Ketua Murid

I Hear You (Answer)

            Sungyeol baru saja keluar dari ruang kepala sekolah, masih sedikit membungkuk saat pintu ruangan itu tertutup. Ia menegakkan kembali badannya lalu menghela nafas pelan, berbalik sambil mengamati jadwal kelas yang baru saja ia terima. Baru saja ia hendak melangkah, seseorang yang jelas lebih pendek darinya – dengan tinggi seperti itu, ia yakin sebagian besar siswa di sekolahnya akan terlihat pendek- berlari kearahnya dengan cepat. Mendengar derap langkah cepat, Sungyeol mengangkat kepalanya. Dan hal terakhir yang sempat ia lakukan sebelum tabrakan itu terjadi hanya melebarkan mata coklatnya.

            Pemuda yang menabraknya terjatuh dengan gedebug yang cukup keras, sedang Sungyeol hanya terhuyung kebelakang, terselamatkan dengan refleks kaki kirinya yang cepat.

            “Kau tak apa-apa?” Sungyeol mengamati pemuda yang masih meringis kesakitan di lantai itu dengan khawatir. Tangannya terulur, bermaksud membantu.

            “Yeah.., hanya sedikit nyeri, dan mungkin cidera tulang duduk” Sahut nya santai sambil menyambut uluran tangan Sungyeol.

            “Maafkan aku. Aku tak bermaksud – “ Untuk pertama kalinya pemuda itu menatap wajah Sungyeol yang mengerut dan penuh rasa bersalah. Mau tak mau pemuda itu tertawa pelan.

            “Hei, Aku hanya bercanda. Aku tak percaya kau percaya begitu saja” Pemuda itu tertawa lagi.

            “Lagi pula ini salahku yang berlari seperti dikejar hantu. Aku sedang buru-buru...., ! Benar! Aku harus bertemu kepala sekolah!” Raut wajah pemuda itu berubah resah. Sungyeol hendak bertanya ada apa namun terpotong karena pintu ruang kepala sekolah terbuka.

            “Apa yang terjadi disini?” Dihadapannya pria yang baru saja ia temui bertanya tenang, tangannya bertautan di belakang punggungnya. Kepala sekolahnya memandang mereka dengan heran. Sungyeol hendak membuka mulutnya, namun tertutup lagi. Tiba-tiba bingung tentang apa yang harus ia katakan, sepertinya ia gugup, karena sungguh kepala sekolahnya memberikan aura yang membuatnya merasa harus menjaga sikap.

            “Maafkan kami, Profesor. Saya tak sengaja bertabrakan dengan nya tadi” Sungyeol menghela nafas lega lalu mengangguk pelan.

            “Oh, Sam! Kebetulan kau ada disini! Bisa kau antarkan siswa baru ini ke kelas nya? Aku khawatir dia tersesat” Baik Sungyeol maupun Sam memandang kepala sekolah nya dengan heran.

            “Tapi, Professor, ada hal penting yang saya ingin bicarakan dengan anda..” Sungyeol bisa merasakan nada gelisah dan tak sabar di ujung kalimat Sam tadi. Hal itu membuatnya semakin tak enak hati dan bermaksud meninggalkan mereka berdua secepatnya. Tapi lagi-lagi, sebelum sempat ia membuka mulutnya, kepala sekolah di depannya tersenyum bijak dan berkata ramah.

            “Berita menyebar cepat, Sam. Yang sudah ku dengar tak perlu kau ingatkan lagi. Ada banyak telinga dimana-mana. Dan Sepertinya ada kucing nakal yang masuk ke halaman rumahmu, Sam” Kepala Sekolahnya tertawa kecil, dan Sungyeol tertawa hambar dalam hati, tak tahu apa yang sedang kepala sekolahnya bicarakan. Kucing nakal? Sepertinya Profesor sedang bercanda.

Namun sepertinya tebakannya salah, karena saat ia berbalik, wajah Sam terlihat tegang dan serius, bahkan atmosfir di sekitarnya terasa tak nyaman. Sungyeol mengangkat kedua alisnya, tak yakin tentang apa yang harus ia lakukan agar keluar dari situasi canggung itu.

“ Sedang untuk yang lainnya bisa menunggu, bukan? Tapi pelajaran pertama tak bisa di undur” Kepala sekolah kembali tersenyum bijak dan dengan tenang Sam mengangguk.

“Baik, Professor”

“Kalau begitu, sebaiknya kalian cepat. Pelajaran pertama akan segera dimulai dalam beberapa menit”

Kepala Sekolah kembali masuk ke dalam ruangan nya. Tapi sebelum pintu itu tertutup, ia menoleh, menatap Sungyeol tajam.

