2 - Implikasi

Rum Pum Pum Pum
Please Subscribe to read the full chapter

.

Amber  mengulum permen lollipopnya, sesekali menariknya keluar hanya untuk mengecap rasa manis-sedikit asam. Dia kehilangan semangat masuk sekolah tepat waktu karena kejadian kemarin. Setelah memastikan memakai seragamnya dengan benar, Amber berjalan lambat melewati pagar rumah. Bukannya buru-buru mengejar bus yang sudah berangkat, Amber memilih menikmati angin pagi sekaligus permen kesukaannya.

 

Gerbang sekolah tertutup rapat, itu sudah lewat 20 menit dari jam masuk. Penjaga sekolah serta guru yang gemar mengejar Amber tidak ada disana. Kesempatan memanjat pagar di depan mata, namun ingatannya terkait pada daftar pelajaran hari itu. Mata pelajaraan yang dipegang Kris Wu berada di jam pertama sampai jam istirahat. Memanjat masuk pun rasanya percuma, tidak ada ruang kelas yang akan menampungnya tidur. 

 

Padahal rasa kantuk sudah membayanginya sepanjang jalan. Kalau diingat, tadi malam dia tidur jam 3.40 subuh karena Chanyeol memaksanya begadang—seperti biasa. Untuk kesekian kalinya Amber menguap, siapapun yang melihat itu pasti akan sama disapa kantuk. Sekali usapan pelan mengakhiri barisan air mata yang menggenang, bersamaan itu dia teringat sesuatu.

 

Amber tahu ada tempat bagus. Segera ia memutar tumitnya setelah menepuk dahinya pelan. Mengambil ancang-ancang beberapa meter dari gerbang sebelum melompat dan mendarat sempurna. Melangkah, berbelok ke tempat parkir, Amber pun dapat memasuki lorong ruang-ruang kelas. Jam pelajaran membuat lorong sangat sepi, dari luar hanya terdengar suara-suara guru, papan tulis dan beberapa keributan kecil. 

 

Berhenti di depan pintu yang bertuliskan UKS, Amber menurunkan letak tasnya serta menyembunyikannya di belakang kaki. Mengintip dari jendela, setelah merasa  petugas kesehatan juga tidak ada Amber buru-buru masuk. Tasnya di lempar kebawah ranjang hingga tak ada satupun orang dapat melihatnya. Ia melompat-lombat cepat, membuat tubuhnya berkeringat dan wajahnya tergurat rasa lelah sebelum menyembunyikan diri di balik kasur dan selimut.

 

Amber baru akan tertidur saat pintu ruangan terbuka. Dia mempertahankan rasa lelahnya begitu petugas UKS menanyai keadaanya. Tidak perlu berlarut dalan hitungan waktu, Izin tidur dia dapat cuma-cuma dari orang yang termakan omong kosongnya. Menyenangkan, rasanya seperti dia mengalahkan Chanyeol dalam game yang sering mereka mainkan. 

 

"Guru yang mengajar dikelasmu siapa?"

 

Dari tepi selimut yang menutupi tubuhnya Amber mengintip petugas kesehatan yang sedang mencatat sesuatu. "Kris saem." 

 

"Dia tahu kau tidak enak badankan?"

 

Tentu saja tidak. Amber tertawa dalam hati. Mungkin karena dia Amber Liu si pembuat onar makanya orang terjebak antara percaya dan tidak mempercayainya. "Aku kesini karena izinnya."

 

Anggukan petugas kesehatan menyertai buku laporannya yang tertutup. Amber tidak peduli kalau bolosnya kali ini harus menjual nama Kris. Setidaknya setelah apa yang Amber dapat tadi malam, maka Kris harus membayarnya. Sial, gara-gara membicarakan si guru pengganti, Amber harus membayangkan wajah bodoh yang belum 24 jam lalu sekarat karena mabuk.

 

Ia berhasil jatuh dalam tidur lelap, mengistirahatkan kelopak matanya yang amat lelah. Begitu napasnya sudah teratur, tubuh rileks, lama.. lama.. dan hantu-hantu malah berdatangan seperti kelopak sakura di bulan april. Bukan, bukan sosok hantu berwajah seram, yang ini bahkan lebih seram, lebih nyata.

 

Gelisahnya terlihat jelas oleh petugas kesehatan. Kerut kening tertarik alam bawah sadarnya. Saat gumpalan menjijikan itu berjalan, menaiki kain celananya seperti hidup, Amber tidak mampu lari atau bahkan menggerakan kakinya. Dia membeku, terpaku lama dan jatuh pasrah.

 

"Kau baik-baik saja?" Suara samar itu menghancurkan gambaran seram menjadi bagian kecil. Dinding-dinding ruang kesehatan nampak jelas menggantikan latar hitam yang kelam. "Apa yang kau rasakan? Apa ada yang sakit?" 

