Ch. 2

You're Beautiful
Please Subscribe to read the full chapter

"Semua orang sudah pergi, tinggal kita berdua." Suamiku melepas dasi perak yang sejak tadi menempel di kerah kemeja putihnya. Aku tidak tahu sejak kapan jasnya sudah tergeletak di bawah kakinya.

"Dan?" Tanyaku dengan melepas anting berlian di telinga kananku.

"Kau harus melayaniku di ranjang, kita sudah dewasa. Aku tidak ingin banyak penolakan darimu."

"Baik, tapi dengan satu syarat!" Kataku dingin. 

Aku selalu memperhitungkan setiap keputusan yang kuambil agar tidak berakhir buruk. Setiap keputusan dapat mempengaruhi langkah kita kedepannya, maka ambil keputusan itu dengan pikiran tenang dan luas untuk kedepannya. Bukan untuk sesaat saja.

Aku tidak ingin mengalami hal menyakitkan lagi untuk kedua kalinya hanya karena sebuah keputusan yang ku ambil tanpa memikirkannya.

"Princess, kau begitu perhitungan sekali." Ledeknya tertawa dengan terpaksa.

"Aku hidup dengan itu, apa kau keberatan sayang?" Tanyaku tersenyum.

"Tidak terlalu. Aku juga hidup dengan peraturan yang menguntungkan untukku."

"Aku tidak ingin punya anak darimu, Choi Seunghyun!"

Bukankah kita seimbang, Mr. Choi?

Kau ingin tubuhku dan aku tidak ingin rugi dengan mengandung anakmu.

Untuk beberapa saat suamiku berhenti bergerak dan mematung dengan menatapku tajam. 

Sorot matanya begitu tajam.

Memberiku sedikit rasa takut.

"Bagaimana?" Suaraku cukup lantang untuk menyembunyikan rasa gugupku. Aku tidak boleh lagi membiarkan dia melihat rasa lemahku. Cukup sekali saja.

Dia tidak menjawab dan hanya tertawa.

"Aku tidak menyangka istriku begitu pintar!" Sebuah pujian yang terdengar aneh. "Tidak salah aku menjadikanmu sebagai istri." Dia berjalan kearahku dengan dingin.

Aku harus berdiri dan tidak boleh mundur sedikitpun.

"Aku tidak akan menyentuhmu malam ini!" Bisiknya saat tepat didepanku. "Masih banyak malam-malam lain yang akan kita lalui"

Aku pernah berdiri sangat dekat dengan pria lain tapi tidak ada yang memberiku efek seperti ini. Kedua kakiku lemas dan mungkin untuk beberapa saat kedepan aku akan jatuh jika terus berada di dekatnya seperti ini.

"Karena apa? Karena aku tidak akan pernah melepaskanmu pergi dan aku tidak akan peduli apa kau bahagia atau tidak bersamaku. Kau itu sudah menjadi milikku, Myoui Mina!" Ujung bibirnya menyentuh kulit dibawah telingaku.

Apa ini rasa takutku?

Aku menggigit bibir bawahku untuk menahan suaraku yang mencoba ingin keluar.

"Apa aku peduli soal anak?" Tanyanya dengan menggesek bibirnya pada rahangku.

"Sialan ... aku sama sekali tidak peduli!" Dengan begitu dia meninggalkanku yang bingung dengan situasi sekarang.

*

"Mina-ah, aku butuh bantuanmu kali ini." Unnie pemaksaku sudah menerobos masuk ke ruang privasiku dan duduk di sisi ranjangku. Aku tidak menyukainya tapi dia tetap tidak akan mendengar keberatanku.

"Tolong datang ke Museum Nasional. Aku tidak bisa datang." Dia selalu seperti ini sejak aku berhasil mendapat lisensi-ku sendiri. 

Pemerintah dan egois.

Tapi aku sangat menyayangi dan mencintainya.

Karena dia orang pertama yang selalu datang kekamarku setiap malam hanya untuk memastikan apa aku sudah tidur atau sesekali mencium keningku sebagai ucapan selamat tidur.

Unnie selalu menganggapku sebagai anak kecil.

"Aku ada janji dengan Jeongyeon." Suaranya begitu terdengar bahagia.

Aku senang dengan kebah

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet