Namaku Song Yumi. Aku adalah anak dari seorang pengusaha terkenal dan terkaya di Korea bernama Song Gyesang. Ayahku orang Korea, sedangkan Ibuku orang Jepang. Aku di besarkan layaknya seorang putri. Aku tidak pernah kekurangan apapun, kecuali kasih sayang dari kedua orang tuaku. Sepertinya mereka terlalu sibuk dengan segala bisnisnya.

Aku berjalan pelan menuju pintu keluar. Sudah hampir 13 tahun aku tinggal di Jepang, dan rasanya aneh sekali kembali ke Korea sekarang. Aku hampir tidak mengenal siapapun di sini.

                Begitu aku tiba di ambang pintu, aku disambut dengan oleh banyak orang dari media. Ini merupakan hal yang paling aku benci menjadi anak seorang pengusaha terkenal, Song Gyesang. Aku menegapkan diriku dan mempersiapkan ‘wajah-khusus-kamera’-ku yang sudah terlatih sejak kecil. Aku tersenyum dan menunduk kepada kamera, melangkah secepat mungkin kearah mobil dan tidak berkata apapun.

                Aku menghela nafas saat sampai di mobil. “Do I have to do this?” tanyaku pada Souta, body guard yang ditugaskan khusus untukku sejak 4 tahun yang lalu.

                Souta mengangguk pelan dan tersenyum untuk menenangkanku. Souta adalah orang Jepang, tapi ia bisa berbicara dalam berbagai bahasa. Perawakannya tinggi, besar, dan untuk ukuran seorang body guard, wajahnya termasuk jauh diatas rata-rata. Ia sangat baik dan sopan. Mungkin ia satu-satunya orang yang bisa aku percaya selama hidupku.

                Aku melihat keluar jendela. Korea terlihat seperti negara yang asing tapi di sisi lain juga familiar. Aku merinding saat mengingat aku akan tinggal berdekatan dengan Ayahku.

                “Souta, can we turn over? I wanna see my campus first. I just wanna check how it looks like,” ucapku pada Souta. Souta mengangguk dan berbicara dengan supir. Mobil berbalik dan berjalan menuju ke Universitas tempat aku akan belajar.

                Tidak lama, kami sampai di salah satu Universitas ternama di Korea. Aku menurunkan jendela sedikit dan melihat keluar. Suasananya begitu nyaman. Aku memutuskan untuk keluar dari mobil dan berjalan-jalan sedikit. Souta mengikutiku dari jarak yang tidak terlalu jauh, seperti biasa.

                Aku berjalan kearah Main Hall yang berada di tengah area Universitas. Banyak mahasiswa yang sedang berkumpul di sekitara sana. Aku melangkah masuk perlahan. Sepertinya sedang diadakan acara, karena ada panggung di tengah Hall.

                Aku melihat berbagai poster bertuliskan BTOB di dinding, dan banner berisikan hal yang sama.

                Tiba-tiba ada beberapa cewek yang berlari masuk dan menyenggolku hingga aku hampir jatuh, Souta menahan tubuhku dan menarikku untuk berdiri lagi. Aku menatap mereka tajam, dan mereka menundukkan tubuhnya untuk meminta maaf. Aku berbalik dan kembali ke mobil.

Aku meyakinkan Ibuku dengan sekuat tenaga agar aku bisa tinggal di apartemen dekat dengan kampusku dengan alasan agar lebih mudah. Meskipun alasannya simple saja, aku tidak ingin berada di sekitar Ayahku, hal ini membuatku seakan bisa merasakan hawa dingin yang mengelilingi Ayahku.

                Kami tiba di salah satu apartemen mewah yang letaknya tidak jauh dari kampusku. Apartemen ini begitu memuaskan. Sangat besar dan bersih. Tidak terlalu banyak furniture dan nyaman. Souta meletakkan barang-barangku di kamar. Aku berjalan kearah balkon. Pemandangan yang terlihat begitu menyenangkan. Aku menghela nafas.

                “Here we go again,” gumamku.