“Selamat datang di sekolah ini, Sungyeol-goon. Kita bertemu lagi nanti” Sungyeol yang jantungnya berdetak cepat karena mendapat tatapan itu hanya tertegun, bahkan menyahut pun tidak. Lagi, kata-katanya seperti ternggelam saat berhadapan dengan kepala sekolah. bahkan saat berbincang tadi, ia tak banyak berkata, lebih banyak mendengarkan, hanya menjawab saat ditanya, sangat berbeda dengan sifatnya yang mudah bersosialosasi.

“Jadi kau, Lee Sungyeol?” Sungyeol menoleh cepat, memperhatikan tangan Sam yang terulur.

“Aku Kim Samuel. Ketua murid di sekolah ini” Sungyeol menyambut uluran tangan Sam singkat.

“Ah, ya.. Aku Sungyeol, walau sepertinya kau sudah tau” Mendengar gumaman kecil Sungyeol, Sam terkekeh pelan, lalu kembali berjalan. Sungyeol mengikuti dari belakang.

“Well, sebagai ketua murid, sudah seharusnya aku tahu siapa saja yang masuk ke dalam wilayah ku bukan?” Sam tersenyum kecil dan Sungyeol mengangkat sebelah alisnya.

“Wow. Pemilihan kata yang tak biasa” Sam tertawa.

“Kau bisa anggap ini sebagai hobi.” Sungyeol hanya mengangguk pelan sebagai jawaban.

“Tapi, ngomong-ngomong, apa tak apa mengantarku seperti ini? Hal yang ingin kau bicarakan dengan Kepala Sekolah sepertinya penting.”

“Kau tak perlu khawatir” jawabnya tanpa menoleh. “Lagipula sepertinya Professor sudah tahu, tak ada gunanya aku memberitahunya lagi. Dan seperti yang Professor katakan, hal lainnya masih bisa menunggu. Mungkin aku terlalu terburu-buru.” Kali ini Sam menoleh, memamerkan senyumnya.

“-- Cih, tapi aku tak menyangka pendengaran orang tua itu benar-benar tajam” Sungyeol tersenyum kecil mendengar bisikan kesal Sam. Mereka berjalan dalam hening untuk beberapa saat, sibuk dengan pikiran masing-masing sebelum akhirnya Sam memecah hening.

“Oya, Sungyeol-ssi dimana kelas mu? Aku diminta mengantarmu, tapi lupa menanyakan dimana kelasmu, bodoh bukan?” Sam tertawa geli.

“Seharusnya kau sudah tahu, bukan?” Sungyeol sedikit menaikan ujung bibirnya. Sam hanya menyeringai lalu tertawa kecil, paham betul komentar sinisnya ditujukan pada kalimatnya tadi.

“Point taken”

Sungyeol ikut tersenyum dan melihat kembali berkas yang baru saja ia terima.

“Eum, Kelas XI-A...” Sam menoleh cepat dan bola matanya sedikit membesar, menatap Sungyeol yang sepertinya tak tahu dengan situasi yang akan ia hadapi. Disampingnya, Sungyeol justru sedang sibuk dengan peta sekolah di tangannya, mencoba mencari sendiri letak kelas sesuai rencana, sebelum kepala sekolah tiba-tiba meminta Sam untuk mengantarnya. Tapi, Ukhh! Peta ini benar-benar membingungkan. Ia bahkan tak bisa menentukan lokasinya saat ini. Dalam hati ia merutuk orang bodoh yang membuat peta untuk sekolah super besar ini.

“Lupakan saja. Peta itu takkan banyak membantu, ada banyak perubahan di sekolah ini dan peta itu sudah terlalu tua” mendengar itu Sungyeol menatap Sam dengan kerut di keningnya lalu menyelipkan peta itu kedalam saku nya dengan kasar. Yang benar saja? Lalu untuk apa dia diberi peta? Setelah ia pikir lagi, mungkin karena itulah Kepala Sekolah ingin Sam mengantar nya ke kelas.

“Well, bukannya itu tugasmu sebagai Ketua Murid untuk memastikan hal-hal seperti ini? Apalagi untuk sekolah seluas ini” Sam hanya menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal, lalu tertawa malu. Untuk pertama kalinya Sam terlihat  berbeda dari dirinya yang penuh percaya diri.

“Eum, aku agak lupa.., tapi hey, jangan salahkan aku, kami tak biasanya menerima murid pindahan, jadi persiapannya sedikit kurang...”

Sungyeol menatap Sam tajam dengan sebelah alis terangkat. Seperti tak percaya apa yang sedang Ketua Murid ini bicarakan. Alasan.

“Ok, I am Sorry. Aku benar-benar lupa, belakangan ini ada banyak masalah yang harus aku tangani”

Apology accepted” Sam tersenyum kecil

“Sebagai gantinya aku akan menemanimu berkeliling sekolah siang nanti. Sekolah ini sangat luas seperti katamu, dan ada banyak hal menarik yang bisa kau lihat. Bagaimana?”

