My Lesbica Girl

NUESTRA MAGOA [INDONESIAN BTS FANFICT]

Angin sore kota Seoul hari ini sangat cocok untuk sekedar berjalan-jalan mengelilingi hiruk pikuk kota yang padat penduduk ini. Berjalan santai dengan kaos tipis dilapisi jaket kasual, ditambah segelas kopi dingin merupakan pilihan yang tepat bagi Jin yang sedang berjalan santai di tepi trotoar sore ini. Masker hitam dan topi yang ia pakai kali ini senada dengan kaos hitamnya. Ia bersyukur setidaknya hari ini tidak ada orang yang mengikuti dirinya dengan handphone yang mengarah ke setiap penjuru ia berjalan.

Bibir plumnya menyesap sedikit kafein dari gelas yang ia pegang. Kakinya kali ini memasuki sebuah gedung apartemen yang belum diketahui siapa yang ada disana. Ia melangkah memasuki lift dan menekan tombol paling atas. Hari ini adalah musim liburan dimana apartemen yang ia pijaki sekarang ini cukup sepi karena ditinggal para penghuninya, kecuali seseorang yang berada di lantai teratas, sosok yang akan ia temui sekarang ini.

Pintu lift terbuka ketika telah sampai ke lantai yang dituju Jin, pemandangan tertinggi di gedung ini dengan sebuah kolam renang cukup luas di depannya langsung menyapa lelaki berwajah tirus itu. Ia beranjak keluar dari lift dan mendekat ke sebuah kursi lalu mengistirahatkan tubuhnya dengan santai disana. Ia melepas semua atribut yang dipakainya untuk menyamar, menyisakan kaos hitam dan celana denimnya saja. Ia kembali menyesap kopi dinginnya lalu meletakkan kopi tersebut di meja kecil sebelahnya.

Matanya mengikuti gerak-gerik seseorang yang dengan lincah menyusuri air, menggerakkan tubuh ramping idealnya dengan lembut di bawah air. “ Hey, baby! Uwaa, y, y!” Ucap Jin dengan nada riangnya.

Orang yang berada di kolam sontak menghentikan aktivitasnya lalu menoleh ke arah Jin. Kedua ujung bibirnya tertarik menunjukkan senyum geli melihat namja yang sering menyinggahi apartemennya itu. Ia lalu berenang mendekati Jin dan berjalan keluar dari kolam.

Tangannya menggapai baju handuk lalu mengenakannya. Ia mengedipkan sebelah matanya nakal pada Jin lantas duduk di kursi sebelah Jin. “ y, eoh?” Ucapnya.

Jin tertawa kecil menanggapi candaan nakal yeoja itu. Ia meraih kopinya lalu menyesapnya kembali. “ Yah, setidaknya cukup memberi vitamin untuk mataku.” Tangkasnya.

Yeoja itu merebut kopi yang masih diminum Jin lalu meminumnya. “ Bagaimana dengan mataku? Aku belum merefreshnya seminggu ini.” Ujarnya lalu meletakkan kopi itu di meja.

“ Kau mau aku membuka bajuku dan berenang y disini? Kurasa permintaan matamu tidak akan terpenuhi.” Jawab Jin sambil menatap langit Kota Seoul yang mulai gelap.

Ia lalu mengerutkan keningnya dan menoleh ke yeoja disampingnya lalu bertanya, “ Memangnya kemana pacarmu? Seminggu? Berarti kau tidak melakukan itu selama seminggu? Heol, Daebak! Ini rekor terlamamu tahan, Jung Nana!” Ucapnya dengan mata yang melebar.

Nana, yeoja yang setahun lebih tua dari Jin itu memutar bola matanya jengah. Ia membalas ucapan Jin dengan mengacungkan jari tengahnya, hal itu membuat Jin tertawa.

“ Hahahaha, aku serius, kemana Mint? Biasanya dia yang menduduki tempat ini sebelum aku datang dan melihat adegan panas kalian di kolam.” Nana menerawang, lalu meraih ponselnya yang sedari tadi tidak berbunyi menunjukan satu notifikasi pun.

