CHAPTER 4

BLOODY DAISY
Please Subscribe to read the full chapter

Seunghyun membelelalakkan matanya saat bibir mereka bertabrakkan. Tak sampai disitu, saudara iparnya itu bahkan berusaha melumat bibirnya. Tanpa pikir panjang ia segera mendorong laki-laki itu, melepaskan pagutannya. Jiyong yang sedang mabuk tentu saja tak memiliki kendali diri yang baik. Ia jatuh tersungkur begitu saja keatas lantai. Seunghyun yang terbawa emosi, sudah siap melayangkan tinju saat melihat Jiyong sempat bergerak lemah diatas lantai dibawah meja kerja laki-laki itu, Seunghyun bisa mendengar tangisan sang pria.

“Seungnie-yah…” Nama yang dipanggil Kwon Jiyong dalam tangisnya sebelum ia benar-benar kehilangan kesadaran.  Tangannya yang tengah terkepal berhenti di udara. Seunghyun berusaha mengatur emosinya. Ia tak boleh terbawa amarah saat ini atau dirinya akan menjadi sama konyolnya dengan pria Kwon yang tertidur di lantai saat ini jika sampai itu terjadi.  Ia menatap datar pada pria yang tengah terbaring tak berdaya itu. Matanya yang tadi dipenuhi kilat kemarahan, kini tampak menyendu. Ia kehilangan sang adik, dan hal itu telah meremukkan hatinya. Kwon Jiyong kehilangan sang istri, teman hidupnya, ibu dari anaknya. Belum lagi, Jiyong juga baru saja mendapati kenyataan bahwa sang isteri meninggal karena diracuni. Bertingkah seperti orang hilang akal saat ini, pria itu masih bisa dimaklumi. Mengingat rasa sakit yang dialaminya pastilah jauh lebih besar.

Mengingat kembali akan penyebab kematian Seungnie, membuat emosi kembali menjalar di hatinya. Sayangnya ia harus bersikap tenang, ia tak boleh mengambil tindakan gegabah. Kwon Jiyong yang memperkenalkan dirinya sebagai seorang bodyguard yang bertanggung jawab menerima laporan mengenai kasus Seungnie, dari Detektif Kang, menunjukkan bahwa pria itu tak mempercayai siapapun. Mungkin sebaiknya memang begitu. Musuh bisa datang darimana saja. Jiyong pasti mewaspadai hal itu.

Matanya kembali melirik pada Jiyong yang masih diam tak bergerak. Seunghyun ingin pergi dan meninggalkannya begitu saja disana. Ia benar-benar akan menjalankan rencananya, dan menyelesaikan rencana yang sudah terkumpul di dalam otaknya. Namun, ia menghentikan langkahnya. Pria itu bagaimanapun ayah Soo Ra dan suami adiknya. Melupakan kekesalannya sejenak, Seunghyun mengangkat tubuh Kwon Jiyong ke sofa panjang yang terdapat di ruangan itu.

Begini lebih baik. Ia akan bekerja menganalisa informasi yang mereka kumpulkan, tanpa seorang Kwon Jiyong yang meninggikan suaranya setiap 5 menit sekali. Seunghyun kembali duduk di hadapan tumpukan kertas yang seharusnya mereka diskusikan jika saja  Jiyong tak memutuskan untuk mabuk dan menciumnya.

Seunghyun menggelengkan kepala, berusaha menghilangkan bayangan apa yang baru saja terjadi di antara mereka, lalu kembali lagi menekuni file yang dipegangnya. Melihat dari daftar tersangka yang begitu panjang, pekerjaan ini tak dapat ia selesaikan dalam semalam.

Motif! Ia harus mencari tahu motif pelaku hingga meracuni Seungnie. Dengan menyeleksi siapa saja yang kemungkinan memiliki alasan untuk membunuh Seungnie, ia bisa mempersingkat daftar tersangka. Tapi Seunghyun juga sangat mengerti bahwa faktor yang menjadi pendorong terjadinya hal itu bisa saja sakit hati, balas dendam, cemburu, persaingan, perebutan harta, dan masih banyak lainnya. Ia harus bisa menemukan kemungkinannya dengan cepat, tapi juga tanpa meninggalkan semua detilnya.

Baiklah, orang tua dari Kwon Jiyong tak menyukai Seungnie. Cukupkah itu menjadi alasan mereka untuk memberikan racun kepada menantu mereka sendiri? Ia harus menanyakan kembali kepada Jiyong nanti.

Lalu para pekerja di kediaman Kwon ini, mereka juga patut dicurigai. Setelah berinteraksi begitu lama, tentu saja ada kemungkinan mereka memiliki permasalahan dengan Seungnie. Mungkinkah salah seorang dari mereka pernah bersitegang dengan Seungnie?

Ia tahu adiknya itu begitu lemah lembut, susah untuk mempercayai bahwa ia bersikap kasar pada orang lain. Meskipun ia hanya berhubungan dengan adiknya melalui jaringan, tapi ia bisa menangkap kesungguhan dan ketenangan yang tak dibuat-buat dari nada bicara sang adik. Namun, tentu saja kemungkinan itu masih ada. Sebagai seorang detektif, ia sudah professional dalam memisahkan perasaan pribadi dengan insting detektifnya. Pengalaman mengajarkannya bahwa setiap detil kecil harus diperhatikan karena bisa jadi hal kecil itulah kunci dari semua misteri yang ada.

Ia memutuskan untuk membuat daftar kemungkinan dan memulai semua rencananya setelah menanyakannya pada Jiyong terlebih dahulu.

Merasa bahwa penyelidikannya tak akan membawanya kemana-mana tanpa bantuan Kwon Jiyong sebagai informan utama, Seunghyun memutuskan menyudahinya untuk hari ini. Ia berdiri dan melihat kearah Kwon Jiyong yang kini terdengar mendengkur halus dalam tidurnya.

Laki-laki itu terlihat begitu rapuh saat dia tidur. Seunghyun melihat kenyataan sebenarnya saat ini bahwa Kwon Jiyong tidak lebih dari seorang laki-laki yang mencoba untuk terlihat tegar dan garang untuk menutupi perasaannya yang remuk redam. Sebenarnya laki-laki itu tidak jauh berbeda dengan dirinya sendiri.

Tapi Kwon Jiyong ini sungguh tak terduga. Disamping sikapnya yang mencoba menutupi kesedihan yang dirasakannya, dia juga seorang yang agresif. Tiba-tiba Seunghyun membayangkan bagaimana kehidupan percintaan laki-laki itu dengan mendiang adik kembarnya, mereka berdua pasti merupakan pasangan yang romantic dan mesra, mengingat bagaimana Kwon Jiyong demikian kehilangan hingga hilang akal saat tadi menciumnya.

Kembali perasaan Seunghyun tergelitik. Ada perasaan lain yang muncul dari dalam dirinya ketika tanpa kuasa ingatannya kembali pada rasa bibir laki-laki yang masih bergelung di sofa itu. Bibir Kwon Jiyong.

Seumur-umur, baru kali ini dia memikirkan rasa bibir seseorang. Sial. Mungkin sebaiknya dia juga ikut mabuk sekarang agar pikiran itu bisa enyah dari otaknya.

Menghela nafas, Seunghyun kemudian berjalan menuju ke pintu keluar ruang kantor mewah itu, mencari seseorang untuk membawa si mabuk kembali ke mansion-nya. Seunghyun tentu tidak bisa melakukannya sendiri walau dia sanggup menggendong Kwon Jiyong namun instingnya mengatakan bahwa lebih aman jika orang lain yang akan membawa laki-laki itu pulang.

Dan dia akan mengikuti laki-laki itu untuk tinggal di mansionnya. Di rumah tempat Seungnie menghabiskan hidupnya bersama laki-laki itu, untuk mencari penyebab kematian satu-satunya saudara yang dia miliki.

Pekerjaannya dimulai saat ini.

 

***

 

Kwon Jiyong terbangun dengan sakit kepala dan mual yang hebat. Pria itu mengerang sambil memegangi kepalanya yang berdenyut sakit. Belum lagi rasa ingin muntah yang ia rasakan. Perutnya seperti tengah dikocok, dan mendesak untuk segera dikeluarkan dari perutnya.

