Kau tidak akan tahu kepada siapa kau akan jatuh cinta, sama halnya kau tidak akan pernah tahu kemana takdir akan menuntunmu. Begitulah hal yang dirasakan oleh Mingyu, siapa sangka pertemuannya yang terbilang tak sengaja dengan namja manis itu akhirnya berbuntut panjang.

Semua memang berawal dari rasa simpatiknya terhadap namja manis yang hingga kini belum juga sadarkan diri, sudah hampir sebulan lamanya tapi namja manis itu masih betah dengan komanya, dan selama itu juga Mingyu selalu berada disisinya. Tak pernah seharipun Mingyu lupa untuk datang ke rumah sakit, sesibuk apapun ia akan selalu menyempatkan datang ke rumah sakit untuk memastikan bahwa namja manis itu baik-baik saja. Setidaknya memastikan jika namja manis itu masih bisa bernafas, itu saja sudah membuat Mingyu tenang.

"Kapan kau akan membuka mata mu?" Ucap Mingyu sembari mengusap pipi namja manis itu.

Tak ada reaksi apapun.

"Semua orang menunggu mu, sahabat-sahabat mu sangat mengkhatirkan mu, Lee Jihoon" Ucap Mingyu lagi.

Flashback

Hari ini Mingyu berkunjung ke sekolah Jihoon, tentu ia tidak sendiri tapi bersama dengan dokter Hong. Meski awalnya dokter Hong tidak mengizinkannya untuk ikut, tapi bukan Mingyu namanya jika ia tidak bisa mendapatkan apa yang diinginkannya.

"Permisi, bisa kau tunjukkan dimana ruang kepala sekolah?" Tanya dokter Hong pada salah seorang murid.

Murid itu pun akhirnya menuntun mereka menuju ruang kepala sekolah, sembari menunggu dokter Hong berbicara dengan Kepala Sekolah dan guru kelas Jihoon soal izin Jihoon, Mingyupun memilih untuk melihat-lihat seperti apa suasana sekolah Jihoon.

"Kau sedang melamunkan apa Jeon?" Soonyoung datang lalu duduk di samping Wonwoo.

Wonwoo menoleh sekilas. "Ini sudah lewat seminggu Jihoon tidak masuk Soon, bahkan ini lebih lama dari sebelumnya."

Soonyoung menekuk kedua kakinya. "Aku sudah berusaha mencarinya di rumah, tapi rumahnya kosong"

"Sebenarnya Jihoon pergi kemana? Tidak biasanya dia seperti ini, bahkan dia tidak bicara terlebih dahulu kepada kita" Ucap Wonwoo, ada raut kecewa di wajahnya.

Soonyoung menepuk pelan pundak sahabatnya itu. "Jangan berfikir buruk dulu, Jeon. Aku rasa Jihoon pasti punya alasan tersendiri yang mungkin saja tidak bisa dia bagi kepada kita" Ucap Soonyong menenangkan. Tidak hanya untuk Wonwoo, tapi juga untuk dirinya sendiri.

"Tapi kenapa?" Wonwoo masih belum mengerti.

Soonyoung menarik nafas dalam. "Kau tahu, kadang ada hal yang tidak bisa kita bagi kepada siapapun, termasuk itu sahabat kita sendiri" Jelas Soonyoung.

Wonwoo menatapnya sekilas, lalu tersenyum kecil. "Sejak kapan kau jadi bijak seperti ini?"

"Sejak dulu, kau saja yang tidak pernah menyadarinya" Balas Soonyoung percaya diri.

Tanpa mereka sadari, Mingyu sedari tadi terus mendengar pembicaraan mereka mengenai Jihoon. Sebenarnya Mingyu tak berniat untuk menguping, namun saat mendengar nama Jihoon disebut ia jadi penasaran.

"Huhh.. Aku merindukan Jihoon" Ucap Soonyoung sambil mencondongkan badannya ke belakang, kedua tangannya menumpu berat badannya. "Meskipun dia terkadang menyebalkan, dan kalian suka menindas ku tapi jika tidak ada dia rasanya sepi, tidak ada yang mengata-ngataiku dengan omongan pedasnya" Sambungnya lagi.

Wonwoo sontak menjitak kepalanya. "Jangan mengatai Jiho