“ I don’t know, Jin. Sejak 5 hari yang lalu aku tidak bisa menghubunginya. Huh, jangan-jangan dia menemukan wanita lainnya dan bermain-main.” Wajahnya mulai memerah memikirkan fantasi yang dibuatnya sendiri, dan hal itu membuat Jin buru-buru menjitak sahabatnya itu.

“ Aigoo, paboya! Lagipula, kalian berdua memang sama-sama player, bukan? Jadi kau bisa menebak sendiri apa yang dilakukan pacar kesayanganmu itu.” Pernyataan Jin mendapat pukulan cukup keras dari Nana yang membuat Jin meringis.

“ Kau itu temanku bukan? Kenapa malahan memanas-manasiku, bukannya menenangkan. Ck!” Ucap yeoja cantik itu sebal.

“ Aigo, aigo….Kalau aku tidak menganggapmu teman aku sudah pergi dan pura-pura tidak mengenalmu semenjak kejadian di kelas itu. Bahkan aku pasti sudah membeberkan kalau Jung Nana adalah penyuka sesama jenis ke seluruh penjuru kampus.” Ucapnya dengan cukup kencang dan gaya khas orang tuanya.

Nana memberi tatapan tajam pada satu-satunya namja di kampusnya yang tau bahwa ia adalah seorang biseksual. “ Jadi kau menganggap aku ini aneh, begitu?”

Jin menghela nafas kasar. “ Kau ini bodoh atau apa? Kau tidak mengerti apa yang baru saja kukatakan? Aish, sudahlah lupakan, ayo pesan makanan, aku lapar!” Ucapnya lalu bangkit berdiri dan melangkah masuk ke gedung.

“ Yak, Kim Seokjin! Kau belum menjawab pertanyaanku!!” Teriak Nana sambil berjalan cepat menyusul Jin yang sudah lebih dulu masuk.

Manik hazel Nana menatap datar namja di depannya yang dengan lahap menghabiskan jajangmyeon yang tadi mereka pesan. Yeoja berambut panjang itu sedari tadi diam dan hanya menyentuh makanannya tak sampai setengah, ia selalu berhenti di tengah makannya dan memilih menonton big eater Jin, begitu ia menjuluki visual BTS itu.

“ Ckckck, kau ini selalu terlihat tidak makan selama sebulan.” Komentarnya yang tidak dihiraukan Jin. Namja itu masih sibuk membuka bungkusan chicken wing.

“ Aish, susah sekali membukanya.” Gumamnya. Nana lalu mengambil alih bungkusan itu dan menyerahkan jajangmyeonnya pada Jin. “ Ini, makan ini dulu!” Ucapnya sambil mulai sibuk membuka bungkusan yang tadi ingin dibuka Jin.

“ Kau tidak menghabiskannya?” Tanya namja itu yang telah mulai menyuap jajangmyeon ke mulutnya.

“ Ani, aku sudah kenyang hanya dengan melihatmu makan.” Ia berhasil membuka bungkusan itu lalu meletakkannya di depan Jin. Yeoja yang sekampus dengan Jin itu masih terkekeh melihat Jin yang sibuk kembali dengan makanannya.

Jari lentiknya meraih sekotak rokok di bawah meja apartemennya, Ia lalu menyalakan sebatang rokok dan mulai menghisap punting tembakau itu yang menghasilkan kepulan asap putih membumbung keluar dari mulutnya. Matanya kembali memperhatikan namja di depannya yang telah selesai memasukkan suapan terakhir jajangmyeon bekasnya tadi ke mulutnya. Yeoja itu kembali tertawa geli melihatnya.

Ia masih mengapit rokok di bibirnya lalu mengambil suatu tabung berisi cairan. Lalu ia menyuntikkan cairan itu ke lengannya hingga habis setengah. Mulutnya melenguh pelan merasakan sensasi yang ia rasakan ketika cairan itu mulai masuk ke tubuhnya.

