Chapter 6

You are My Star

Setelah mengetahui fakta bahwa Yoona akan tetap tinggal bersamanya Taeyeon merasa malas untuk bekerja dan lebih memilih menemani Yoona di rumah. Cukup lama berpelukan Taeyeon pun langsung mengajak Yoona menuju kamarnya untuk membereskan pakaiannya. Setelah masuk ke kamar dia langsung membuka lemari pakaiannya.

"Apa tidak salah Taeyeon-ssi?"

"Apanya?"

"Lemari pakaianmu besar tapi hanya terisi setengahnya." 

"Hahahaha bajuku kan tidak banyak dan lemari ini juga pemberian dari bosku." Yoona hanya mengangguk mengerti.

"Aku bantu membereskannya ya?"

"Ne." Yoona mulai mengeluarkan semua pakaiannya dan Taeyeon membantu merapihkannya sembari memasukannya ke dalam lemari. 

"Yoona-ssi boleh aku bertanya?"

"Silahkan."

"Apa alasan kau ingin tinggal di sini bersamaku? Seperti yang kita tau, kita belum lama kenal dan aku merasa aneh kau ingin tinggal bersama orang asing." Yoona tertawa kecil.

Karena aku menginginkanmu. Dengan tinggal bersama sudah pasti aku mempunyai kesempatan untuk mendapatkanmu. 

"Entahlah aku juga tidak tau. Tapi ada satu alasan yang wajar yaitu aku merasa nyaman berada di dekatmu jadi aku ingin tinggal bersamamu. Selama menggeluti dunia entertainment belum ada orang yang bisa membuat aku merasa nyaman berada di dekatnya. Sekarang aku bertemu denganmu dan baru pertama kalinya aku merasakan kenyamanan bersama orang lain. Apa itu masuk akal menurutmu?" 

"Tentu saja itu masuk akal. Huhuhu aku jadi tersipu mendengarnya." Yoona langsung mencubit pipinya.

"Kau menggemaskan hehe." Taeyeon hanya membalasnya dengan pukulan kecil di tangannya lalu dia melanjutkan aktifitasnya dengan meraih pakaian dalamnya. Saat menyentuh itu dia langsung terdiam memandangnya.

Branya besar juga.

Yoona yang melihatnya langsung merampasnya dengan wajah malunya.

"Beraninya kau menyentuh benda berhargaku."

"Hahaha aku tidak sengaja menyentuhnya, mianhae." Taeyeon tersenyum-senyum idiot melihat Yoona langsung menyembunyikan semua pakaian dalamnya di laci lemari.

"Ukuran bramu berapa Yoona-ssi?"

"Setelah menyentuhnya sekarang kau berani menanyakan ukurannya? Dasar byun!"

"Hahahahahahaha!" 

"Aish!" Mereka pun melanjutkan aktifitasnya sampai selesai. Selanjutnya mereka merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur sembari memandang langit-langit kamar.

"Taeyeon-ssi, bagaimana kau menganggap aku dengan Tiffany?" Taeyeon mengerutkan keningnya.

"Mengapa tiba-tiba bertanya seperti itu?"

"Aku hanya ingin tau selama ini semua penggemar menganggap kami seperti apa. Kau pasti sudah tau kan kami sangat dekat dan aku ingin tau pandanganmu terhadap kami seperti apa?" Taeyeon sedikit berpikir.

"Kalau menurut semua shipper mereka beranggapan bahwa kalian itu real dan cocok satu sama lain. Mereka semua bahkan tidak keberatan kalau kalian belok sekali pun."

"Cukup aneh kedengarannya. Lalu pandanganmu bagaimana?" 

"Tidak apa-apa kalau aku jujur?"

"Katakan saja."

"Aku malah tidak suka melihatmu dengan dia."

"Wae?"

"Karena aku lebih suka kau di pasangkan denganku hahahaha!"

"Aish!" Yoona langsung menjitaknya.

"Sekarang jawab dengan serius aku ingin tau?" Taeyeon sedikit mendesah.

"Entah mengapa aku tidak suka saja dengan Tiffany. Kau selalu lengket dan agresif padanya sementara dirinya selalu terlihat acuh padamu. Aku ingat setiap kali kalian memberikan fan service dia selalu menunjukan ekspresi ketidak sukaannya. Itu bukan sekali dua kali tapi sering. Kebanyakan shipper kalian mungkin tidak menyadarinya tapi aku sebagai penggemarmu sangat menyadarinya." Yoona langsung menghadap Taeyeon sembari tersenyum-senyum memandangnya.

"Aku jadi kagum padamu."

