Ghassany POV

Mendengar kata rumah sakit membuatku lemas seketika, dan setelah mengetahui bahwa dia di rumah sakit untuk menemani Yoona membuat dadaku seketika seperti diiris-iris. Perih rasanya. Dia membiarkanku menunggu seperti orang bodoh karena dia menemani Yoona?

Aku tidak yakin apakah aku mengangguk atau tidak, yang pasti Leeteuk menggiringku ke mobilnya yang membawa kami menuju rumah sakit.

Aku tak pernah suka rumah sakit. Aku tak suka aura kesedihan dan putus asa yang bertebaran di sana. Yoona terserang usus buntu saat dia mengadakan pemotretan hari ini dan harus dioperasi. Aku tahu Siwon memang sangat baik. Aku juga tak pernah tahu bagaimana hubungan mereka sebelumnya. Haruskah aku tahu jika akhirnya itu makin mencekikku?

Ini bukan salah siapa-siapa kecuali aku yang terlalu banyak berharap. Aku bodoh.

Aku dan Leeteuk segera menuju kamar Yoona di rawat. Aku membuka pintu kamar dengan perlahan, tak ada orang lain di sana. Hanya ada Yoona yang sedang tertidur, cairan infus menitik-nitik menuju pembuluh darahnya. Siwon tertidur di atas kursi di samping tempat tidur, Sebelah tangannya menggenggam tangan Yoona. Sebelah tangan Yoona yang bebas menyentuh puncak kepala Siwon.

Aku tidak jadi masuk. Pemandangan itu sebenarnya biasa-biasa saja bagi mata. Tapi tidak untuk hatiku. Itu menyesakkan. Air mataku berhamburan saat aku berlari menyusuri sepanjang koridor. Leeteuk mengejarku sambil meneriakkan namaku tapi aku tidak begitu peduli. Perih sekali rasanya. Tidak cukupkah bagi Siwon dengan membuatku menunggu selama tiga jam? Kenapa aku harus melihat kedekatan mereka. Bukankah sudah kukatakan, aku tidak ingin melihat kedekatan mereka??

***

Ghassany dan Leeteuk duduk bersebelahan di bangku taman yang sepi. Hujan sudah reda beberapa saat lalu tapi masih menyisakan hawa lembab yang pekat. Keduanya terdiam, hanya terdengar suara isak tangis Ghassany yang perlahan mereda.

“Maaf.” Ujar Ghassany. “Harusnya kau tidak melihatku menangis seperti ini, Oppa!”

“Aku ada disini untuk meminjamkan pundakku. Menangislah jika itu membuat perasaanmu lega!”

“Harusnya aku tidak perlu menunggunya selama tiga jam di bawah hujan!”

“Ini salahku. Harusnya aku tidak mengajakmu ke rumah sakit saja!” Sesal Leeteuk

Ghassany menggeleng cepat. “Bukan. Ini bukan salahmu. Hanya aku saja yang bodoh. Harusnya aku pulang saja, dan kembali ke Indonesia tanpa memberitahunya!” Mereka berdua kembali terdiam.  “Tapi aku tidak bisa.. aku tidak bisa kembali jika aku tidak memberitahunya. Aku hanya ingin bilang… aku—” Tangis Ghassany pecah lagi. Dengan sigap Leeteuk menarik kepala Ghassany dan membenamkan di dadanya. Ghassany menangis tersedu-sedu di sana. Hangat. Seperti dekapan seorang kakak.

“Aku mencintainya. Aku hanya ingin dia tahu bahwa aku mencintainya!” Lanjut Ghassany. Leeteuk memeluk Ghassany lebih erat, berusaha memberikan simpati dan kehangatan. Ada rasa yang tak pernah diantisipasi Leeteuk sebelumnya. Cemburu.

“Kau beruntung mendapatkan cintanya, Siwon. Tapi mengapa kau menyakitinya?” Gumam Leeteuk dalam hati.

Siwon berhenti melangkah, dia tidak jadi menghampiri Ghassany dan Leeteuk. Tadinya Siwon ingin meminta maaf dan menjelaskan semuanya kepada Ghassany. Tapi melihat kedekatan Ghassany dan Leeteuk membuatnya marah. Sudah pernah dia duga sebelumnya. Dia berbalik lalu kembali ke mobilnya, meninggalkan taman itu dengan segera. Dia muak dengan apa yang dilihatnya tadi!

***