“ Apakah itu enak?” Nana mengernyitkan alisnya mendengar pertanyaan Jin. Tangannya berhenti menekan ujung suntikan.

“ Jajangmyeon? Kau kan juga merasakannya.” Jawabnya yang dijawab tatapan jengah oleh Jin.

Ia menutup tutup wadah jajangmyeonnya dan memasukkan benda iu ke plastik sampah, setelah itu ia mengambil botol soju dan meminumnya dari botol langsung setelah membukanya.

“ Bukan, maksudku benda itu.” Ujar Jin lalu ia menambahkan, “ Berikan padaku juga.” Ucap Jin sambil menyodorkan lengannya ke arah Nana.

Nana lalu mengerutkan alisnya kaget. “ Kau sudah gila, hah? Ini berbahaya.”

“ Lalu kenapa kau melakukannya kalau tau itu berbahaya?” Ucap Jin yang langsung membuat Nana terdiam. Yeoja itu menghela nafas berat lalu mencabut jarum yang tersambung ke tabung yang menyisakan setengah dari cairan itu dan meletakkannya kembali ke tempatnya. Ia lalu kembali menyesap rokoknya dan menatap Jin heran.

Yang ditatap hanya mengeluarkan senyum manisnya, dan berkata, “ Terimakasih.”

Jin lalu meneguk kembali sojunya dan mulai berujar kembali. “ Memangnya apa yang kau suntikan itu?” Tanyanya.

Nana memiringikan kepalanya, heran dengan sikap Jin yang selalu saja ingin tau tentang berbagai benda yang ia masukkan ke tubuhnya dengan suntikan. Namja itu biasanya hanya diam dan melihat ia dan Mint bermain dengan cairan yang masuk ke tubuhnya, namun jika hanya ada dirinya dan Jin disitu maka Jin selalu memiliki cara yang membuatnya berhenti seketika melakukan hal-hal yang dinilai orang awam kriminal itu.

“ Vitamin C.” Ujarnya singkat sambil mengetukkan rokoknya ke asbak.

“ Aku tidak bodoh, Nana. Opium? Morfin?” Tanyanya sambil menyebutkan beberapa jenis obat yang biasa dipakai temannya dengan pacar perempuannya itu.

Nana menghela nafas pelan dan menjawab, “ Lexo, semacam sedatif.”

Mendengarnya Jin hanya mengangguk. “ Oh.” Tungkasnya singkat lalu meletakkan botol sojunya dan kembali mengambil sepotong chicken wing lalu memakannya.

Hal itu membuat yeoja yang ada seruangan dengannya itu kembali mengerutkan alisnya bingung. “ Kau tidak mengatakan apa-apa lagi? Biasanya kau mulai dengan ceramahmu.”

“ Untuk apa? Lagipula kau sudah tidak sedang menyuntikannya lagi. Jika kau membutuhkan penenang, minum saja itu,” Ucapnya sambil menyodorkan gelas soju ke arah yeoja itu, “ dan memandangi wajahku yang tampan ini. Semua wanita pasti langsung tenang jika melihat ketampananku, kau tau? Because I’m worldwide handsome”

Nana yang mendengar itu sontak memasang wajah mual dan melempar Jin dengan bantal sofa. “ Oh Tuhan, mengapa kau biarkan spesies ini berteman denganku!”

 

7 p.m

Jin kembali berjalan keluar apartemen setelah memastikan seluruh makanan yang tadi dimakannya telah turun. Ia mendekat kea rah kolam renang di depannya dan menghirup udara perlahan.

“ Whoa, sudah lama rasanya bisa bersantai seperti ini.” Ia masih berdiri diam menikmati hawa malam itu yang cukup hangat. Lalu sebelah kakinya terulur turun menyentuh permukaan air kolam. Setelah memastikan suhu kolam sedang cocok dengan mood berenangnya ia lantas menanggalkan bajunya dan segera masuk ke kolam.