"Kagum dari segi mananya?"

"Kau sangat mengerti aku."

"Aish aku kan penggemar beratmu, sudah seharusnya aku mengerti dirimu." Yoona hanya terkekeh dan kembali memandang langit-langit.

"Taeyeon-ssi, seandainya aku bukan gadis lurus apa kau akan tetap menyukaiku?"

"Aku dan semua penggemar wanitamu pasti senang karena kita mungkin memiliki kesempatan untuk berkencan denganmu hahaha!"

"Jinja? Entah mengapa aku jadi ingin mengatakannya."

"Hmm, mengatakan apa?"

"Kau tau berita persetruanku dengan Tiffany?"

"Hmm aku tau, lalu?" Yoona menarik napasnya sesaat.

"Aku bersetru dengannya karena dia menolak cintaku. Aku bukan gadis lurus Taeyeon-ssi. Aku bahkan tidak terima diam-diam dia sudah menjalin hubungan dengan orang lain. Dia awalnya tidak menyukai pria sampai aku berani mengatakan cinta padanya. Sayangnya aku terlambat karena dia sudah berubah kembali menjadi gadis normal. Karena itu juga aku pergi dari rumah dan memberikan rumah itu padanya." Yoona pun mendengar Taeyeon terkekeh.

"Aish aku sedang mencurahkan hati kau malah terkekeh."

"Mianhae, tanpa mengakuinya kami sudah menebak-nebak cukup lama bahwa kalian itu belok hehe. Aku mengerti dengan perasaanmu dan jika aku ada di posisimu mungkin aku merasa lebih sakit hati. Kau itu orang baik dan seharusnya kau mendapatkan orang yang lebih baik lagi. Bagiku gadis seperti Tiffany memang tidak pantas untukmu." Yoona kembali memandangnya.

"Kau benar. Walau pun begitu aku sudah melupakannya dan menjalani kehidupan baruku bersamamu hehehe."

"Aku jadi berpikiran macam-macam hehehe. Tapi sebelumnya mengapa kau percaya padaku dan mengatakan semuanya dengan terang-terangan?"

"Menurutmu?"

"Aku selalu menyimpan rapat rahasia penting orang lain dan karena itu kau memang pantas percaya padaku hehehe." 

"Aku sudah menebak kau pasti orang yang bisa di percaya. Bagus kalau rahasiaku aman, aku jadi tidak menyesal mengatakannya." Taeyeon kemudian membalikan posisinya.

"Kau tidak bertanya aku gadis lurus atau bukan?" Yoona langsung tertawa.

"Aku sudah tau kau belok hanya untuk Im Yoona seorang. Kau kan pernah mengatakannya saat mengantarku."

"Ah aku lupa hehehe."

"Dasar pikun!"

"Hahahaha!" Taeyeon pun kembali ke posisi semula.

"Ngomong-ngomong aku belum tau berapa usiamu Taeyeon-ssi?"

"Dua puluh enam tahun."

"Mwo? Aku pikir kita seumuran ternyata kau lebih tua satu tahun dariku."

"Itu berarti kau harus memanggilku Eonnie sekarang."

"Taeyeon eonnie!"

"Hahahaha!" Keduanya tertawa secara bersamaan.

"Rasanya aneh karena terbiasa memanggilmu dengan formal. Aku panggil Taengoo saja ya biar terdengar akrab."

"Terserah dirimu aku suka-suka saja. Panggilan Yoona terlalu mainstream, aku juga akan memanggilmu Yoongie saja." 

"Aku suka itu. Selanjutnya apa yang akan kita lakukan?"

"Kita tidur saja, aku ngantuk." 

"Baru bangun langsung tidur lagi?" Taeyeon hanya terkekeh.

***

 

Dua bulan kemudian setelah resmi tinggal bersama, suasana di dalam rumah selalu tidak sepi dari candaan dua gadis yang terlihat lengket satu sama lain sekarang. Dua bulan tinggal bersama membuat mereka tidak cangung lagi dan menjalani hidup seperti teman lama. Walau sudah lewat dua bulan sampai sekarang Taeyeon masih merasa bermimpi bisa tinggal bersama Yoona di dalam rumah kecilnya. Dia juga sangat senang karena Yoona selalu memperlakukan dirinya seperti pasangan yang sangat di sayanginya. Hal itu juga selalu membuat dirinya mengharapkan yang lebih dari Yoona seperti menjadi pasangan sungguhan. Walau banyak berharap baginya itu mustahil karena dia sadar dengan perbedaan status keduanya dan menikmati hari demi harinya bersama Yoona. Seperti hari ini, dia menemani Yoona yang sedang menikmati waktu senggangnya sembari menonton televisi.

