannya ke arah lain, tak ingin hatinya bisa terbaca lewat matanya. "—sebagai teman baik Taecyeon, aku juga sudah menganggapmu sebagai dongsaeng-ku sendiri," seandainya Wooyoung cukup jeli, ia bisa mendengar nada lirih dari suara Minjun.

 

Wooyoung tersenyum polos, sambil menatap lurus ke depan. "Aku tahu hyung orang baik. Sama seperti Taecyeon hyung. Karena itu kalian sangat cocok."

 

"Benarkah?" Minjun tersenyum miris tanpa sepengetahuan Wooyoung. "Kuharap begitu...." Jeda sejenak. "Jadi, apa yang ingin kau bicarakan?" Minjun segera mengembalikkan topik utama, tak ingin lama-lama membicarakan Taecyeon degan Wooyoung.

 

Wooyoung menghela nafas sejenak. "Sebenarnya ada yang ingin kutanyakan padamu. Aku tak tahu lagi harus bertanya dengan siapa. Karena hanya hyung seorang yang terlihat dekat dengannya. Makanya aku memberanikan diri untuk bertanya dengan hyung."

 

Minjun menoleh ke samping. Tampak penasaran. "Siapa?" mungkinkah yang dimaksud Taecyeon? Jangan bilang kalau Wooyoung juga meyukainya. Minjun mulai was-wass sendiri.

 

Wooyoung ikut menoleh, balas menatap Minjun. "Khun hyung," jawabnya pelan. "Aku sangat penasaran. Sebenarnya dia itu orang yang seperti apa?"

 

.

 

.

 

.

 

Bola basket itu kembali terpantul menuju tepi lapangan. Nichkhun mengejarnya. Sementara Taecyeon tetap berdiri di dekat tiang basket, dengan nafas yang terengah-engah dan keringat yang mulai membasahi kemeja putih seragam KIRIN yang ia gunakan. "Apa kau masih ingin melanjutkannya?" teriak Taecyeon.

 

Nichkhun terkekeh, menoleh pada Taecyeon dari tepi lapangan. "Apa kau ingin menyerah?" ia balik bertanya dengan nada mengejek yang main-main.

 

"Tidak!" tentu saja, Taecyeon tak akan mau mengalah dengan Nichkhun, dalam hal apapun.

 

Nichkhun menyeringai. Ia kembali berbalik membelakangi Taecyeon untuk melihat bola basket di hadapannya. Dan seketika seringai jahilnya menghilang, raut wajahnya berubah tampak datar, menatap kosong pada bola basket yang kini berhenti memantul di hadapannya.

 

.

 

"Nichkhun?" ulang Minjun pada Wooyoung. Wooyoung mengangguk. Minjun mengerjap. Ia melihat ke depan lagi, menengadah untuk membayangkan wajah roomate-nya tersebut. "Orang seperti apa dia...."

 

.

 

"Yach! Kau jadi mengambil bola itu atau tidak sih?" protes Taecyeon. Melihat Nichkhun masih terus membelakanginya. Berdiam diri di pinggir lapangan sambil menatap bola basket di hadapannya. Taecyeon sama-sekali tak tahu, bagaimana tampilan wajah Nichkhun saat  ini.

 

.

 

"....Aku tak tahu," lanjut Minjun setelah lama ia tampak berpikir. "Meski kau bilang aku sangat dekat dengannya tapi jujur saja, aku sama sekali tidak bisa menebak bagaimana jalan pikiran Nichkhun sebenarnya." aku Minjun. "Terkadang dia tampak kekanakan, murah senyum, selalu tampak bahagia dan senang bermain-main dengan orang disekitarnya. Tapi...."

 

.

 

Nichkhun membungkuk untuk mengambil bola basket tersebut. Ia berbalik menghadap Taecyeon. Kepalanya tertunduk, membuat sebagian bayangan poninya menutupi pandangan matanya. Ia tersenyum miring sesaat, terlihat aneh di mata Taecyeon.  Tapi detik kemudian, saat ia mengangkat keplanya sepenuhnya, senyuman Nichkhun tampak lebih ramah. "Ayo. Kita mulai lagi."

 

.

 

"....aku terkadang merasa kalau itu bukan dirinya yang sebenarnya," lanjut Minjun. "Entah kenapa aku merasa kalau dia sedang berpura-pura menjadi orang lain."

 

.

 

.

 

.

 

"Apa hanya itu yang hyung ketahui?" tanya Wooyoung  kemudian.

 

Minjun mengangguk. "Aku tak berani bertanya tentang dirinya lebih jauh. Karena dia tak pernah ingin menceritakan tentang dirinya. Kalau kutanya, yang ia jawab selalu saja 'Tak ada yang menarik dari diriku, semuanya biasa saja,' begitu."