Menahan mual, Jiyong berusaha bangkit dari ranjangnya. Dengan tertatih-tatih, Jiyong akhirnya sampai di kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya hingga tak ada lagi yang tersisa. Lututnya hampir saja gagal menopang tubuhnya, badannya lemas dan gemetar. Kwon Jiyong merutuki dirinya sendiri. Lagi-lagi ia membuat dirinya tak sadarkan diri dengan menenggak terlalu banyak brendi.

Siapa yang membawanya kemari? Salah satu butler-nya? Atau mungkin Lee Seunghyun? Karena terakhir kali ia ingat, dirinya tengah berada di kantornya bersama pria itu. sebelum akhirnya ia kehilangan kesadaran. Sungguh memalukan.

Jiyong berusaha mengingat kembali kejadian semalam. Ia hanya merasa bertemu Seungnie, lalu mencium bibir wanitanya itu sebelum semuanya gelap.

Ah, semua perasaan kehilangan di hatinya ini, membuat Jiyong sering berhalusinasi. Namun, tetap saja ia merasa ciuman semalam terasa begitu nyata. Jiyong tak sempat mengingat kembali semuanya karena perutnya yang memutuskan untuk kembali mengeluarkan isinya.

Uggh, ia membenci efek setelah mabuk yang ia rasakan. Benar-benar menyiksanya.

 

***

 

Jiyong baru kembali ke ruang kerjanya saat siang menjelang. Setelah sebelumnya bermain sebentar dengan Soo Ra. Memaksakan dirinya untuk tersenyum dan bermain boneka—masih dengan kepala yang terasa berdenyut. Saat melihat putri kecilnya itulah perasaan Jiyong mulai membaik. Soo Ra selalu bisa menjadi pengobat luka di hatinya. Sang anak tak pernah gagal menjadi pengingat bahwa ia harus tegar, Bahwa ia tak sendiri, bahwa ia memiliki seseorang yang harus menjadi fokusnya saat ini.

Dari Soo Ra dia juga mengetahui bahwa si Lee Seunghyun sudah pindah ke mansion karena gadis kecilnya ini berceloteh tak henti mengenai ahjussi yang seakan menjadi favoritnya sekarang.

Kemarin setelah dia memerintahkan Seunghyun untuk tinggal di mansion, Jiyong memang langsung menelepon tuan Ma untuk mengatur salah satu kamar di mansionnya untuk tamu baru mereka. Tapi sejak dia keluar dari kamar tadi, laki-laki itu tak dijumpainya. Seharusnya sebagai bodyguard dan asisten pribadi laki-laki itu berada dekat dengannya, kemana laki-laki itu pergi?

Sedang pikirannya bertanya-tanya, pintu ruang kerjanya diketuk dan muncullah wajah orang yang dia pikirkan itu dari sana. Terlihat santai dengan kaos polo yang rapi dan celana khaki, laki-laki itu sepertinya sudah bangun dari tadi. Entah mengapa demi melihat wajah Seunghyun yang terlihat begitu tenang dan… tampan, membuat Jiyong ingin mencecarnya dengan berbagai pertanyaan dan memprotes tentang keterlambatannya untuk datang mendampinginya saat Seunghyun menyodorkan kertas di tangannya pada Jiyong.

Ia menyambut dan membaca lembaran kertas tersebut, dan wajahnya sedikit memerah. Malu dengan pemikirannya sendiri. Ia hampir saja memarahi Seunghyun dan menuduhnya tidak bertanggung jawab, saat pada kenyataannya dirinya sendirilah yang tak henti-hentinya bersikap bodoh.

Kertas ditangannya berisi hasil penyelidikan Seunghyun. Kalau dilihat dari jumlah orang yang dicoret dari daftar tersangka, kemungkinan Seunghyun mengumpulkannya sendiri sejak pagi tanpa bantuannya.

Dari 9 orang yang yang bekerja di rumahnya—yang Jiyong tuliskan dalam daftar orang-orang yang patut dicurigai, seluruhnya orang di antaranya telah dicoret dari daftar.

