8.
The Three Kingdoms (BAHASA) (INDONESIAN)musim semi datang kembali, Jin dapat merasakannya, dimana udara menjadi sedikit lebih hangat, aroma rumput segar, harum bunga krisan dan terlihat beberapa tupai nampak telah keluar dari lubang tempat mereka berhibernasi selama musim dingin.
Jin berharap ia juga dapat berhibernasi selama musim dingin.
Musim dingin tahun ini terasa seperti petaka baginya, berkali-kali Gongjun diterpa badai salju dan pekerjaanya semakin bertambah karena tumpukan salju tebal menutupi jalanan kerajaan dan ia harus berjibaku ditengah udara dingin yang menusuk hingga ke tulang demi membersihkan jalanan dan menyiramnya dengan pasir sehingga tak menjadi licin.
Syukurlah musim semi lebih cepat datang tahun ini sehingga ia tak harus merendam dirinya di air panas setiap malam dan tetap menggigil kedinginan setelahnya.
Pagi itu, di awal musim semi dengan langkah tak sabar ia berjalan menuju perpustakaan kerajaan, ia mendengar beberapa hari lalu kiriman buku dari ilboon telah sampai di pelabuhan dan mungkin hari ini akan sampai di Istana, dan benar saja nampak beberapa pekerja memasuki perpustakaan sembari membawa kotak besar berisi buku-buku yang dikirim oleh pangeran Min dari Ilboon. Dengan langkah riang Jin menghampiri para pekerja itu dan membantu mereka menata buku-buku di rak yang tepat.
Pangeran nampak teliti dalam menyiapkan buku-buku itu, dengan tulisan rapi setiap buku diberi tanda dan kode untuk memudahkan pekerja meletakkan buku sesuai dengan isi dan tema yang ada di buku. Sedikit yang mereka ketahui, ada kode rahasia yang hanya diketahui oleh Pangeran dan Jin atau mungkin namjoon juga mengetahuinya.
Dalam setiap pengiriman selalu ada buku kosong yang di selipkan pangeran dan anehnya di buku itu di tulis kode tersendiri, para pekerja pada awalnya terheran namun tanpa banyak bertanya mereka tetap meletakkannya di rak sesuai dengan perintah pangeran.
Jin tersenyum ketika menemukan buku kosong itu dan dengan hati-hati ia meletakkan buku itu pada sebuah rak kecil yang berada di sudut ruangan. Tidak ada buku lain di rak itu selain empat buku yang juga kosong dengan sampul berbagai warna yang berbeda, merah, hijau, kuning, hitam dan tahun ini biru -warna favorit Jin-.
Jin tak langsung membuka buku itu, ia menunggu hingga para pekerja selesai dan begitu terdengar langkah terakhir salah seorang pekerja melewati pintu perpustakaan, Jin menutup pintu itu rapat-rapat dan dengan sigap ia meraih lilin di atas nakas di samping meja belajar pangeran Min. ia menyalakan lilin itu dan meletakkannya di atas meja kemudian diraihnya buku kosong tersebut lalu mendekatkkannya ke arah nyala lilin.
Itu adalah cuka apel. Pada kenyataannya buku itu tidaklah kosong. Ada cerita panjang yang ditulis Pangeran Min. cerita-cerita menarik yang dialami Pangeran Min selama di Ilboon. Seperti cerita ketika pangeran bertemu dengan seorang samurai yang terkenal kejam namun setelah berbicara banyak dengannya, pangeran Min sadar bahwa Samurai itu begitu menyayangi keluarganya, ia membiarkan putrinya menguncir rambutnya atau bahkan mendandaninya dengan bedak putih khas para geisha. Jin tersenyum mengingatnya. Atau kisah tentang segerombolan ninja yang hampir menyerang pangeran Min di tengah perjalanan namun seperti biasa Namjoon selalu dapat diandalkan ditengah krisis seperti itu.
Jin tak sabar mengetahui petualangan seperti apa yang dialami oleh Pangeran Min tahun lalu. Lima tahun sudah sejak terakhir kali ia melihat wajah pangeran Min. ia masih dapat merasakan aroma lavender dan madu yang terkuar dari tubuh pangeran min, atau hangatnya pelukan sang pangeran dan manisnya senyum lebar sang Pangeran yang membuat gigi-giginya terlihat dan sebentuk bulan sabit terbentuk dari kedua matanya. Entah seperti apa Pangeran Min sekarang? Sama seperti Jin, Apakah ia juga telah banyak berubah?, karena terlihat jelas, telah banyak hal yang berubah dari diri Jin saat ini.
Usianya telah bertambah, dan ia bukan lagi bocah. Lima tahun berlalu sejak hari itu dan kini ia telah tumbuh menjadi pemuda. Usianya 20 tahun dan kini tingginya hampir 6 kaki. Wajahnya kini terlihat lebih tampan. Luka-lukanya telah benar-benar sembuh tak ada lagi bekas sabetan atau lebam pukulan di wajahnya dan yang tersisa hanya mata hazel bulat dan bibir plum merah merekah. Alisnya tebal dan rapi, bulu matanya lentik, hidungnya juga mancung dan meski sedikit tembam namun tulang rahangnya masih terlihat jelas serta leher jenjangnya nampak menjulur indah menopang kepalanya. Rambutnya hitam panjang dan diikat rapi sebagian. Jin memiliki bahu yang lebar dan terlihat maskulin namun pinggangnya begitu ramping dan kakinya jenjang sehingga terlihat feminim. Hosuk selalu memberitahunya bahwa ia memiliki perpaduan proposi tubuh yang sangat manis dan menawan. Jin hanya bisa tertunduk malu setiap kali Hosuk memberikannya pujian tentang ketampanannya. Meskipun begitu ia sendiri mengakui bahwa ia terlahir dengan ketampanan yang tak terbantahkan.
Berbicara tentang Hosuk, Jin ingat ia telah berjanji untuk mengumpulkan buah persik yang memang berbuah cukup lebat di awal-awal musim semi. Meskipun ia begitu ingin membaca buku itu sekarang, ia memilih untuk mematikan lilin di hadapannya dan berjalan keluar perpustakaan untuk menyelesaikan tugasnya. Ia masih dapat membaca buku itu nanti, dan untuk sekarang Hosuk jauh lebih membutuhkannya.
Dengan berhati-hati Jin memanjat pohon persik yang berdiri menjulang di samping dapur istana. Terlihat di bawah beberapa dayang berbisik-bisik satu sama lain dan ketika Jin melirik ke arah mereka para dayang tersebut segera menundukkan wajah sembari tersenyum malu-malu. Jin tak menghiraukannya, karena kini ia tengah bersusah payah mengumpulkan satu persatu buah persik dan memasukkanya ke dalam kantung yang terikat di pinggangnya.
Satu persatu buah itu terkumpul dan kini kantung itu terasa cukup berat. Sudah saatnya ia untuk turun, pikirnya. Dengan langkah hati-hati ia pun berjalan menuju pokok dahan tempatnya berdiri. Sial, langkahnya goyang ketika ia hampir sampai, dan belum sempat tangannya meraih batang pohon ia pun terpeleset dan dengan cepat meluncur ke tanah. Terdengar jeritan para dayang hingga beberapa pekerja terlihat keluar dengan tergesa untuk melihat apa yang terjadi. Jin menutup matanya erat-erat bersiap untuk merasakan sakit kalau-kalau tulang punggungnya akan patah setelah jatuh dari ketinggian.
“Bruk!”
Aneh… itu sama sekali tidak sakit.
Jin yakin ia telah mendarat ke tanah, namun anehnya ia tak merasakan sakit di punggungnya.
Hangat
Ini tidak benar. Seharusnya beberapa ruas tulang punggungnya sudah patah dan seharusnya ia merintih kesakitan, namun ia tak merasakan apapun selain, sebuah kehangatan dan….. aroma lily.
Jin mengenal aroma ini.
Sudah lama sekali
Mungkinkah?
“Lama tak bertemu, Jin”
Suara itu…..
“Menyenangkan dapat menangkap tubuhmu seperti ini”
Benar. Tidak salah lagi!
Jin dengan cepat membuka matanya dan mendongak ke atas dan menemukan wajah itu, wajah yang telah lama tak pernah ia lihat. Senyumnya pun masih sama, dengan dua gigi kelinci terlihat jelas menghiasi wajah bahagia itu.
“Pa… Pangeran Jungkook?”
“Ohooo!!”
Senyuman pangeran Jungkook menghilang dan berganti wajah kesal yang jelas terlihat dibuat-buat.
“Sudah kubilang untuk tidak memanggilku seperti itu!” Ucapnya dengan nada tegas yang juga dibuat-buat.
Jin tersenyum dan perlahan senyuman manis kembali menghias wajah pangeran muda itu.
Jin dapat melihatnya dengan jelas. Wajah Pangeran Jungkook yang kini terlihat lebih dewasa, pipi cubby nya kini tidak lagi terlihat selain rahang tegas dan tatapan matanya yang dulu bulat, begitu polos dan meski masih telihat nakal namun kini nampak lebih tajam. Sama seperti Jin kini pangeran Jungkook telah bertambah tinggi. Bahkan lebih tinggi dari Jin. Dan jika diingat, dulu Jungkook hanyalah setinggi pundak Jin. Pangeran muda itu kini telah tumbuh menjadi seorang pemuda yang tak hanya tampan namun juga begitu kuat.
Jin dapat merasakannya, dada bidang Pangeran Jungkook serta tangan kekar yang menangkap tubuhnya hingga terselamatkan dari kerasnya tanah. Tanpa sadar Pipi Jin memerah mengingat semua itu dan dengan segera ia menggelengkan kepalanya cepat, berusaha membuang segala pikiran tentang tubuh kekar pangeran Jungkook.
“Apa kau kepanansan?”
“Huh?”
“Kau terus mengipasi wa
Comments