"Taengoo?" Yoona mencolek-colek tubuhnya.

"Apa?"

"Aku bosan."

"Lalu?" Yoona menggeser tubuhnya.

"Aku ingin mengacak-ngacak dapur." Taeyeon terkekeh.

"Mengacak-ngacak bagaimana maksudnya? Memasak? Kita kan sudah makan."

"Membuat cake atau apa lah, setidaknya ada kegiatan di rumah." Taeyeon pun mematikan televisinya.

"Kaja, kita membuat cake."

"Yaaay!" Keduanya langsung berlari menuju dapur. Setelah menyiapkan semua bahan-bahan dan peralatan keduanya saling memasangkan celemek dengan romantisnya seperti pasangan kekasih. Selanjutnya mereka mulai membuat cakenya sembari bercanda. Selama mengadonan Yoona juga mengisengi Taeyeon dengan mengolesi tepung di pipinya dan Taeyeon yang tidak terima pun membalasnya. Yoona yang masih belum puas balik membalasnya dan detik selanjutnya keduanya saling berperang tepung dengan tawa keras mereka hingga membuat dapur jadi berantakan. Karena Taeyeon terus melemparinya dengan tepung Yoona langsung menghentikannya dengan memeluk tubuh Taeyeon dan tidak sadar dia mencium pipinya dengan gemas. Saat itu juga Taeyeon langsung terdiam menatapnya dengan tidak percaya.

Owch! Dia sudah pasti terkejut setelah aku menciumnya.

Yoona mencoba tenang dengan memasang wajah polosnya.

"Mwo? Kau ingin bertanya mengapa aku menciummu?" 

"K-kau ini, selalu saja membuat aku terkejut." Taeyeon memisahkan diri dengannya dan memalingkan wajahnya yang mulai memerah.

"Gwenchana?"

"Wajahku terasa panas gara-gara ciumanmu." Jawabnya sembari menutup wajahnya. Yoona kemudian menggodanya dengan menarik kedua tangannya.

"Andwae!" Taeyeon menutup kembali wajahnya membuat Yoona semakin menjadi-jadi untuk terus menggodanya.

"Ayolah singkirkan tanganmu aku ingin melihat wajah merahmu itu babe!"

"Jangan menggodaku, aku gigit kau!"

"Hahaha baiklah maka aku akan memaksamu." Yoona menarik-narik paksa tangannya sampai dia berhasil melihat wajah merah merona Taeyeon.

"Hahahaha so cute!" Taeyeon langsung memukul kecil lengannya.

"Kau menyebalkan!"

"Memang dan aku akan membayarnya." Yoona mencondongkan pipinya.

"I-ige mwoya?"

"Kau bisa membalasnya dengan mencium pipiku juga." Sontak tubuh Taeyeon langsung gemetaran.

"K-kau pasti bercanda kan?"

"Aniyo, palli lakukan saja." Dengan menelan ludah Taeyeon mencondongkan wajahnya untuk mencium pipi Yoona namun saat itu juga Yoona langsung berbalik hingga jadinya mereka berciuman. Taeyeon langsung mematung dengan matanya yang melebar sementara Yoona mulai melumat bibirnya sembari memeluk pinggangnya.

Please ini bukan mimpi kyaaaaaaaaaa!

"Taengoo?" Yoona melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Taeyeon.

"KIM TAEYEON!"

"Y-ya?"

"Ya ampun kau malah diam saja. Time is over, kau baru saja membuang kesempatan untuk menciumku." Yoona langsung mengecup pipinya dan kembali untuk membuat cake.

"H-hah?" Taeyeon menggaruk kepalanya.

Jadi ciuman di bibir barusan itu hanya... Hayalanku? Aish seharusnya itu kenyataan hih!

Taeyeon langsung menghampiri Yoona.

"Biarkan aku menciummu juga."

"Sudah terlambat, tidak ada pengulangan."

"Kau sudah menciumku dua kali, mana boleh kau menolakku."

"I don't care."

"Kau licik!" Taeyeon cemberut sembari menggeretakan kakinya sementara Yoona tidak kuat menahan tawanya. Melihat dirinya terus berdiri dengan cemberut membuat Yoona kembali menggodanya dengan mengolesi mentega di hidungnya. 

"Diam aku sedang marah!"

"Hahahaha sampai segitunya. Ayolah jangan cemberut, kau jelek kalau cemberut."

"I don't care."

"Baiklah." Yoona sengaja menggodanya lagi dengan berpura-pura tidak peduli dan fokus membuat cake.