 

Wooyoung menghela nafas, terdengar pasrah. "Begitu yah..."

 

"Wae?" tanya Minjun, giliran ia yang penasaran pada Wooyoung. "Kenapa kau begitu penasaran dengannya?"

 

"Ah..." Wooyoung tampak gugup. "I-itu karena.. aku... aku—"

 

"Menyukainya?" tebak Minjun. Wooyoung melotot, merona karena tertangkap basah. Minjun tertawa geli. "Kau mudah sekali ditebak," ejek Minjun sambil tertawa.

 

Wooyoung cemberut kesal. "Junho juga mengataiku begitu. Ah... aku memang gampak ditebak. Sangat berbeda jauh dengan Khun hyung yang sulit ditebak," Wooyoung mulai menerawang sedih. "Jangan-jangan kami berdua memang sama sekali tidak cocok."

 

"Jangan bicara seperti itu. Justru orang yang sangat berbeda jauh itu malah sangat cocok. Seperti sebuah magnet antara kutub selatan dan utara yang saling tarik menarik."

 

"Itu kan magnet, bukan manusia," sangkal Wooyoung. "Itu hanya benda, berbeda jauh dengan hati manusia...." bisik Wooyoung kemudian.

 

Minjun terdiam, tak tahu harus membalas apa.

 

"Hyung tidak marah kan?" tanya Wooyoung.

 

"Marah? Untuk apa?"

 

"Karena aku menyukai Nichkhun hyung."

 

Minjun tertawa. "Kami memang dekat, Wooyoung-ah. Karena kami teman se-roommate. Tidak lebih. Aku hanya menganggapnya sebagai teman."

 

"Tapi kalian terlihat selalu bersama."

 

"Tenang saja, aku tak mungkin jatuh cinta dengannya. Karena aku sudah menyukai orang lain."

 

"Benarkah? Siapa?" kini Wooyoung tampak bersemangat.

 

Minjun tersenyum penuh arti. "Itu rahasia."

 

"Yach! Hyung! Kau curang!" tuding Wooyoung kesal. Minjun tertawa penuh kemenangan. Seketika atmosfir di antara kedua tampak jauh lebih akrab dari sebelumnya. Beban Minjun pun terasa hilang separuh, setelah tahu kalau Wooyoung menyukai Nichkhun. Mungkin terdengar agak jahat, karena sudah mengambil kesempatan dalam kesempitan. Tapi tak apa kan? Untuk sekali ini saja Minjun ingin menyenangkan hatinya sendiri.

 

Dengan kembali membangun sebuah harapan untuk Taecyeon.....

 

.

 

.

 

.

 

.

 

"Aku menang," kata Taecyeon. "Akui saja Nichkhun. Aku yang menang." Taecyeon tersenyum puas.

 

Nichkhun memutar bola matanya bosan. "Oke-oke. Kau menang," balasnya sedikit tak rela. "Jadi, apa yang kau inginkan?" sesuai kesepakatan mereka sejak awal. Nichkhun menantang Taecyeon bermain basket, satu lawan satu. Siapa pun yang kalah, harus mematuhi permintaan —atau perintah lebih tepatnya— dari yang memenangkan pertandingan tersebut. Sebenarnya Nichkhun yang mengusulkan hal ini, dan Taecyeon pun menyetujuinya.

 

"Apa pun yang ku inginkan, bukan?"

 

"Iya. Asal kau tidak menyuruhku untuk membunuh orang atau membunuh diriku sendiri. Itu melanggar hukum. Oh yah, dan satu hal. Aku tak mau menciummu," canda Nichkhun sambil menyeringai nakal.

 

Taecyeon melotot. "Yach! Siapa juga yang ingin dicium olehmu!" Namja tinggi itu bergidik. "Menjijikkan."

 

Nichkhun tertawa geli. Tapi tak lama ia mulai cemberut kesal. "Seharusnya aku yang menang. Ah, sudahlah. Jadi apa yang kau inginkan dariku?"

 

"Tidak sekarang. Aku akan memikirkannya nanti."

 

.

 

.

 

.

 

.

 

Junho menghentikkan langkahnya sejenak dalam perjalanan di koridor sekolah, untuk mengecek tanggalan kalender dalam ponselnya. Wajahnya takmpak serius, seperti sedang menimbangkan suatu hal yang begitu penting. "Ku harap waktunya tepat,"

 

"YAH!"

 

Junho terlonjak, nyaris menjatuhkan ponselnya karena seruan mengagetkan di telinganya barusan beserta kedua tangan yang menepuk pundaknya dari belakang. Detik kemudian, Junho bisa mendengar tawa Chansung yang begitu membahana. Berjalan melewati Junho sambil menudingnya. "Lihat wajahmu itu. Terlihat seperti orang bodoh!"

