2.
The Three Kingdoms (BAHASA) (INDONESIAN)Perjalanan menuju kembali ke Istana tidak seberapa berat namun cukup membuat Pangeran Min sedikit kelelahan, mungkin karena ia kurang beristirahat beberapa malam terakhir, bahkan udara sejuk hutan yang biasanya mampu membawa daya magis untuk menenangkan sang Pangeran pun kali ini tak terlalu banyak membantunya menenangkan pikirannya. Mungkinkah terjadi sesuatu?, pikirnya dalam hati dan entah mengapa raut wajah penjaga gerbang Istana seperti memberikan jawaban dari pertanyaannya, jawaban yang sesungguhnya tak ingin ia dengarkan, namun prajurit tersebut dengan sedikit tergopoh menghampiri dirinya dan dengan tertunduk dalam sang prajurit itupun segera menyampaikan kabar yang ia dengar dari dalam istana tentang kondisi Raja dan tentang apa yang terjadi selagi ia pergi.
Tak ingin membuang lebih banyak waktu, Pangeran Min segera turun dari kudanya sesaat ia menatap ke belakang dan dilihatnya Namjoon yang memngagguk pelan. Tak butuh kata diantara keduanya, pertemanan selama belasan tahun membuat mereka saling memahami satu sama lain tanpa harus mengutarakan apa yang mereka inginkan. Sementara itu Kim Jin, bocah itu hanya dapat mendongak ke arah Namjoon yang masih memegang erat tangan yang ia lingkarkan di pinggang sang Pengawal Pangeran. Terlihat jelas raut was-was di wajah bocah itu.
Siapa yang tak akan was-was?, bocah itu baru saja terbebas dari perbudakan setelah perjalanan panjang paska penculikan, tanpa tahu identitas lain selain namanya sendiri yang bahkan tak benar-benar ia ingat, tak banyak hal yang tersisa dalam ingatannya selain kenangan buruk selama 2 tahun menjadi budak berpindah dari satu majikan ke majikan lain yang selalu berlaku kasar seolah dirinya tak berharga dan lebih hina dari seekor anjing, yang bahkan masih dapat memperoleh makanan lebih layak dari yang ia peroleh.
Ia ingat saat ketika ia harus mencuri makanan sisa dari anjing majikannya karena tak tahan dengan rasa lapar yang menyiksanya selama 6 hari hanya karena ia ketahuan menahan tawa saat si putri majikannya salah menyebutkan kata uang "ddun" dengan kotoran "dung". Pelajaran bagi Jin untuk tak lagi tertawa karena setelah hari itu, jangankan tertawa, ia bahkan tak lagi punya waktu untuk bicara.
Tapi sebentar lagi, di balik gerbang itu kehidupan barunya akan dimulai, tentu saja ia tak berharap kehidupannya akan penuh dengan kesenangan di dalam sana, namun ia tetap menyimpan satu harapan dan meskipun ia tak tahu apakah tuhan atau dewa itu benar-benar ada, ia tetap berdoa penuh harap.
"Semoga seseorang di dalam sana memperlakukanku sebagai manusia, semoga aku menemukan seorang teman di dalam sana"
Jin menutup matanya rapat-rapat dan dengan penuh harapan ia mengucapkan doa itu dalam hatinya berkali-kali seolah itu adalah mantra dan ketika ia membuka mata, ia melihat punggung Pangeran Min yang berjalan cepat memasuki halaman istana dan berjalan lurus menuju aula utama istana, sebelum akhirnya hilang dibalik pintu gerbang kedua yang menjadi penghalang antara area luar dengan area utama Istana Raja.
"Aku akan mengantarmu ke asrama para pekerja, kau bisa tinggal disana untuk sementara waktu" Ujar Namjoon sembari menengok ke arah Jin yang kini mendongak ke arahnya dan mengagguk cepat.
Setelah mengikatkan kuda di kandang Istana, Namjoon meraih tangan Jin dan menuntunnya berjalan menuju asrama pekerja yang bertugas menata kebun dan taman Istana. Letaknya tak seberapa jauh memang dari kandang Istana namun dengan kondisi kakinya yang penuh luka dan dengan langkah yang terseok-seok itu cukup membuat peluh Jin bercucuran. Beruntung Namjoon begitu baik padanya dan menuntunnya dengan sabar menuju ke sebuah kamar kecil yang berada paling ujung di asrama yang di tinggali oleh belasan pekerja lainnya.
"Tunggulah di sini, aku akan memanggil perawat istana untuk membersihkan luka-lukamu itu, tapi sebelum itu kau bisa makan ini"
Itu adalah dua buah persik berwarna merah muda yang terlihat beg
Comments