“Untuk sementara, kita bisa menyingkirkan mereka dari daftar penyelidikan. Saya sudah menanyai beberapa diantara pekerja yang tinggal di mansion ini tadi.” Jiyong menaikan alisnya. Bukankah mereka sudah sepakat untuk menyembunyikan masalah ini dari orang-orang?

“Tentu saja saya tak mengatakan yang sesungguhnya dan menanyakan secara langsung apa yang sedang kita cari.” Seunghyun seperti bisa menangkap pertanyaan yang belum sempat Jiyong utarakan itu.

Pria itu lalu melanjutkan, “Saya memperkenalkan diri kepada para pekerja anda, dan seperti sebuah obrolan ringan, seolah-olah saya ingin tahu tentang keseharian Seungnie. Mereka semua tahu bahwa saya saudara kembar Seungnie yang tak pernah ia temui. Hal itu cukup memudahkan untuk mengorek informasi.”

Jiyong masih tak bersuara. Ia tahu bahwa Seunghyun belum selesai dengan penjelasannya. Pria itu membiarkannya meneruskan kalimatnya.

“Tuan Ma, sepertinya dekat sekali dengan Seungnie, ia juga bercerita mengenai Seungnie dengan kesedihan yang terpancar dimatanya. Rasa sakit itu sepertinya tak dibuat-buat, ia terlihat seperti orang yang tengah kehilangan anaknya. Sepanjang obrolan ia juga bercerita bahwa Seungnie sangat dekat dengan para pekerja, dan tak memiliki permasalahan yang berarti dengan mereka. Begitu juga dengan yang lainnya. Bibi Seok, Han Min, Kang Jun, dan paman Jin. Tak ada satupun dari mereka yang terlihat mencurigakan. Sepertinya mereka semua sangat menyayangi dan kehilangan Seungnie. Tinggal anak paman Jin, Guru les Soo Ra, dan kedua asisten pengurus rumah yang belum saya temui, tapi sepertinya itu tak perlu. Setidaknya belum perlu untuk saat ini.”

“Mengapa begitu? Bukankah kau seharusnya tak melewatkan siapapun? Bisa saja kita mendapatkan fakta yang janggal dari mereka.” Jiyong bertanya dengan menggunakan bahasa banmal namun kali ini dengan nada yang lebih tenang. Bagaimanapun, mendengar bahwa orang dekatnya bukanlah pelaku pemberi racun, membuatnya sedikit tenang.

“Saya sudah memikirkan hal itu. Paling tidak saat ini saya mencari informasi mengenai alibi tentang keberadaan mereka, dan beberapa orang memiliki alibi yang membuktikan bahwa tak satupun di antara orang-orang tersebut yang berada di sekitar Seungnie di waktu kejadian. Mereka semua berada di rumah ini saat itu.  Tuan Ma memberikan kesaksian bahwa ia memerintahkan para pekerja untuk membantunya memindahkan barang-barang di gudang atas perintah Seungnie. Jadi mereka bertiga jelas berada disini pada hari kematian Seungnie. Begitu juga dengan guru privat Soo Ra. Ia kebetulan memiliki jadwal mengajar dan berada bersama Soo Ra pada hari itu. Begitu juga dengan Kang Jun, ia tak menemani Seungnie seperti biasa karena Seungnie bersikeras untuk pergi dan mengemudi sendiri.”

“Jadi yang harus kita cari lebih lanjut adalah siapa orang yang ditemui Seungnie saat itu. Anda pasti tahu bahwa sianida merupakan racun yang memiliki reaksi sangat cepat. Setidaknya pelaku bersama Seungnie setengah jam sebelumnya. Melihat banyaknya racun yang ditemukan, tak butuh waktu lama untuk sianida itu menunjukan gejalanya setelah Seungnie meminumnya.”

Keduanya terdiam setelah itu. Orang yang menemukan Seungnie saat itu adalah seorang waitress di Caffe yang di kunjungi Seungnie. Pada saat itu Seungnie  seorang diri di sana.

“CCTV. Kita harus memeriksa CCTV di Caffe tersebut.” Jiyong menyimpulkan.

Seunghyun mengangguk mengiyakan. “Kita butuh bantuan Detektif Kang untuk melakukannya.”

“Baiklah.”

Tentu saja mereka membutuhkan bantuan detektif Kang. Seunghyun tidak bisa begitu saja meminta rekaman CCTV pada pengelola Caffe.

Jiyong merasa miris sendiri. Jika saja bukan karena statusnya, penyelidikan ini akan lebih mudah. Ia bisa menyerahkannya langsung kepada kepolisian. Pihak berwajib tentu lebih leluasa untuk menyelidikinya. Tapi dengan keadaan sekarang, akan menjadi kegemparan jika keadaan yang sesungguhnya sampai tersebar diluaran sana.

Rumor yang menyebar tentang dirinya sebagai seorang pengusaha bertangan besi sudah merupakan hal yang biasa. Berbagai spekulasi akan bermunculan, musuh-musuhnya akan menggunakan kesempatan ini untuk menghancurkannya.

Belum lagi dalang dari pembunuhan ini bisa saja dari orang dekatnya. Ia khawatir saat berita ini meruak, pelaku akan semakin waspada. Jadi untuk sekarang yang terbaik adalah melakukannya secara diam-diam.

Mereka mempunyai keuntungan tersendiri dengan tidak adanya orang yang mengetahui mengenai penyelidikan. Pelaku akan merasa tenang karena mengira Jiyong tak mengetahui penyebab sebenarnya kematian Seungnie. Dan saat pelaku lengah, akan lebih mudah untuk mencari celah.

Jiyong mengamati Seunghyun di hadapannya. Mengapa ia merasa sejak tadi pria itu berusaha menghindari tatapannya? Ia menggelengkan kepalanya pelan. Ini bukan saatnya ia memikirkan hal yang tidak penting. Meskipun dalam hatinya masih terasa sesuatu yang mengganjal, Jiyong berusaha mengabaikannya.

“Aku akan menghubungi detektif Kang, segera.”

“Kalau begitu saya permisi dulu, Kwon Jiyong-Ssi. Ada hal lain yang harus saya lakukan.”

Jiyong hanya mengangguk, memerhatikan Seunghyun hingga ia menghilang di balik pintu, sebelum akhirnya meraih telepon genggamnya dan menghubungi Detektif Kang.

 

*** 

 

“Soo Ra-nie. Nenek harus berbicara dengan papamu sebentar, Soo Ra bermain dengan Ahjumma ya? Han Min, tolong ajak Soo Ra bermain di taman sebentar.” Nyonya Kwon, atau Ibu kandung Kwon Jiyong berkata kepada cucu satu-satunya saat perempuan itu datang ke mansion sore harinya.

Please Subscribe to read the full chapter

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Shanounrainy80
#1
Authornim 💕
noona1804 #2
Chapter 4: wah ketinggalan cerita seru ni,..semangat kak untuk next chapternya
JIRI8890
#3
Chapter 4: Excited for next chapters.. Semangat kak
Lee_kwon #4
Chapter 3: Wahhh keren..author_nim jangan lama-lama update nya ya 🥺🥺
Oneda73 #5
Chapter 3: Yaahh...berhentinya pas banget waktunya..seru night ceritanya..sabarr harus nunggu minggu depan lagi ..thanks ya authornims Yonghee n Aleena
JIRI8890
#6
Chapter 3: Wow.. Makasih udah update.. Makin seru.. Jangan lama2 chapter selanjutnya ya kak yonghee & kak aleena ♥
NRLovely #7
Chapter 2: Cerita ini pantas ditunggu...
JIRI8890
#8
Chapter 1: Author fav ku di wp.. Tp krn dh lama keluar dr wp jd nunggu updatean disini aja.. Di tunggu lanjutannya kak yonghee & kak aleena
aleyriri #9
Chapter 1: So gooood, I’m so curious of what really happened to seungnie~
AleenaAdiba #10
Chapter 1: Sekarang baru kerasa nervous nyaaa... Kolab sama Mba Yonghee itu sesuanu... Wkwkw