Tubuhnya dengan pelan dan santai bergerak menyusuri kolam. Ia tersenyum sangat menikmati waktu-waktunya yang ia anggap berharga itu. Air kolam yang tidak terlalu dingin, udara malam yang cukup hangat dan pencahayaan remang-remang di kolam membuatnya bisa dengan jelas melihat bintang-bintang langit Seoul dari lantai teratas gedung apartemen itu menciptakan selftime yang sempurna untuk si tampan Jin.

“ Ah, sebotol soju pasti akan sangat sempurna.” Gumam Jin lalu berenang ke pinggir kolam berniat untuk naik dan mengambil sebotol soju lagi dari kamar apartemen Nana. Namun ketika ia sampai di pinggir, tangan cantik Nana telah terjulur menyodorkan sebotol Soju pada Jin yang masih berada di dalam kolam.

Melihat itu, Jin tersenyum pada yeoja yang masih berpakaian santai itu sambil berkata, “ Thank you, eoh.”

“ Apa saja untukmu, Tuan muda.” Ujar Nana bercanda. Yeoja itu lalu duduk sambil membuka botol soju lainnya di kursi santai di pinggir kolam sambil memandangi Jin yang sudah kembali berenang setelah meminum sojunya.

Ia lalu menerawang ke arah langit melihat bintang-bintang yang bertebaran cukup menambah kesan indah langit Seoul pada malam ini. Diambilnya ponsel di sebelahnya lalu tangannya sibuk menemukan angle yang pas untuk mengabadikan langit malam Seoul pada hari itu.

Di sisi lain Jin masih bergerak di kolam tanpa henti, kini ia berenang dengan gaya bebas dari ujung ke ujung, namun sesuatu mengganggu gerak kakinya ketika ia telah mengarungi setengah perjalanan ke ujung lain kolam. Kakinya sebelah tiba-tiba mati rasa dan sangat sakit hingga tidak bisa digerakkan. Pergerakkannya terhenti dan ia mulai memegangi kakinya di bawah air. Namun paru-parunya mulai menyerukan bahwa ia harus naik ke permukaan segera.

Ia lalu menggerak-gerakkan tangannya sekuat tenaga karena tinggi air lebih tinggi dari pada tinggi badannya. “ Uhukk! Nana….Tolong aku!” Teriaknya sambil masih menggerak-gerakkan tangannyasebisa mungkin agar ia tetap ada di permukaan.

Nana yang dipanggil masih sibuk dengan ponselnya dan tidak menoleh sedikitpun. Jin mulai timbul tenggelam dalam air, ia menelan banyak air ketika ingin membuka mulutnya untuk meminta pertolongan, bahkan kakinya yang satu kiini mulai ikut mati rasa. “ Jung Nana! Uhukk uhukk..” Ujarnya lalu tenggelam sepenuhnya ke dalam kolam. Pergerakkan tangan namja itu mulai melamban seiring dengan keluarnya gelembung-gelembung udara dari hidung dan mulutnya. Perlahan pandangannya mulai dirundung kegelapan.

Nana yang sedari tadi hanya mengabaikan Jin karena mengira sahabatnya itu berniat mengerjainya mulai melihat kea rah kolam yang sudah mulai tenang airnya. Ia mengerutkan alisnya heran. “ Oh, ayolah, Jin. Berhenti bercanda, aku tidak bodoh.” Ucapnya masih menatap kolam. Ia tertawa singkat lalu berjalan ke arah pinggir kolam dan melihat tubuh Jin yang diam di dalam sana.

Yeoja itu berjongkok dan mulai menyaga dagunya, menunggu Jin keluar dengan sendirinya. “ Kita lihat seberapa lama kau bisa bertahan.”

1 menit

2 menit

3 menit

Sudah hampir 4 menit Jin masih diam dan hal itu membuat Nana mulai gelisah. Bahkan sedari tadi ia tidak melihat gelembung-gelembung yang timbul di permukaan. “ Ya, Kim Seokjin, ini tidak lucu!” Ucapnya mulai membuka bajunya.

Ia masih tidak melihat Jin bergerak setelah 4 menit dan hal itu membuat ia langsung masuk ke kolam dan membawa tubuh lemas namja itu ke permukaan. Ia menarik Jin yang sudah tak sadarkan dari keluar dari kolam dan membaringkannya dengan posisi benar di pinggir kolam.

