Honestly, I Do

Honestly, I Do

CHAPTER 2

-Sungmin pov-
 

“Wookie!”
 
“Ah, ya, ada apa hyung?” ia tampak kerepotan dengan sprei yang besar itu.
 
“Sini biar aku yang cucikan.”
 
“Andwae, aku bisa sendiri kok.”
”Sudaaah... Biar aku saja Wookie, kau bantu Teukie hyung menyiapkan makan siang saja. Katanya ia ingin memasak nasi goreng kimchi dengan resepmu.”
 
“Hmmm arraseo, gomawo hyung.” Namja mungil itu segera berlari menuju dapur. Pertahanannya memang akan segera runtuh jika di goda dengan sesuatu yang berbau masak-memasak.
 
‘Sprei siapa ini? Bau sekali’ -_- 
 
“Cucikan.” Aku menoleh ke arah suara. Ia menyodorkan se-ember pakaian kotornya. Apa-apaan ini, Kyuhyun menyuruhku mencuci pakaiannya saat aku sedang menuangkan deterjen dimesin cuci. Aku memberikan pandangan membunuh.
 
“Tolong cucikan,” aku masih memandangnya, “tolonglah Minnie, tanganku sedang sakit. Jebal Minnie…” 
 
APA??? Dia memanggilku apa??? Lalu ia tersenyum -atau terlihat seperti evil smirk- kepadaku. Nada suaranya dan ekspresi wajahnya yang tiba-tiba berubah sangat ber-efek padaku. Entah dengan sihir apa yang ia gunakan, aku hanya diam dan mulai memasukan pakaiannya ke dalam mesin cuci.
 
Ia masih saja berdiri diam di tempatnya. Membuatku salah tingkah.
 
”Hmmm…gomawo.” kataku canggung.
 
“Untuk apa?” ia nampak bingung.
 
“Kau telah menyelamatkan ku dari pengemudi mobil gila tadi sepulang sekolah.” Dia tertawa. Benar-benar tertawa. Aku sadar aku pasti baru saja melakukan hal bodoh. Ia masih saja tertawa.
 
“Apa ada yang lucu?” tanyaku polos.
 
“Ne,” katanya sambil menahan tawanya, “kau. Kau lucu. Kau pikir aku menyelamatkanmu? Harusnya kau lihat caramu berjalan, kau terus saja menunduk hingga tak tau apa yang ada di depanmu,” ia masih tertawa, “..hahaha.. pabo.” Ia segera berlalu sambil terus mentertawakan ku. Aku memukul-mukul kepalaku sendiri.  
 
‘Ah ! Pabo! Aku mempermalukan diriku sendiri! Lee Sungmin paboya!’
 
-Sungmin pov end-
 
 
~~~
 
Semenjak itu, Sungmin lebih berhati-hati jika berbicara pada Kyuhyun. Mencoba tidak mengulangi kesalahan yang sama, yang hanya akan mempermalukan dirinya sendiri.
 
Hari demi hari, minggu demi minggu, Sungmin mulai merasa nyaman di sini. Mereka benar-benar sudah menjadi keluarga baru baginya. Benar-benar seperti ada di terngah-tengah keluarga dalam arti yang sesungguhnya. Dan kini ia tidak pernah murung lagi. Keceriannya sudah kembali. Setiap hari ia pasti tertawa, tidak seperti waktu-waktu sebelumnya. Dan entah apakah yang dikatakan Leeteuk itu benar adanya. 
 Hubungannya dengan Kyuhyun mulai membaik. Kyuhyun sering menjahili Sungmin, dan membuatnya jengkel. Namun terkadang ia selalu merindukan kejahilan Kyuhyun saat ia tidak berada di apartemen. Seperti hari ini.
 
~~~
 
-Sungmin pov-
 
“Hae, dari tadi siang aku tidak melihat Kyu. Kemana ya dia?” tanyaku pada Donghae dengan nada khawatir.
 
“Aku tidak tau hyung, tidak biasanya ia keluyuran hingga malam begini.”
 
“Kau tidak tau dia kemana Hyukkie?” aku beralih pada Eunhyuk. Orang yang ku tanyai malah asik dengan PS 3 yang baru dikirim oleh orang tuanya tadi siang.
 
“Hyukkie!~” aku mendorong bahunya, membuatnya tumbang.
 
“Aish… aku jadi kalah kan. Ada apa sih hyung?” katanya sambil mengerucutkan bibirnya.
 
“Hehehe mianhae, aku hanya menghawatirkan Kyuhyun, sudah malam begini dia kok belum pulang juga?” aku menoleh kearah jam dinding yang menunjukan jarum pendeknya di antara angka 9 dan 10 dan jarum panjangnya di angka 5.
 
“Wah, mollayo, tapi tadi sih aku sempat lihat ia bersama Zhoumi, tapi ia tidak bilang padaku akan kemana saat aku mengajaknya pulang.”
 
“Oh…” Jawabku singkat.
 
21.54. Donghae menggendong Eunhyuk yang tiba-tiba jatuh terlelap, padahal sedetik yang lalu ia masih autis dengan PS barunya.
 
“Aku tidur duluan ya hyung, kasian si monkey.”
 
“Ne.” jawabku sambil mengucapkan selamat malam.
 
”Kau yakin mau menungguinya? Ini sudah malam hyung, aku tau kau mengantuk.”
 
”Gwaenchana Wookie, lagi pula acara tvnya masih bagus.” Alibiku.
 
”Arraseo, selamat malam hyung.”
 
”Selamat malam juga Wookie.” namja mungil itu berjalan menuju kamar di mana Yesung terdengar memanggil-manggil namanya. Leeteuk dan Heechul sudah terlelap di kasurnya masing-masing sejak tadi.
 
Aku hampir terlelap di sofa saat ku dengar derap langkah kaki yang menaiki tangga hingga sosok itu terlihat. Sosok itu. Sosok yang kini sudah tidak asing lagi bagiku, yang masih mengenakan seragam sekolahnya. Aku melirik jam dinding. 22.35.
 
”Minnie? Kau belum tidur?” ia mendahului ku.
 
”Kau dari mana Kyu?” aku mengabaikan pertanyaannya. Namun ia tak menjawab. Ia menaruh sepatunya di rak sepatu dan berjalan gontai melewatiku.
 
”Sudah malam, kenapa baru pulang Kyu?” aku tetap bertanya namun agak menahan nada bicaraku agar tak terdengar seperti orang yang baru saja menemukan anaknya yang telah hilang berpuluh-puluh tahun.
 
”Aku ke rumah Zhoumi. Ia membantuku mengerjakan tugas.”
 
”Zhoumi?” tanyaku dengan nada siapa-sih-dia.
 
“Kakak kelasku. Masih sepupuku juga.” Ada senyum tipis yang mengembang di bibirku, dan perasaan...lega?
 
“Aku lelah. Tidurlah Minnie, ini sudah malam.” Aku terpaku. Aku menyukai caranya menyebut namaku. Hanya dia yang memanggilku begitu. Hanya dia.
 
”Aku tau kau mengantuk, seharusnya kau tidak usah sampai menungguiku begitu kalau hanya ingin sekedar bertanya kemana aku pergi.” Kurasakan untuk yang sekian kalinya, ternyata ia dapat berbicara dengan lembut.
 
”Kau juga tidurlah. Ganti pakaianmu! Kau bau.” Kataku sambil bangkit dari sofa yang sedari tadi ku duduki.
 
”Minnie hyung!” ia tampak segera mengejarku karna tak terima ku sebut begitu. Aku terkekeh sebelum masuk ke kamarku. Ku rebahkan badan, ku tutup kedua kelopak mataku. Aku tersenyum saat ku dengar sayup-sayup suara Kyuhyun yang mengucapkan selamat malam padaku dari balik pintu.
 
 -Sungmin pov end-
 
 
~~~
 
-Kyuhyun pov-
 
Akhirnya Minnie sembuh juga. Sudah seminggu ia terkena flu. Namun akhirnya kondisinya membaik. Dia sangat menjengkelkan ketika sakit. Sangat manja pada hyung-hyungnya, termasuk aku. Aku sampai harus merelakan waktuku bermain Starcraft dan waktu istirahatku demi menemaninya di tengah malam ketika dia menangis tak bisa bernafas melalui hidungnya. Aku kesal, tapi aku juga kasihan. Saat kulihat ia mencoba tidur dengan susah payah dan menarik setiap nafas dengan mulutnya, aku tau bernafas dengan cara seperti itu sangat menyiksa. Aku jadi merasa bersalah sempat membentaknya waktu itu.
 
*Flashback*
 
Ini sudah jam 02.00 pagi! Namun aku masih tetap belum berhasil mengetuk pintu alam mimpiku. Ingin rasanya aku menutup telingaku. Aku sangat terganggu mendengarnya. Mendengar suara tangisannya. Aku tidak bisa tidur! Saat ini aku ada di kamarnya. Menemanianya. Tidur bersama di kasurnya.
 
“Kyuuu…” ku dengar dia memanggilku dengan suara parau.
 
“Hmmm?” gumamku sambil tetap tidur memunggunginya.
 
“Kyuuuuuuu~”
 
“Nae?” jawabku agak tertahan.
 
“Aku nggak bisa nafas.”
 
Aku menghela nafas, lalu membalikkan badanku hingga menghadapnya. Ia kembali menarik-hembuskan nafasnya melalui mulut.
 
“Lalu aku harus bagaimana?” aku agak sebal menghadapi sikap manjanya ini. Bukan apa apa, hanya saja aku benar benar sangat ngantuk saat ini.
 
“Gak tau…aku capek…” dia kembali terisak. Aku kembali membalikkan badanku dan mencoba untuk tidur.
 
“Kyu kenapa memunggungiku?”
 
“Kalo aku tidur menghadap Minnie aku takut tertular.” Jawabku asal. Lalu mulai hening lagi.
 
“Kyu..” dia kembali memanggil manggil namaku. Sesekali menarik-narik ujung bajuku. Aku tak bergeming. ”Kyuuu…Kyuhyun…”
 
”Apaan sih hyung?!” aku menyingkirkan tangannya dari baju belakangku.
 
”A…Aku gak bisa tidur, Kyu…”
 
”Gimana mau bisa tidur?! Dari tadi kau ngeluh terus, nangis terus, inilah itulah, tidur aja yang tenang gitu. Aku capek Minnie! Aku ngantuk! Aku juga gabisa tidur jadinya!” akhirnya aku meledak. Tak lama kemudian aku kembali mendengar dia terisak. Ia kembali menangis. Ia tak lagi menyebut-nyebut namaku. Aku tau, ia pasti kaget karena aku telah membentaknya.
 
Ku balikkan badanku dan mengahadapnya. Ia sedang menutupi wajahnya dengan kedua tangannya yang putih. Bahunya bergetar. Perlahan ku lepaskan tangannya yang menutupi wajahnya, ku usap airmatanya dengan ibu jariku. ”Mianhae Minnie, aku tak bermaksud membentakmu.”
Ia terus menangis. Aku jadi merasa bersalah.
 
“Uljima Minnie…uljima, mianhae. Joengmal mianhae. Sudah jangan menangis lagi, tidurlah, bernafaslah dengan perlahan, agar kau tidak kelelahan.” Tangisannya mulai mereda.
 
“Jangan memunggungiku…” ucapnya lirih hampir berbisik, namun aku masih bisa mendengarnya.
 
“Ne..ne.. aku akan tidur menghadapmu. Tapi berhentilah menangis, Minnie hyung.” Ku usap rambutnya yang terasa lembut menyentuh kulit tanganku. Ah… dadaku… desiran aneh apa ini? Ia mulai berhenti menangis, matanya terpejam. Namun mulutnya tetap bekerja sebagai pengganti hidung yang bertugas mengambil udara. Aku juga mulai memejamkan mataku. Hening. Tiba-tiba kurasakan sesuatu yang hangat memeluk lenganku.
 
*Flashback end*
 
Walaupun Minnie hyung tidak marah terhadapku, tapi tetap saja aku merasa bersalah padanya. Karna itu, hari ini aku ingin membelikannya es krim stroberi kesukaannya, untuk menghiburnya dan juga sebagai tanda permohonan maafku karna telah membentaknya. Dia juga selalu merengek pada semua hyungnya untuk dibelikan es krim stroberi ketika ia sembuh. Merengek dan menuntut seperti anak kecil. Membuatku terganggu, namun terkadang kelakuannya sangat manis dan lucu.
 
Ku putuskan untuk pergi ke kafe dekat sini untuk mebelikannya es krim. Aku sempat mendengar tawa Minnie dari balkon. Aku lega ia sudah kembali ceria dan tidak suka mengeluh lagi seperti kemarin. Akhirnya aku keluar melewati pintu bangunan ini yang bercat putih gading. Aku berjalan dengan langkah ringan, entah apa yang membuatku senang seperti ini. Aku sampai di tempat tujuanku, saat seorang pelayan menanyai pesananku.
 
“Annyeonghaseyo. Eoseo osipsio."
 
"Ne."
 
"Mau pesan apa?”
 
“Hmmm…” kulihat etalase yang memperlihatkan beberapa es krim berbagai rasa, “aku ingin 2 cup besar es krim stroberi.”
 
“Arraseo, tolong tunggu sebentar. Oh ya, hari ini kami ada menu special Cake Stroberi, apa mau sekalian?”
 
“Ne!” aku tau Minnie pasti akan sangat menyukainya. Setelah mendapatkan yang aku inginkan, aku segera pulang dan segera memberikannya pada Minnie.
 
Ku buka pintu itu, lalu ku naiki satu per satu anak tangga dengan langkah semangat. Bisa ku dengar tawa Minnie yang menyenangkan itu dari sini. Ku lihat Minnie di ruang tengah. Duduk di sofa. Tertawa dan bercanda dengan Heechul. Dengan Heechul. Ya, dengannya.
 
“Ahahahaha! Itu sangat lucu hyung!” ku lihat tangannya memegang sesuatu.
 
 ”Eotteokhe? Aku sudah menepati janjiku kan?” tanya namja cantik yang duduk di sebelahnya.
 
‘Janji apa? Apa yang dijanjikan Heechul kepada Minnie?’
 
“Ne, hehehe. Gomawo hyung, es krim ini enak sekali! Ah rasanya tidak rela jika es krim ini habis.”
 
‘Oh…’
 
“Kau orang pertama yang memberiku es krim, hehehe.” Tawa konyol nan lucu itu kembali ia tunjukkan.
 
‘Jadi… Aku terlambat ya?’
 
Tiba-tiba pandangan pemilik bunnyeyes itu menangkap sosok ku.
 
“Kyu? Kau dari mana?” ia melihat bungkusan yang ku jinjing.
 
Aku mencoba menyembunyikannya, “Tidak dari mana-mana.” Aku melewati mereka dan menuju dapur, kumasukkan makanan itu kedalam kulkas lalu segera pergi kamarku.
 
‘Aku ini kenapa? Kenapa aku sangat tidak nyaman melihat Minnie bersama dengan Heechul? Rasanya seperti ada yang mengganjal hatiku. Aneh.’
 
 
 
 
-TO BE CONTINUED-
 
P.s: Hai, ini FF pertama saya, maaf kalo agak mengecewakan. Jadi di mohon review dan komentarnya ya! Jangan jadi silent reader, arra? Gomawo~^^
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
sitapumpkinelf #1
Chapter 2: Like it, kyumiiiin… you're so sweet
sitapumpkinelf #2
Chapter 1: I like this FF^^
ariesta87
#3
Chapter 3: this is your first fic, it just cant believe...
You do a great job author...
Dont take time too long to update next chapter...
Fighting