"Yoongie?" Yoona sengaja mengacuhkannya. Merasa Yoona tidak memperdulikannya membuat Taeyeon berdecak kesal sembari memikirkan cara untuk menciumnya.

Awas kau.

Taeyeon kemudian mendekatinya dengan seringhainya.

"Ada nyamuk di pipimu!"

"Mana?" 

"Sini aku akan menepuknya." Yoona langsung mencondongkan pipinya dan kesempatan Taeyeon langsung mencium pipinya.

"I got it!"

"YAH KIM TAEYEON!"

"RUN!" Yoona mengeluarkan tawa kerasnya melihat Taeyeon melarikan diri seperti anak kecil.

"Aigoo Kim Taeyeon... Semakin hari dia semakin menggemaskan saja." Yoona pun melanjutkan aktifitasnya dan mendengar langkah kaki Taeyeon mendekatinya.

"Untuk apa kembali, kau sedang melarikan diri bukan?"

"Aku kan sedang membuat cake hehehe." Dia perlahan mendekati meja dengan menjaga jaraknya jauh-jauh dari Yoona. 

"Awas ya jangan mendekat." Yoona langsung menatapnya dengan seringhai kemudian berlari dengan menangkapnya. 

"KYAAAAA!"

***

 

10:00AM

Hari ini Yoona berada di gedung SM dan bersantai di ruangan pribadinya. Tidak lama managernya muncul dengan menyodorkan jadwal pekerjaannya.

"Congratulations, pihak SM sudah menolak tawaran dramanya dan sudah di pastikan jadwal barumu tidak sepadat biasanya."

"Baguslah, aku juga tidak ingin menerima tawaran drama itu." Managernya kemudian duduk sembari menatapnya.

"Kemarin aku ke rumah dan Tiffany bilang kau sudah menyerahkan rumah itu padanya, benar?"

"That's right." 

"Lalu sekarang kau tinggal di mana? Kau bahkan tidak memberitahuku." 

"Aku pergi secara mendadak dan aku lupa memberitahumu. Sekarang aku tinggal bersama Taeyeon."

"Taeyeon? Gadis yang kau sebut penggemarmu itu? Astaga sekarang kau tinggal bersamanya?"

"Memangnya kenapa?"

"Aku tidak mengerti dengan jalan pikirkanmu. Sudah ku bilang jangan berdekatan dengan orang asing kau malah tinggal bersamanya sekarang. Aish aku jadi pusing memikirkanmu." Yoona menatap datar managernya.

"Sudah aku bilang juga dia orang yang sangat baik Oppa."

"Baik belum tentu bisa di percaya."

"Tapi dia bisa di percaya. Sudah dua bulan aku tinggal bersamanya dan tidak ada sesuatu yang terjadi selama aku tinggal bersamanya."

"Bukan tidak ada tapi belum." Yoona pun berdecak kesal sembari membaca pesan dari Taeyeon.

"Orang yang kita bicarakan sedang berjalan menuju kemari."

"Taeyeon? Untuk apa dia kemari?"

"Menendang pantatmu!"

"Aish!" Managernya langsung berbalik arah menghadap jendela.

"Apa yang kau lakukan?"

"Jika dia terlihat baik dari fisiknya maka aku enggan melihatnya." 

"Hahaha seriously Oppa? Kau tidak mau melihat wajahnya yang menghipnotis?"

"Aku tidak peduli." Seseorang kemudian masuk ke ruangannya.

"Permisi, dia sudah datang Yoona." 

"Biarkan dia masuk." Taeyeon pun muncul dengan memperlihatkan deretan giginya.

"Yoongie!"

"Aaaa kemarilah." Taeyeon langsung berlari menghampiri Yoona. 

"Jadi kau gadis yang bernama Kim Taeyeon?" Taeyeon langsung menoleh ke arah manager Yoona yang membelakanginya.

"Ne."

"Kau tau gadis yang ada di sebelahmu itu siapa?"

"Oppa!"

"Diam, aku sedang mewawancarainya."

"Mewawancarai dari Hongkong!" 

"Diamlah, aku belum mendengar jawabannya." Yoona kemudian mendekati telinga Taeyeon.

"Dia managerku dan dia orangnya menyebalkan. Abaikan saja pertanyaan tidak pentingnya." Taeyeon hanya meresponnya dengan senyuman. 

"Aku bisa mendengar bisikanmu Yoona."

"Telingamu memang tajam."

"Itulah aku. Sekarang aku ingin tau mengapa Yoona bisa tinggal di rumahmu?"

"Dia yang menginginkannya dan kau bisa bertanya padanya mengapa dia mau tinggal bersamaku."