Nana bergerak gelisah sambil menempatkan dirinya di sisi Jin. “ Hey! Jin! Kim Seokjin! Jangan bercanda!’ Ucapnya sambil menepuk-nepuk pipi tirus namja itu. Namun tidak ada pergerakkan berarti. Ia lalu mengecek nafas dan denyut nadi Jin.

“ Damn it! Kenapa kau tidak bernafas! Yak, Kim Seokjin!!” Teriaknya. Ia menoleh ke sekeliling kolam, Ya Tuhan, ia baru menyadari sedari tadi sore mereka hanya berdua disini.

“ Calm down, Nana. Calm down… Oke, yang harus dilakukan sekarang adalah..” Ia mulai berpikir dan mengingat-ingat kembali film series Baywatch yang sering ditontonnya dulu.

Tangannya menegakkan leher Jin dan mengangkat dagu Jin agak keatas. Nana menarik nafas panjang lalu menghembuskannya agak kasar. Entah kenapa ketika akan melakukan hal ini ia merasa sangat gugup. Matanya mulai tertuju ke arah bibir tebal Jin yang selalu berwarna plum padahal namja itu sedang pucat dan tidak bernafas. Hal itu membuat Nana merasa lapar dan ingin segera menerjang bibir itu.

God damn, Nana! Kenapa kau tertarik padanya, kau kan suka pada sesamamu! Pikirnya lalu menggeleng-gelengkan kepalanya untuk mengusir segala pemikiran melenceng yang tadi melintas di otaknya. Dengan ragu-ragu ia mulai meniupkan nafasnya ke mulut Jin lalu menekan-nekan bagian ulu hati namja itu dengan ritme senormal mungkin.

Ia telah mengulangi gerakan itu 5 kali. Jantungnya serasa akan meledak setiap kali bersentuhan akan bersentuhan dengan bibir Jin. Bibirnya menempel pada bibir Jin lagi untuk keenam kalinya dan pada tiupan kedua, Jin terbatuk-batuk mengeluarkan air yang ditelannya dengan kasar.

“ Uhuk uhuk uhuk!” Nana dengan sigap mendudukkan Jin sambil menopang bahu lebar namja itu agar tidak terjatuh lagi. Tangan yang satunya sibuk menepuk-nepuk bagian dekat tengkuk Jin agar semua air yang masuk ke tubuhnya keluar. Butuh 5 menit untuk Jin kembali penuh ke kesadaran normalnya.

Ia lalu menatap Nana agak sebal. “ Sialan, kau! Aku tadi merasa hampir mati, tau!” Ucapnya yang langsung dibalas jitakan cukup keras dari Nana.

“ Siapa suruh suka bercanda, kupikir tadi itu bagian dari candaanmu juga! Dasar menyusahkan!” Ucapnya lalu mengambil handuk dan menggunakannya untuk menyelimuti tubuh Jin.

“ Aish, mana ada bercanda seserius itu!”

Nana menghela nafas kasar lalu mengangguk mengalah. Saat ini debaran jantungnya masih tidak normal karena namja di depannya itu. “ Arra, arra, mianhae! Sudah ayo masuk dan hangatkan tubuhmu!” Ucapnya lalu menarik tangan Jin agar mengikutinya masuk.

Sesampainya di dalam apartemen Jin langsung masuk ke kamar mandi untuk mandi, sedangkan Nana masuk ke kamarnya dan duduk di atas tempat tidurnya setelah mengganti bajunya yang basah. Ia masih termenung. Pikirannya mengarah pada dirinya sendiri yang sedari tadi merasa aneh. Jantungnya berdegup tak karuan hingga saat ini, otaknya masih memutar ulang adegan ketika bibirnya bersentuhan dengan bibir sahabatnya itu dan bahkan ia masih mengingat betul secara detail sensasinya ketika hal itu terjadi.

