-7-

Don't wanna cry
Please Subscribe to read the full chapter

Hai hai, aku kembali...

Setelah beberapa waktu terkena writer block aku akhirnya kembali menulis, dan ini jauh dari bayangan aku awalnya. Ide ceritanya datang begitu saja, mengacaukan alur cerita yang sudah ku susun sebelumnya. Semoga kalian tetap suka.

Happy reading~

 

***

Mingyu menatap nanar pada ranjang yang kini sudah kosong itu, sudah hampir 1 jam ia hanya duduk menatapi ranjang yang baru saja ditinggal oleh pemiliknya selama sebulan itu. Pikirannya kacau, ia ingin pergi berlari menyusul namja keras kepala itu dan membujuknya untuk kembali, tapi Mingyu sadar itu akan sia-sia.

Mingyu menundukkan kepalanya, yang ditakutinya benaran kejadian. Ia dicampakkan, bahkan disaat ia belum mencoba untuk melakukan proses pendekatan. Mingyu tak mengira jika namja manis itu sangat keras kepala- juga sedikit anarkis. Mingyu masih ingat saat pertama kali namja manis itu tersadar dari komanya dan menyadari keberadaannya, ia langsung dilempari bantal oleh namja manis itu. Bahkan disaat Mingyu ingin menjelaskan, namja manis itu malah mengusirnya berkali-kali.

Sekarang apa yang harus dilakukannya?

Mingyu mengusap wajahnya frustasi.

***

 

Jihoon akhirnya sampai di rumahnya, kepalanya masih terasa sakit, tapi tidak begitu parah. Ia mendudukkan dirinya di pinggiran kasur, lalu mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja nakasnya. Sudah berapa lama ia tidak memegang alat komunikasinya itu?

"Baterainya mati?" Jihoon ingat terakhir kali ia menggunakan ponselnya baterainya masih penuh.

Akhh apa karena sudah tidak digunakan selama sebulan makanya baterainya jadi habis? Pikirnya. Jihoon bangkit untuk mencharge ponselnya, ia menaruh ponselnya yang sedang di charger di atas meja belajarnya.

Sembari menunggu ponselnya terisi penuh, Jihoon memilih untuk membersihkan badannya, rasanya sudah berminggu-minggu ia tidak mandi, seluruh badannya terasa lengket, membuatnya benar-benar tidak nyaman. Tak butuh waktu lama untuk Jihoon mandi dan berganti pakaian, sekarang wajahnya tampak lebih segar dari sebelumnya, meski masih tampak sedikit pucat.

Jihoon keluar dari kamarnya menuju dapur, berharap stok ramennya masih ada.

Kosong, Jihoon mendesah pelan.

Ia kembali ke kamar, mengambil jaket dan dompetnya lalu bergegas keluar rumah, setidaknya ia harus mencari makanan yang dapat mengganjal perutnya, roti pun tak apa, ia benar-benar lapar sekarang.

Untunglah tak jauh dari rumahnya ada sebuah minimarket, Jihoon segera mempercepat langkah kakinya memasuki minimarket tersebut. Diambilnya keranjang berwarna merah itu, memutari rak-rak makanan, dan dalam sekejap keranjang yang ditentengnya penuh dengan berbagai jenis makanan seperti ramen, cemilan, dan roti. Ahh ya jangan lupakan minuman wajibnya, cola.

Setelah dirasanya cukup, Jihoon berjalan ke arah kasir, menaruh keranjangnya di depan karyawan toko yang bertugas di bagian kasir lalu mengeluarkan dompetnya untuk membayar seluruh belanjaannya. Setelah menerima uang kembalian, Jihoon membawa kantong belanjaannya itu keluar dari minimarket. Apa sebentar lagi masuk musim dingin? Jihoon mengeratkan jaketnya.

Jujur saja, Jihoon tidak begitu suka musim dingin.

Tak ingin membuat badannya membeku, Jihoon mempercepat langkah kakinya, rumahnya sudah tidak terlalu jauh, tepat 3 rumah dari perkelokan sudah tampak di ujung sana.

Sisa beberapa langkah lagi menuju perkelokan dekat rumahnya, langkah kaki Jihoon tiba-tiba terhenti, kantung belanjaan yangs sedari tadi dipegangnya jatuh ke jalanan, membuat beberapa belanjaannya berserakan di aspal.

Nafasnya tersengal, seluruh persendiannya membeku melihat adegan yang sedang disaksikan tetap di depan matanya sendiri.

"H-hyuu-ng"

Seungcheol yang mendengar suara tak asing itu sontak mendorong tubuh Jeonghan untuk menjauh darinya, dilihatnya Jihoon yang berdiri tak beberapa jauh darinya sedang menatap tajam padanya, dapat dilihatnya sorot mata Jihoon yang memerah. Seungcheol segera mengusap bibirnya yang basah, nafasnya seketika berubah tak beraturan, matanya memerah.

Sejak kapan Jihoon ada disitu?

Entah pikiran apa yang mendorong Seungcheol untuk berlari meninggalkan kedua namja itu. Tak dipedulikannya Jeonghan yang terus meneriaki namanya, ia bahkan juga berlalu begitu saja melewati Jihoon,tak menatap manik mata namja mungil itu barang sedetikpun.

-

-

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Balalala1717 #1
Chapter 6: Minguuuuuuuu manis sekaliiii
FrainZL #2
Chapter 6: Aakk mingyu setia nungguin :"
FrainZL #3
Chapter 5: Jicheol hard shipper, tapi ku kesal dengan seungcheol di sini. Jigyu aja, jigyuuuu. Can't wait for your next update :)
Balalala1717 #4
Chapter 5: Aku jugaa bingung pengen jigyu tapi pengen wonhoon jugaa hiks pengen liat cheol nyesel akumah
andgyu
#5
Chapter 5: Jigyu aja lah biarin jihoon bahagia plijeu :"
leejihoon92
#6
Chapter 5: Dbuat mati aja sudah... bngung antara jicheol or jigyu huhh
bizzyMe #7
Chapter 5: Jigyu!!!!!
sseundalkhom
#8
Chapter 5: jangan sama siapa-siapa...... aku takut jihun disakitin sama yang lain :(
Balalala1717 #9
Chapter 4: Jigyuuu ajaaa huhuhu wonhoon juga asik