 

Amber mengerjap dua kali menyadari dia hanya bermimpi. Mimpi yang mampu membuat porinya membesar dan melahirkan titik peluh yang banyak. Amber mengerang delam hati. "Apa disini ada obat yang bisa menghilangkan ingatan?" 

 

Melihat petugas yang menatapnya bingung tidak mengakhiri ingatan Amber tentang cairan di atas celananya tadi malam. Gara-gara mimpi tolol, dia harus terbawa sampai kedunia nyata. Membayangkan warnanya, teksturnya—agak kenyal, dan paling parah aromanya. Astaga, Amber tidak tahu kalau dimuntahi seseorang bisa membuatnya trauma, padahal tadi subuh tidurnya masih nyenyak.

 

"Aku jadi ingin muntah."

 

Perkataannya yang asal malah membuat si petugas panik. Dia pelan-pelan membawa amber bangun, duduk di tepian ranjang sebelum mengoleskan minyak dan memijat tengkuk Amber. Terima masih pada mimpi dan sisa kenangan Kris tadi malam, sekarang Amber benar-benar dianggap sebagai orang sakit. 

 

.

 

Amber sangat berterima kasih pada petugas kesehatan yang luar biasa baik hati. Atau tidak juga? Pokoknya dia terlalu mudah diperdaya—dan dipaksa. Amber jadi tidur sangat nyenyak gara-gara obat—berefek rasa kantuk—yang di berikan oleh si petugas. Jangankan kelas Kris yang menyebalkan, bahkan kelas sastra dan bahasa ikut terlewat karena tidurnya. Amber menjadi sosok yang sangat bahagia begitu meninggalkan UKS.

 

"Dari mana saja kau?" Mata Amber menyipit, bukannya menjawab pertanyaan teman sebangkunya, dia malah memainkan ponsel dalam diam. "Eh, jawab bodoh."

 

"Tidur—," terpaksa dia menjawab, teman sialannya itu sudah susah-susah mengeplak kepalanya. Mungkin Amber harus membalas. "—Di surga."

 

"Kau mati suri?"

 

"Lebih dari itu."

 

Chanyeol memilih tidak menanggapi Amber lagi. Tidak akan ada ujung jika Amber sudah mulai berandai-andai dalam bahasanya. Yang ada, bisa-bisa dia gila karena menyahuti hal-hal tidak masuk akal dari si tomboy. 

 

"Suho mencarimu, dia seperti kehilangan fakir miskin tempatnya bersedekah." Amber akhirnya punya alasan balas menggeplak kepala Chanyeol. Aduhan dari Chanyeol malah meringankan tangan Amber mengirim pukulan dobel. "Dan Kris saem menyuruhmu menemuinya di jam istirahat."

 

"Sekarang?"

 

"Ya, sekarangkan istirahat," anggukan Chanyeol mengantar kata-katanya. 

 

Amber luar biasa malas. Menemui Kris sama artinya menemui pencipta monter dalam mimpi buruknya. Tapi M

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
miamimutz #1
Chapter 4: Hi
watdaaa #2
Chapter 4: gua seneng bengat dah bacanyaa XD btw gua berasa semester satu lagi belajar logika X D
ajolnim
#3
Chapter 4: Cha lo dulu kuliah ambil mtk ya?
Btw aku shyeenaaang sama gaya tulisannya yang ringan, palagi percakapan2 ga jelas amber-chanyeol.
Aisha lagi tajin apdet aku bahagyaa... Begini terus ya aishaaa. Mwaaaahhh:**
Damnshellama
#4
Chapter 4: Amber bebel banget siiihhh yaampun
tapi kenapa kris kenal semua yhaaa??? Ada apa???

Daannn ntar berubah??? Saya-kamu jadi sayang-kamu??? Wkwkwk
dewipur
#5
Chapter 4: kalo murid kaya Amber ada didunia nyata udah viral aja tuh kayanya,,dan di cap jelek sama netizen ?

tapi versinya Amber ko lucu yaa .. ??
ajolnim
#6
Chapter 3: AISHAAAKU SAYAAAANNGGGG IH GEMESSS SAMA FF INI:***
AKU SUKA AKU SUKA... lebiuh rapih yang ini ya cha lebih panhang jg daripada yg di wp kemaren wkwkwk tapi aisha pake bawa2 mtk aku langsung pusyiiingg..
Aku tunggu lanjutnya yaaa aishaaaaa... Btw selamat buat debut solonya. Nanti kalo temu amber salamin yaaa:*
juma940204 #7
Chapter 3: bagusss ceritanyaa, d tunggu lanjutannya ?
krisber22 #8
Subscibe dulu baca.a besok hehe
Thankyou
dewipur
#9
Chapter 3: aahh ternyata ini yg sama Xiumin ..
gw nunggu ff ini bnget ..
mft1507
#10
Chapter 3: aduh ada xiumin juga :))
masa momen awal2 dikasih muntahan ambernya wkwk
Next part materinya apa lagi aku penasaran, ditungguu^^