“ Andwe!!! Jung Nana, michoso?!!” Teriaknya gusar sambil mengacak-acak rambutnya kasar. Ia lalu memutuskan untuk pergi keluar dari apartemen sejenak, menjauh dari Jin sebentar. Ia mengganti bajunya dengan outfit yang biasa ia pakai ke bar langganannya. Lalu ia keluar dari kamar dan tidak menemui Jin disana. Sepertinya namja itu masih mandi.

“ Jin, aku pergi ke tempat biasa! Kalau ada apa-apa hubungi aku, eoh?” Ucapnya sambil mengetuk pintu kamar mandi.

“ Oke!” Suara Jin terdengar dari dalam dan membuat Nana mulai beranjak pergi keluar.

 

 

Suara dentuman music yang bisa menyakiti telinga terdengar ke seluruh penjuru ruangan. Semua orang yang ada di dalam ruangan minim cahaya itu mengerakkan badannya seiring dengan irama lagu yang diputar Disk Jockey yang berdiri sibuk membuat music dengan alatnya di atas panggung. Di sudut-sudut ruangan, banyak pasangan berhubungan intim, memenuhi nafsu dalam diri mereka.

Nana berjalan santai sambil membawa segelas vodka di tangannya. Matanya menyusuri penjuru bar sambil menggerakkan tubuh seksinya menggoda. Di ujung meja di sudut kiri, pandangannya bertemu dengan seorang yeoja mengenakan dress merah maroon yang menempel cantik di badannya. Rambut panjang yeoja itu tergerai dan mata nakalnya menyalak ketika bertemu pandang dengan Nana.

Yeoja di sudut ruangan itu tersenyum miring lalu mengahampiri Nana. Tubuhnya bergerak menggoda ketika sampai di depan Nana, begitu juga dengan Nana yang mulai mengalungkan tangannya di leher yeoja itu. Mereka menari ringan sambil menikmati tidap jengkal sentuhan pada tubuh masing-masing. Yeoja asing tadi mulai mendekatkan wajahnya pada wajah Nana, bibir mereka saling menempel dan akhirnya bertautan. Tangannya menyusuri bebas punggung indah Nana sambil menikmati ritme ciuman mereka. Lenguhan singkat keluar dari bibirnya.

Nana berusaha menikmati setiap detail sentuhan yang mereka buat, namun mendadak sekelebat bayangan adegan sentuhan bibirnya dengan bibir Jin muncul. Sontak ia menghentikan ciuman panasnya dengan yeoja yang tak dikenal itu, lalu langsung pergi dan meninggalkan yeoja yang sempat protes ketika ia menjauhkan wajahnya di tengah adegan panas itu.

Nana menghela nafas kasar ketika masuk ke mobilnya. Matanya menatap kosong ke depan. Pikirannya berkecamuk memikirkan ada yang salah dengan dirinya. Ia tak seharusnya memikirkan Jin saat itu. Saat ini ia merasa tidak normal, well, ia memang merasa tidak normal dari dulu karena tidak tertarik pada pria, namun sekarang ia lebih merasa makin tidak normal ketika memikirkan bahwa seluruh pikirannya saat ini terpusat pada Jin. Bahkan ia tidak bisa menikmati waktunya dengan yeoja seksi di bar tadi padahal ia selalu menikmati setiap sentuhan dari yeoja tak dikenal yang biasa ia temui di bar.

Ia menilik jam di mobilnya. Bahkan ia baru berada disana 15 menit dan sudah ingin pulang. “ Ada apa denganmu, Jung Nana.” Ucapnya lalu mulai menjalankan mobilnya kembali ke apartemen.

 

Jin menoleh dari TV ketika melihat sosok Nana membuka pintu apartemen dengan wajah tak karuan. Ia mengernyit bingung ketika sahabatnya itu kembali dari bar bahkan tak sampai 30 menit ketika ia pergi dari apartemen.

“ Sudah selesai? Cepat sekali, apakah bar tutup?” Tanyanya sedangkan Nana berjalan ke dapur untuk membuat kopi panas kesukaannya ketika pikirannya berantakan.