"Jawaban yang sempurna hahaha!" Yoona langsung mencubit pipi Taeyeon dan managernya yang merasa kesal langsung berbalik menghadap mereka. Ketika melihat wajah dan senyuman manis Taeyeon managernya langsung terhipnotis. Wajah yang tadinya menyeramkan pun langsung berubah menjadi tersenyum cerah.

"Annyeong!" Managernya langsung bangkit dan bersalaman dengan Taeyeon. 

"Ige mwoya?" Yoona menatap perubahan sikap managernya dengan aneh. 

"Kau pasti orang baik-baik, aku bisa melihatnya hehehe."

"Katanya kau tidak mau melihatnya jika dia terlihat baik dari fisiknya? Tapi sekarang kau malah terlihat senang melihatnya huuu." 

"I-itu... Yeah aku mengakui aku terlalu berburuk sangka padanya. Dia memang terlihat baik walau di pandang dari fisiknya aku bisa melihat itu."

"Tadi mengomel-ngomel, sekarang malah memuji. Kau tidak konsisten." Managernya hanya menggaruk kepalanya dengan malu. Dia meraih tasnya kemudian meminta Yoona untuk mendekatinya. 

"Apa?" 

"Pantas moodmu cepat berubah dan kau begitu memujinya. Dia terlihat jauh berbeda dengan Tiffany. Dia sangat imut dan terlihat ceria. Dia juga terlihat polos, aku percaya dia orang baik dan aku bisa mempercayakan dirimu padanya." Bisiknya dan membuat Yoona langsung tertawa.

"Giliran melihat langsung saja baru kau percaya dan memujinya, apalagi kalau kau tau kebaikannya." Managernya hanya kembali menggaruk kepala sembari tersenyum kepada Taeyeon.

"Taeyeon-ssi, aku menitipkan Yoona padamu ya. Tolong jaga dia selama bersamamu dan jangan membuat dia sakit hati."

"Aku akan melakukannya dan aku tidak akan mungkin menyakitinya. Dia idolaku dan aku sangat menyayanginya."

"Baguslah kalau begitu, aku senang mendengarnya. Aku mohon pamit, besok jangan lupa dengan jadwalmu Yoona."

"Ne Oppa." Managernya meninggalkan mereka berdua.

"Apa dia menganggap aku gadis yang buruk sebelumnya?"

"Tidak juga, dia hanya khawatir kau bukan orang yang bisa di percaya. Setelah melihat langsung dia malah terlihat senang padamu." Taeyeon hanya tersenyum kemudian Yoona mengajaknya untuk pulang. Selama berjalan di dalam gedung banyak staff yang memperhatikan Taeyeon dengan penuh pertanyaan sampai keduanya menghentikan langkah mereka karena berpapasan dengan sesorang.

"Yoong!"

"Fany-ah!"

 

TBC


 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
yy_101
#1
Chapter 21: Awww happy ending :D yoona mesum banget sih, pengen jga jadi yeri deh biar jadi anaknya yoontae :v
Yoongie02
#2
Chapter 21: YoonTae punya baby kyaaaa... Kocak pas tae menyusui itu hahaha
Good job thor, aga ga rela ff yg 1 ini udah end :) semangat trus berkaryanya :)
Yoongie02
#3
Chapter 20: Akhirnya yoontae menikah yawww.. Honey moonnya huuut hehe kasian kamu tae, selalu pasrah ga bisa nglawan suami wkkk
kim_taeny #4
Chapter 20: Dua kali dapet notif update tp kok masih chap 20 aja ?
Tae-In
#5
Chapter 20: Hahaha... Hinyoona emg unbeatable...
Moga slmat aja yah taeng
kim_taeny #6
Chapter 20: Himyoona memang beda tenaganya haha, se byun2nya taeyeon, tenaga taeyeon tetap kalah haha
Tae-In
#7
Chapter 19: Ada" aja nih taengoo..
Tidur di lantai dapur? Kan kasian yoonanya...

Duh yoona knpa jdi lebih mesum dri tae yah?
deer_yoongie_
#8
Chapter 19: Hahah tidur di lantai dapur... ada2 aja taeng.
Gak sabar nunggu moment yoontae nikah, kalo bisa lanjut ke bulan madu ya thor wkwk
Yoongie02
#9
Chapter 19: OH MY GOD OH MY WOW.. MEREKA AKHIRNYA AKAN MENIKAH!!!!!!!!!
Tinggal nunggu weddingnya, tapi kok.... kaya mau end ya? Gw belum siap thor, terlanjur jatuh cinta sm ff ini hehe