 

Junho menggeram kesal melihat punggung Chansung yang berjalan di hadapannya sambil terus tertawa penuh kemenangan. Ia lalu melirik tempat sampah terdekat di pinggir koridor sekolah, melihat kaleng cola kosong di atas sampah kering tersebut. Junho mulai menyeringai licik. Ia mengambil kaleng tersebut, membidik Chansung dari belakang, dan...

 

Tuk.

 

Lemparan kalengnya tepat mengenai belakang kepala Chansung. Namja itu meringis kesakitan, berbalik dan menemukan Junho yang tertawa senang sambil melet padanya. Junho segera berbalik arah, berlari dengan Chansung yang mengumpat sambil mengejarnya.

 

"Yach! Berhenti kau di sana!"

 

"Tidak mau Simson! Kau duluan yang memulai!"

 

"Lihat saja! Aku akan menangkapmu!"

 

"Coba saja kalau kau bisa, idiot!"

 

Sementara siswa lain hanya bisa menggeleng maklum melihat tingkah kekanakan kedua siswa itu yang terkenal tak pernah akur di sentero Sekolah Kirin.

 

.

 

.

 

Junho berlari sampai ke belakang gedung sekolah, di taman rerumputan kecil yang tampak sepi. Suara langkah kaki panjang Chansung yang mengejarnya terdengar dari belakang. Junho berhenti, sedikit membungkuk sambil mengatur nafasnya yang lelah. Sudahlah, tak ada gunanya juga untuk terus lari, pikirnya menyerah.

 

Junho berbalik menghadap Chansung, memasang kuda-kuda kakinya sambil mengarahkan dua tinju kepalan tangannya. "Ayo, kau mau balas apa padaku?" tantangnya tanpa takut.

 

Chansung mendengus mengejek. "Aku akan menjitak kepalamu sekeras kaleng yang kau lemparkan padaku."

 

"Aku akan memukulmu duluan sebelum kau berhasil melakukan hal itu!" balas Junho tak mau kalah.

 

"Oh, jadi kau benar-benar ingin menantangku berkelahi?"

 

"Meski badanmu lebih besar dariku, aku tak akan takut berkelahi denganmu!"

 

"Oke!" Chansung juga ikut memasang kuda-kuda. Sayangnya yang Junho tak ketahui, teman roomate di hadapannya itu adalah jago taekwondo. Jadi sudah bisa diprediksi dengan baik, siapa pemenangnya.

 

Gerakan kaki dan tangan Chansung terlihat begitu cepat, mata sipit Junho sama-sekali tidak bisa mengimbanginya. Itu terjadi begitu saja, tahu-tahu Chansung sudah berhasil mengunci kedua tangan Junho di balik punggungnya dengan satu tangan, memutar tubuh Junho membelakangi dada Chansung, sementara tangan lain mendekap bahu Junho dari belakang. Junho melotot terkejut, menyadari dirinya tak bisa berkutik.

 

"Kena kau!" Chansung menyeringai, di belakang Junho, sambil mendekap namja sipit itu dari belakang.

 

"Sial, lepas!"

 

"Ti—dak." tegas Chansung tepat di telinga Junho, seringai kemenangan tak juga lepas dari wajahnya.

 

Junho mendengus dan segera me

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
ruellovcr
#1
Chapter 11: bingung aku sama nichkhun sjksjakjskaj
ruellovcr
#2
Chapter 10: siapa yang nyebarin foto itu deh?? apa jangan2 ada hubungannya sama junho yang nangis?
ruellovcr
#3
Chapter 7: KSKSKSSSKS KACAU ToT
ruellovcr
#4
Chapter 5: chansung sama junho ini kayanya apa2 bisa dibawa ribut melulu ya wkwkwk

oh ya, aku jadi bingung sama nichkhun ... sejauh ini dia lebih milih siapa deh?
ruellovcr
#5
Chapter 4: aku kasian sama nichkhun, tapi kasian juga sama minjun :((
ruellovcr
#6
Chapter 3: baru di chapter ini aja udah gemesin huhuhu
taeckayforever #7
Chapter 3: INI TAUN 2020 DAN AKU BARU BACA, tidak ada harapan lanjut kah? ㅠ.ㅠ
diyoungie #8
Chapter 14: Hai thor, aku kembali di 2019 :) aku tau sih kalo kamu gak bakalan update ff ini, cuma lagi kangen aja sama mereka :')
Amaliaambar
#9
Chapter 14: Aaaaaaaaaaa fix aku baper maksimal paraaahhh, ceritanya ngena banget ih feelnya dapet bgt sumpaaahhhhhhh
aaaah update lg dong author-nim jngn bikin saya mati penasaran, walaupun udh lama update lah author-nim saya penasaran banget bangetan iniiiiii
diyoungie #10
hai thor, aku datang lagi untuk mengingatkan mu agar mengupdate ff ini haha ^^~~~