“ Tidak, hanya tidak menemukan yang menarik saja disana. Membosankan.” Ucapnya singkat dan dijawab anggukan oleh Jin. Namja itu kembali sibuk menonton acara TV favoritnya yang sedang tayang. Ia tertawa terbahak-bahak sesekali ketika komedian disana bertingkah.

Nana menghembuskan nafas kasar. ‘ Bahkan suara tawa anehnya sekarang terdengar indah’ Pikirnya frustasi. Setelah selesai membuat kopi, ia bergabung di ruang tengah dengan Jin. Matanya masih memandangi Jin yang sibuk tertawa dalam diam.

“ Jin..” Panggilnya singkat.

“ Hm?” Jawab Jin yang masih memfokuskan pandangannya ke TV.

Nana memandang Jin intens. “ Apakah kau selalu akan melakukan hal yang kau inginkan?” Tanyanya. Mata tajam yeoja itu masih terus fokus ke wajah Jin terutama bagian bibirnya.

Jin mengangguk singkat menjawabnya tanpa mengalihkan pandangan dari TV.

“ Walaupun itu tidak biasa?” Jin mengernyitkan dahinya dan mulai menoleh kea rah Nana yang memandangnya lurus.

“ Maksudmu?” Tanyanya balik.

Nana masih terus memandang lurus Jin. “ Walaupun kau tau itu buruk?”

Jin lalu makin mengarahkan perhatiannya pada Nana yang dianggapnya bertingkah aneh saat ini. “ Apa yang akan kau lakukan? Kau mau membeli obat terlarang lainnya?”

Nana menggeleng.

“ Kau mau membunuh seseorang? Menghajar seseorang? Melakukan sesuatu yang berhubungan dengan kriminal? Sesuatu yang melanggar undang-undang?” Tanyanya bertubi-tubi dan semua itu dijawab gelengan oleh yeoja cantik di depannya.

“ Lalu dimana bagian buruknya?” Tanyanya.

Nana mengedikkan bahunya singkat. “ Aku belum tau apakah yang ingin kulakukan ini buruk atau tidak.”

Hal itu sontak mengundang tawa khas Jin yang semakin membuat suhu tubuh Nana meningkat. “ Bagaimana kau tidak tau hal itu tidak buruk atau tidak? Aku bingung denganmu, Jung Nana, hahaha.”

Nana tidak ikut tertawa bahkan tersenyum. Wajahnya kaku menatap Jin yang masih mengeluarkan tawa anehnya. “ Akujuga bingung dengan diriku sendiri.” Ucapnya.

Jin lalu menghentikan tawanya dan kembali ke wajah normalnya. “ Kalau begitu lakukan saja. Tidak berbahaya untukmu dan orang lain, bukan?” Ucap Jin dengan wajah santainya.

Entah panggilan dan roh darimana, begitu mendengar perkataan Jin, Nana langsung maju dan menarik tengkuk namja itu lalu menempelkan bibirnya dan mencium namja itu. Jin sontak membelalakkan matanya kaget dengan apa yang dilakukan sahabatnya itu.

Mereka berdua sama-sama terdiam dalam keterkejutan masing-masing hingga Jin menjauhkan wajahnya dari Nana.

“ Apa yang kau lakukan?!”

 

 

~to be continued~

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Sky_Wings
#1
Menarik nih!
dhesy_dpotter #2
Baru baca awalnya.. menarik ^^
Lanjutkan
lia_jiyoo #3
Chapter 4: Anw menurutku lebih pas "di dalam mobil" daripada "di atas mobil"

Dan oh ya, aku tidak menyangka Jung Hoseok punya ayah begitu ㅠㅠ
lia_jiyoo #4
Chapter 3: Kelam. Dan dingin.
lia_jiyoo #5
Chapter 2: Wah, membacanya cukup membuatku takut. Lebih takut daripada membaca chapter sebelumnya.
lia_jiyoo #6
Chapter 1: Ayahnya punya alter ego?
lia_jiyoo #7
Ditunggu lanjutannya