Lima tahun kemudian...

Satu Jam Saja
Please log in to read the full chapter

 

Secangkir cokelat panas menemani penantian seorang gadis berambut panjang di salah satu sudut kafe. Kepalanya masih tertunduk ke buku yang ada di pangkuannya. Rambut hitamnya yang tergerai menutupi sisi samping wajahnya. Sesekali dia membetulkan posisi kacamata yang agak merosot sebelum dia membalik lembaran buku itu dan membaca halaman selanjutnya. Dia masih larut dalam dunianya ketika ponsel miliknya berdengung kencang dari dalam ransel.

 

Tanpa mengalihkan pandangan dari buku yang sedang dia baca, dia meraih ponselnya dan melirik ke layar ponsel itu. Sebuah nama tertera di sana. Senyum manis tersungging di wajahnya. Ada pesan singkat dari seseorang yang dia tunggu.

 

Aku sedang dalam perjalanan ke sana. Tunggu aku, ya.

 

Dia membalas pesan itu dengan cepat sebelum menaruh kembali ponsel itu ke dalam tasnya. 

 

Oke. Aku tunggu di sini.

 

Gadis itu melirik jam tangannya. Sudah hampir setengah jam dia duduk sendirian di sana. Dia mendesah pelan. Dia meraih cangkir yang ada di hadapannya dan meminum cokelat yang hampir dingin itu. Waktunya tidak banyak. Satu jam lagi dia harus berangkat ke bandara untuk terbang ke Tokyo bersama rekan satu grupnya. Mereka akan menggelar konser tunggal di sana. 

 

Tak lama kemudian seorang pemuda Amerika berambut cokelat tua masuk ke dalam kafe. Nafasnya terengah-engah setelah berlari hampir lima belas menit dari hotel tempat dia menginap. Kedua mata birunya memandang ke seluruh ruangan. Senyum terukir di wajahnya ketika dia melihat sesosok gadis sedang duduk di dekat jendela. Kepala gadis itu tertunduk dengan rambut panjang yang menutupi wajahnya. Dia pun bergegas menghampiri gadis itu. 

 

"Joe?" sapa pemuda itu sembari tersenyum lebar.

 

Gadis itu berhenti membaca. Perlahan dia menengadah sambil menaruh bukunya di atas meja. "Alex?" Dia segera berdiri dan memeluk pemuda yang ada di hadapannya. 

 

"Akhirnya kita bisa bertemu. Aku sangat merindukanmu, Amber Josephine Liu", bisik Alex dalam Bahasa Inggris sambil memeluk erat gadis itu. 

 

"Aku juga." Amber melepaskan pelukannya. "Ayo duduk!"

 

Mereka kemudian duduk dan berbincang dengan Bahasa Inggris karena Alex sama sekali tidak bisa Bahasa Korea. Mereka saling memandang, mengamati penampilan masing-masing. 

 

"Kau terlihat cantik sekali. Kau memanjangkan rambutmu? Apakah Josephineku telah kembali?" tanya Alex. 

 

Amber hanya tertawa kecil. "Terima kasih." Dia melihat sekeliling sebelum berbisik pada Alex. "Tapi aku sedang menyamar sekarang. Aku pinjam rambut palsu ini dari Luna."

 

Alex mengangguk pelan. "Tapi kau benar-benar cantik dengan rambut panjang, Joe. Kenapa kau tidak memanjangkannya?"

 

"Alex, kita sudah bicarakan ini berkali-kali dan kau tahu betul apa alasanku, kan?" tanya Amber. 

 

"Karena kau harus mempertahankan karakter yang kau bangun selama ini?" tanya Alex. 

 

"Tepat!" Amber tersenyum sambil mengangguk pelan. "Aku tidak menyangka kita bisa bertemu lagi."

 

"Aku juga. Sudah hampir lima tahun sejak konser di Los Angeles itu. Aku selalu mengikuti perkembanganmu bersama f(x). Kalian akan menggelar konser tunggal pertama di Jepang, kan? Selamat, ya", kata Alex. 

 

"Terima kasih, Alex. Malam ini kami akan terbang ke Tokyo. Besok kami akan konser di sana", cerita Amber.

 

"Malam ini?" Alex terkejut. "Jadi aku datang di waktu yang tidak tepat, ya?" gunggamnya.

 

"Bukan begitu..." kata Amber. 

 

"Berapa lama waktu yang tersisa untuk kita?" tanya Alex. 

 

Amber melirik jam tangannya. "Sekitar satu jam lagi aku harus kembali ke apartemen karena manajer akan menjemput kami untuk pergi ke bandara."

 

"Satu jam? Baiklah. Aku akan mengantarmu pulang sekalian kau beri tahu di mana kau tinggal sekarang. Bagaimana?" tanya Alex. 

 

Amber menatap Alex dengan heran. "Pulang? Sekarang? Tapi..."

 

"Kau mau kita menghabiskan satu jam di kafe ini dengan percuma? Aku tidak datang jauh-jauh ke Seoul hanya untuk duduk-duduk bersamamu di sini, Joe." Alex berdiri sembari mengulurkan tangannya. "Ayo!"

 

Amber segera memasukkan buku ke dalam ranselnya. Dia menaruh sejumlah uang di atas meja. Dia kemudian berdiri dan meraih tangan Alex. Mereka berjalan keluar kafe sambil bergandengan tangan. 

 

"Kita akan ke mana?" tanya Amber sambil memakai ranselnya.

 

Alex menaikkan bahunya. "Aku tidak tahu. Aku hanya tamu di sini. Sebagai pemilik rumah yang baik, kau seharusnya mengajakku jalan-jalan di sekitar sini." Dia melirik ke arah gadis yang berjalan di sampingnya. 

 

"Ada banyak tempat di Seoul yang harus kau kunjungi tapi waktuku untuk menemanimu tidak banyak." Amber menundukkan kepala. "Maaf. Andai saja kau datang ketika aku tidak terlalu sibuk."

 

"Kau tak perlu minta maaf. Tidak ada yang perlu dimaafkan." Alex tersenyum lemah. "Aku janji aku akan datang lagi di saat yang tepat jadi kita bisa menghabiskan waktu bersama."

 

Amber mengangguk pelan. "Lalu, apa yang membawamu datang kemari? Aku sangat terkejut ketika semalam kau bilang kau ada di Seoul. Aku kira kau sedang bercanda."

 

"Kau", jawab Alex singkat.

 

"Aku?" Amber memandangnya. "Kenapa aku?" Dia mulai bingung. 

 

"Karena aku sangat merindukanmu jadi aku terbang dari L.A. ke Seoul khusus untuk bertemu denganmu, Joe", jawab Alex. 

 

Wajah Amber mendadak terasa panas. "Jangan bercanda, Alex!" Amber tertawa sambil memukul pelan lengan sahabatnya itu. 

 

Alex berhenti berjalan. "Aku tidak bercanda.  Bukankah tadi aku sudah bilang kalau aku sangat merindukanmu." Dia memandang Amber. "Apa aku salah jika aku ingin bertemu denganmu?"

 

"Bukan begitu, Lex. Maksudku...", kata Amber. 

 

"Apa aku tidak boleh menemuimu?" potong Alex. 

 

Amber menggeleng pelan. "Aku... Sebenarnya aku sangat senang kau mau meluangkan waktu untuk menemuiku. Hanya saja harga tiket pesawat sangat mahal, Alex. Aku tidak mau kau menghamburkan uangmu untuk sesuatu yang tidak berguna bagimu seperti ini."

 

Alex melipat tangannya di atas dada. "Jadi maksudmu bertemu denganmu adalah hal yang tidak berguna bagiku? Dengar, Joe! Aku datang ke sini hanya untuk bertemu langsung denganmu sehingga kita bisa

Please log in to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
watdaaa #1
Belom sempet bacafull makanya kembali ke part ini, jadi belom bisa komentarin chapter perttama juga... Soon bakal dibaca dan di komentar jangan di unsubs ya author cuyunk
LianaPark
#2
Chapter 2: Uwaaaa Amber. Aduh aduh bikin saya baper tahu.
anisaginaa
#3
Chapter 2: Yaampun ini bapeerrrrr