1 - Perpangkatan

Rum Pum Pum Pum
Please Subscribe to read the full chapter

.

Cinta-cintaan, Amber masih terlalu asing dengan kata itu. Harinya terlalu banyak di isi dengan bersenang-senang; game, olahraga, jalan-jalan, makan gratisan, dan dikejar guru konseling yang menjaga gerbang setiap pagi. Namun sosok yang selama ini dia sebut malaikat sudah mengenggol kata 'cinta' dalam diri Amber. Tidak ingin memikirkannya berlebihan, gadis itu memilih menghindari Suho sampai hatinya siap. Paling tidak sampai Amber punya alasan lebih menyakinkan dan dapat memukul mundur si malaikat.

 

Serius, Amber tidak sedang menginjak panel-panel dalam komik yang tidak nyata. Dia juga tidak sedang memerankan pemeran utama wanita dalam serial romantis. Dia hanya seorang gadis yang sedang meniru tikus, berlari dari satu lobang dinding ke lobang lain, bertahan hidup sebelum ada yang menerkamnya. Begitu bell pulang berbunyi, Amber berbangga diri menjadi yang pertama keluar kelas, menuju gerbang secepat yang dia bisa. Entah terlalu percaya diri atau apa, yang pasti Amber berfirasat  kalau Suho akan menemuinya.

 

Langkahnya memelan saat sepatunya menyenyuh halaman sekolah. Rasa lega melongos begitu saja, bak baru disiram air dingin di padang tandus. Amber mengelap keringatnya lalu bersandar pada sebuah mobil yang terparkir bersama beberapa mobil lainnya. 

 

Menjadi terlalu peka, Amber terlonjak kanget saat pintu di sisi lain mobil yang disandarinya terbuka. Bedebam pintu yang tertutup juga tidak bisa menghentikan gelombang kejutnya. Amber mengerang kesal, menghentakkan kakinya kasar berkali-kali. Dia tidak pernah berpikir akan hidup seperti dalam film horror, sedikit-sedikit kaget, sedikit-sedikit lari, sedikit-sedikit takut, sedikit-sedikit kencing dicelana. 

 

"Amber!" Si pemilik nama menengok pada si pemilik mobil. Itu orang yang Amber kenal, tapi bukan Suho, buhan Chanyeol maupun Chen, atau temanya yang lain. "Ternyata, benarkan Amber."

 

Tidak ada gerakan lambat. Tidak ada background penuh pelopak bunga, apalagi lagu pengantar yang mendayu-dayu. Amber berlari memutari mobil dan langsung menubruk dada si pemilik mobil dengan keras. 

 

"Xiumin oppaaaa..." Rindu bertahun-tahun itu lenyap seketika. Seperti mimpi saja. Si gadis tidak menyangka, dia semakin menenggelamkan wajahnya di dada Xiumin sambil berusaha menahan tangis.

 

"Hei, jangan bilang kau masih saja cengeng."

 

Cubitan Amber mendarat di pinggang Xiumin. Si lelaki mengaduh keras, lantas pasrah dan tidak berucap apapun lagi. Dia tahu betapa ganasnya serangan Amber, gadis itu sudah kuat dari kecil meski sangat cengeng pula. Tangannya mengelus pelan punggung Amber yang lebih tinggi dari terakhir kali Xiumin ingat.

 

Amber menarik-hembuskan napasnya berkali-kali setelah melepas pelukannya. Matanya sudah mulai berkaca-kaca tapi tidak ada tetes yang menembus start. "Kau tidak minta maaf padaku? Setelah pindah, kau bahkan tidak memberiku kabar."

 

"Apa kau menemukan tetangga baru yang lebih cengeng, dan kau sibuk mengurusinya sampai melupakanku." Rengekan cemburu itu tetap melekat dalam ingatan Xiumin. Meski badannya sudah meninggi, bukan lagi gadis baru lulus SD dengan kuncir kuda, tapi bagi Xiumin, dia tetaplah Amber yang cengeng dan mengganggu seperti saat mereka bertetangga.

 

"Kau dan keluargamu juga pindahkan? Aku kehilangan handphoneku, juga kontakmu."

 

"Bagaimana oppa tahu aku pindah?"

 

Acakan pada rambut gadis itu cukup jadi pengantar perasaannya. Xiumin mengaku, dia benar-benar merindukan adik kecil cerewetnya itu. "Aku ke rumah lamamu begitu kembali ke Korea tahun lalu." Xiumin juga berusaha mencari keberadaan Amber di selang kegiatannya yang padat. Dan hari ini, secara kebetulan mereka bertemu di sekolah Amber tanpa harus saling mencari.

 

Xiumin harus melepas gejolak tawanya melihat Amber memasang wajah cemberut yang tersirat kepura-puraan. Dengan bertemu Amber rasanya Xiumin dibawa terbang kemasa lalu, tepat pada masa kanak-kanak mereka. "Jangan marah jelek. Akan ku traktir makan sebagai permintaan maaf."

 

"Aku tidak akan mudah tersogok."

 

"Kau bisa makan apapun sampai perutmu meledak."

 

Amber melirik. Makanan selalu menjadi hal yang menggiurkan. Apalagi saat ini Amber terancam kehilangan si malaikan sumber keuangannya. Mempersiapkan diri kalau-kalau besok dia kembali tidak makan, maka hari ini perutnya harus terisi penuh. Pemikiran singkat yang penuh kelabilan hati itu berakhir, Amber mengangguk sekali pada Xiumin. "Baiklah kalau kau memaksa."

 

"Min, sudah lama?" Otomatis Amber mengikuti arah pandangan Xiumin saat suara lain menyapa. Sialnya, sekali lagi Amber harus kaget melihat penampakan tinggi si guru pengganti. Amber mundur selangkah, mengabaikan pembicaraan ringan dua lelaki di depannya. 

 

Amber tidak begitu mengerti kenapa dia merasa harus menghindari Kris juga. Padahal niat awalnya hanya menghindari Suho. Dengan keheranan yang belum terjawab  Xiumin sudah membukakan pintu mobil untuknya.

 

"Ayo berangkat Am." Amber mengerjap beberapa kali. Tidak ada yang salah dari ajakan Xiumin, satu-satunya yang Amber anggap salah adalah keberadaan Kris yang ikut duduk di bangku depan. Tunggu? Jadi mereka akan pergi bersama?

 

Ingin menolak, ingin pergi. Tapi hatinya tidak bisa bohong, dia mengharapkan waktu lebih lama bersama Xiumin dan makanan gratis. Pasrah, Amber mendudukan diri di bangku belakang sendirian. Hatinya pelan-pelan berharap, semoga si guru pengganti peka lalu meninggalkan Amber bersama Xiumin saja.

 

.

 

Suho tahu itu akan terjadi. Dia sudah mengira Amber akan menghindarinya, mengingat bagaimana gadis itu tak menyadari arti perhatiannya. Amber pasti tidak nyaman dengan pernyataan Suho tadi siang. Sayangnya laki-laki ini tidak merasa menyesal sudah mengaku walau tidak dengan cara-cara yang istimewa.

 

Setelah berjalan cepat seperti kesetanan, Suho berhasil menemukan keberadaan gadis itu. Di antara dua mobil dengan warna sama, Amber terlihat sedang sibuk bicara dengan seorang lelaki yang tidak Suho kenal. Entah itu siapa, tapi Amber terlihat sangat akrab dengannya. Berniat mengakhiri tanyanya Suho melangkah mendekati parkiran mobil. Tepat pada langkah keduanya, Kris datang dari arah berbeda dengan Suho.

 

Lelaki tinggi itu bicara dengan lelaki yang bersama Amber. Tanya Suho semakin besar dan membesar. Sayangnya semenjak Kris disana, Suho kehilangan keinginannya menghampiri Amber. Dengan langkah yang tertutup lelaki itu hanya bisa diam, sampai salah satu mobil yang mengapit Amber pergi.

 

Dia takut mengira-ngira. Khawatir apa yang telah dia perkirakan adalah keberadaan yang tidak dia tahu. Apa mungkin Amber dan Kris sudah lama k

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
miamimutz #1
Chapter 4: Hi
watdaaa #2
Chapter 4: gua seneng bengat dah bacanyaa XD btw gua berasa semester satu lagi belajar logika X D
ajolnim
#3
Chapter 4: Cha lo dulu kuliah ambil mtk ya?
Btw aku shyeenaaang sama gaya tulisannya yang ringan, palagi percakapan2 ga jelas amber-chanyeol.
Aisha lagi tajin apdet aku bahagyaa... Begini terus ya aishaaa. Mwaaaahhh:**
Damnshellama
#4
Chapter 4: Amber bebel banget siiihhh yaampun
tapi kenapa kris kenal semua yhaaa??? Ada apa???

Daannn ntar berubah??? Saya-kamu jadi sayang-kamu??? Wkwkwk
dewipur
#5
Chapter 4: kalo murid kaya Amber ada didunia nyata udah viral aja tuh kayanya,,dan di cap jelek sama netizen ?

tapi versinya Amber ko lucu yaa .. ??
ajolnim
#6
Chapter 3: AISHAAAKU SAYAAAANNGGGG IH GEMESSS SAMA FF INI:***
AKU SUKA AKU SUKA... lebiuh rapih yang ini ya cha lebih panhang jg daripada yg di wp kemaren wkwkwk tapi aisha pake bawa2 mtk aku langsung pusyiiingg..
Aku tunggu lanjutnya yaaa aishaaaaa... Btw selamat buat debut solonya. Nanti kalo temu amber salamin yaaa:*
juma940204 #7
Chapter 3: bagusss ceritanyaa, d tunggu lanjutannya ?
krisber22 #8
Subscibe dulu baca.a besok hehe
Thankyou
dewipur
#9
Chapter 3: aahh ternyata ini yg sama Xiumin ..
gw nunggu ff ini bnget ..
mft1507
#10
Chapter 3: aduh ada xiumin juga :))
masa momen awal2 dikasih muntahan ambernya wkwk
Next part materinya apa lagi aku penasaran, ditungguu^^