“Menarik. Lagi pula aku tak ingin terjebak di labirin kelas ini”

Kali ini Sam tertawa, “Pemilihan katamu lumayan menarik juga. Baru pertama kali aku mendengar orang yang menyebut sekolah ini sebagai labirin.”

Sungyeol mengangkat bahunya, “Hanya kesan pertama yang aku dapat saat masuk ke sini”

Sam tertawa lagi, dan Sungyeol bertanya tanya apa yang sedang ia tertawakan.

“Bicara tentang kesan, aku juga cukup terkesan dengan mu Sungyeol-ssi” Sungyeol sedikit memiringkan kepalanya. Sam tersenyum lalu kembali menatap ke depan.

“Tak banyak yang bisa menyelesaikan soal-soal yang ku buat. Tapi kau justru membuatnya terlihat mudah”

Untuk sesaat sungyeol hanya menatap Sam tak mengerti, mencoba mencari tahu apa yang sedang ia bicarakan, selanjutnya ia malah membeku di tempat, baru saja terhantam kesadaran tentang apa yang sedang Sam bicarakan.

“Soal test itu kau yang membuatnya?!”

“tidak semuanya, aku membentuk tim untuk membuat soal-soal test itu. Seharusnya kau merasa tersanjung karena kami membuatnya khusus untukmu” dan Sam kembali terkekeh.

Well, not really..” Sungyeol membayangkan hari saat ia menjalani test. Awalnya ia tak terlalu peduli, di tempatkan di kelas manapun ia tak masalah. Tapi saat membaca soal-soal itu ia justru bertekad membuat siapapun yang membuatnya tercengang. Bukannya ia ambisius atau apa, ia hanya kesal dengan soal berlapis di hadapannya, penuh trik dan jebakan, seolah sedang mengejek dan menantangnya. Karena itulah ia mengerjakannya dengan serius, meski otaknya harus dipaksa bekerja keras. Dan sekarang justrus ia yang dibuat tercengang, siapa sangka seorang murid yang menyusun soal-soal itu, Ketua murid lebih tepat nya.

“Kau terlalu merendah Sungyeol-ssi”

I am not.”

Dan Sam tertawa lagi sedang Sungyeol hanya memutar matanya, kembali memperhatikan jalan dan kelas-kelas yang baru saja mereka lewati. Alis Sungyeol bertautan saat menatap papan nama kelas-kelas tersebut, merasa ada yang aneh, apalagi saat mereka mulai berjalan melewati lorong lantai dua yang menghubungkan dua gedung, menuju gedung berikut nya.

“Sam-ssi, bukankah semua kelas ada di gedung ini?”

“Tidak dengan kelas mu... Well, kelas kita”

“huh?” Sungyeol sedikit memiringkan kepalanya, tak mengerti.

“Sepertinya kau masih belum tahu sistem di sekolah ini. Akan aku jelaskan siang nanti. Untuk sekarang sebaiknya kita bergegas”

Dan ia benar-benar terlambat.

Sungyeol tengah berdiri di depan pintu sebuah kelas dengan papan nama XI-A. Sam baru saja masuk ke dalam dan berbincang dengan guru yang ada di dalam. Sambil menunggu, ia melihat-lihat sekeliling nya dan ia tahu gedung ini berbeda dari gedung sebelumnya. Ia tak tahu apakah ini hanya perasaannya atau apa, tapi suasana di gedung ini sedikit terlalu hening, membuatnya agak merinding.

“Sungyeol-ssi?” Sungyeol menoleh dan baru menyadari kalau Sam sudah berada di depannya dengan seorang pria yang ia yakini guru yang ada dalam kelas tadi.

Sungyeol mendekat lalu membungkuk pelan pada pria tersebut.

“Sungyeol-ssi, ini Profesor Hwang, wali kelasmu mulai sekarang”

“Ah, Senang bertemu denganmu, Sir” Profesor Hwang tersenyum kecil

“Masuk lah Sungyeol-ssi, Biar saya perkenalkan dengan teman sekelasmu”

“Baik, Professor”

Profesor Hwang kembali masuk ke dalam kelas sedang Sungyeol terhenti di depan pintu.

“Terima kasih Sam-ssi”

“Jangan sungkan, itu sudah tugasku. Kalau begitu sampai bertemu siang nanti Sungyeol-ssi” Sam tersenyum sebelum akhirnya berbalik dan pergi menuju kelasnya sendiri.

Sungyeol membuang nafasnya lalu masuk ke dalam, mengikuti Profesor Hwang yang sudah berdiri di samping meja nya.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet