Our Perfect Day

Our Perfect Day

Entah sudah berapa lama aku terseyum lebar seperti ini. Atau aku yang hanya tersenyum tipis dan tertawa keras. Aku bahkan hampir menjerit saat pintu cokelat itu terbuka. Dari tempatku berdiri aku merasa aku berada disurga karena demi apapun dia terlihat sangat sangat sangat sempurna. Tuxedo putih yang kupilihkan terlihat begitu sempurna melekat pada tubuhnya, juga bagaimana cara ia berjalan, bahkan aku berfikir cara ia berjalan jauh lebih indah daripada cara para model berjalan diatas Catwalk. Ayahnya berjalan disampingnya, menggandengnya seakan itu adalah gandengan terakhir darinya. Langkahnya sangat pelan dan aku hampir menangis melihat bagaimana matanya tertuju hanya padaku dan bibirnya mengukir senyum yang begitu indah. Pada langkah terakhir dan akhirnya tubuh mungil nya berdiri dihadapanku, Ayah melepaskan gandengannya dan menyerahkan tangan lentik itu agar aku raih dan rasanya masih sama begitu mendebarkan, menggelikan mengingat aku masih merasa begitu gugup hanya karena sentuhan kecil seperti ini terlebih kami sudah bersama selama enam tahun. Aku tidak bisa menyembunyikan senyumku saat mataku menatap matanya, aku melihat duniaku yang sempurna dengan semua kebahagiaan dari dalam mata cokelat itu.

 

Pandangan kami terputus saat seorang pria tua dengan pakaian putih berdiri dihadapan kami. Mulai membacakan janji-janji pernikahan. Aku menyadari suaraku terdenger begitu gugup saat aku membacakan janji pernikahanku, dan aku semakin gugup saat menunggunya memberikan jawaban. aku takut, aku takut ini semua hanya mimipi. Namun saat dia tersenyum begitu tulus dengan matanya yang melengkung begitu indah, aku yakin ini semua nyata. Dan ciuman panjang kami dihadapan Tuhan adalah ciuman yang begitu menakjubkan.

 

Aku berhasil menikahinya. Kami akhirnya berdiri bersama dihadapan Tuhan. Dia milikku seutuhnya dan aku miliknya selamanya. Baekhyun-ku, cinta terakhirku.

 

 

Tangan kami tidak pernah lepas sejak ciuman kami selesai. Saling menggenggam dan tidak berniat melepaskannya. Aku menyambut ucapan terima kasih dari para tamu, Keluarga serta sahabatku. Aku memeluk kakak perempuanku yang menangis tersedu. Dia terlihat begitu bahagia saat pertama kali aku memberitahukannya aku ingin menikahi Baekhyun, bahkan dia ikut andil dalam acaraku. Pun Ibu dan Ayah terlihat begitu bangga terhadapku karena setelah enam tahun lamanya aku akhirnya mempunyai nyali untuk melakukan ini. Teman-temanku terlihat sama bahagianya, Luhan adalah crybaby dia bahkan sudah menangis saat Baekhyun-ku berjalan didalam gereja menuju altar.

 

Kami melangsungkan pesta pernikahan yang sangat sederhana. Tidak mengundang banyak orang. Hanya kerabat kerja kedua orangtua kami dan beberapa teman. Baekhyun-ku selalu memimpikan pesta yang sederhana namun penuh makna. Jadi, dengan keputusan kami akhirnya memilih mengadakan pesta dihalaman belakang sebuah Villa yang kami sewa. Halaman yang begitu luas dengan latar belakang pantai. Tak ada yang special dari pesta kami, hanya menyediakan panggung kecil dan beberapa peralatan musik disana sengaja membiarkan para tamu jika saja ingin menyanyi.

 

Luhan dan Kyungsoo berdiri diatas mini panggung dan mulai bersuara, mengucapkan selamat atas pernikahan kami dan segera Kyungsoo menambahkan berharap bahwa dia juga akan segera menyusul yang mana melirikkan matanya pada Jongin - laki-laki yang sedang berdiri disampingku dengan senyum bodoh.

 

Mereka menyanyikan lagu milik penyanyi terkenal Christina Perri. Alunan lagu Thousand Years terdengar begitu indah membuat semua orang terhanyut dan ikut menyanyikan bait demi bait. Aku melirik Baekhyun-ku yang saat ini sedang tersenyum begitu manis menatap dua sahabatnya didepan sana. Aku ingin selalu melihat senyum miliknya, jadi aku mulai bersuara

 

'hey'

 

Atensinya memandangku fokus dan aku kembali jatuh cinta dengan cara dia menatapku. Aku tidak bisa menghentikan tanganku ketika dengan sendirinya dia bergerak untuk mengelus lembut pipi tembab milik Baekhyun-ku

 

'mau berdansa?'

 

Aku terkekeh melihat dia mengernyit, Baekhyun-ku sangat lucu. Dia menggeleng dengan bibir mengerucut imut. Itu adalah satu hal kecil yang membuatku mencintainya tanpa dia sadari

 

'kau tahu aku tidak bisa berdansa, Chanyeollie'  bahkan suaranya begitu menggemaskan

 

Aku menarik tanganku turun dari pipinya dan kini berhenti diudara, telapak tanganku terbuka untuk menyambut tangannya. Dengan senyum aku mengangguk sekali menyuruhnya meraih tanganku yang

langsung disambut oleh tangan mungilnya. Aku membawanya lebih ketengah membiarkan para tamu menonton kami.

 

Aku mulai menaruh tanganku dipinggangnya, dengan pandangan yang tidak terputus, seolah mengerti Baekhyun-ku menaruh tangannya melingkari leherku. Demi Tuhan aku tidak bisa mengalihkan pandanganku pada yang lain lagi, duniaku terpusat pada matanya.

 

Kaki kami mulai bergerak kekanan dan kekiri mengikuti iringan musik yang semakin lama semakin menghanyutkan. Aku sudah tidak memperdulikan apapun yang ada disekelilingku kecuali Baekhyun-ku. Aku berharap saat ini bibirku tidak lelah melakukan senyum tidak disaat seperti ini. Senyumnya tidak memudar sedikitpun, masih begitu cantik dan indah.

 

Aku menyadari saat lagu akan segera berakhir, jadi aku semakin memajukan tubuhku hingga tubuh kami benar-benar menempel, Baekhyun-ku tidak protes tidak saat dia sama-sama memajukan tubuhnya. Tatapan kami semakin dekat dan dekat dan pada akhirnya aku meraup bibir soft pinknya, melumatnya lembut tidak membiarkan sedikitpun terlewati. Aku selalu suka bagaimana rasa bibir milik Baekhyun-ku, manis, strawberry dan vanilla dan aku selalu suka saat bagaimana aku harus sedikit menunduk dan dia yang berjinjit untuk menyatukan bibir kami.

 

Aku menyudahi ciuman kami dengan suara kecipak pelan 'Aku mencintaimu' bisikku didepan bibirnya. kami kembali bertatapan, Baekhyun-ku tersenyum begitu manis, aku mengulurkan ibu jariku dan mengusap bibirnya yang basah.

 

'Aku juga mencintaimu' dia membalasnya dengan cara yang lucu. Kemudian satu kecupan dibibir aku terima, Baekhyun-ku melakukannya dengan wajah yang sudah berubah menjadi rona kemerahan. Aku terkekeh menyadari bahkan kami bersikap seperti baru pertama kali jatuh cinta. Aku membawanya masuk kedalam pelukanku.

 

'get your room please' suara datar milik Sehun adalah suara paling menyebalkan yang pernah kudengar. Yang aku tidak tahu adalah para tamu pun ikut berdasa bersama kami.

 

 

Pesta kami terus berlangsung. Semakin malam semakin ramai dengan kegembiraan para tamu. Aku sangat bersyukur mereka semua ikut merasakan kebahagiaan yang aku rasakan. Dari tempatku berdiri, aku dapat memandang Baekhyun-ku dengan jelas. Aku tidak bisa berhenti tersenyum melihat bagaimana dia yang begitu bahagia. Senyumnya tidak pernah pudar, dia tertawa, cemberut, dan bahkan mengumpat kesal bersama sahabat-sahabatnya. Aku selalu membayangkan hari dimana akhirnya aku melaksanakan pernikahan yang begitu sangat sempurna dengan dirinya. Dan kini, hari itu tiba.

 

Aku tersentak kaget saat mendapati tepukan dibahuku dan aku melihat Yoora - kakak perempuanku disampingku. Dia ikut tersenyum melihat arah pandangku. Kemudian dia bergumam

 

'aku selalu menantikan hari ini'

 

Aku tidak membalasnya tapi ikut melihat kembali apa yang sedang aku perhatikan sebelumnya

 

'aku sudah jatuh cinta padanya dihari kau memperkenalkan dia sebagai kekasihmu'

 

Aku tersenyum menyadari ucapan noona. Aku ingat betul betapa gembiranya noona saat aku membawa Baekhyun-ku untuk bertemu orangtuaku. Dia bahkan menyabotase Baekhyun-ku dihari pertama mereka bertemu.

 

'selamat atas pernikahanmu, Chanyeol-ah' suaranya sangat lembut sama seperti Ibu

 

Kini aku menatapnya dengan tatapan teduh favoritenya sejak kecil. Aku memeluk wanita cantik yang sudah menjadi sahabat dan Ibuku disaat aku berada jauh dari orangtuaku. Aku mengelus punggungnya

 

'aku mendoakan kalian hidup bahagia. Jaga dan bahagiakan Baekhyun'

 

Aku mengangguk yakin 'pasti' lalu aku melepaskan pelukanku dan tersenyum bocah. Noona menepuk-nepuk kepalaku sama seperti yang selalu dia lakukan dulu

 

'nah sudah saatnya kalian pergi. Paman Lee sudah siap dengan mobilnya diluar'

 

Aku melirik jam dipergelangan tangan kiriku dan menyadari sudah pukul tujuh malam, itu artinya aku harus pergi kesuatu tempat bersama Baekhyun-ku. Aku menghampirinya yang disambut dengan decakan tidak suka dari Luhan.

 

Dia bergumam 'dasar pengantin baru. Tidak bersama sebentar saja sudah kangen' yang hanya kubalas putaran bosan mataku. Luhan adalah sahabat frontal yang kupunya.

 

Noona, Kris hyung - suaminya- serta sahabat kami mengantar kami hingga kedepan rumah. Mobil hitam dengan hiasan pita pink dan putih sudah terparkir didepan villa. Aku melihat Paman Lee - supir pribadi Ayahku- sedang memasukkan beberapa koper kedalam bagasi. Ini saatnya aku pergi. Aku akan membawa Baekhyun-ku ke Pulau Jeju, kami akan menghabiskan bulan madu kami disana. Noona memeluk erat Baekhyun-ku seakan tidak ada hari esok, pun sama dengan orangtuanya, Ayah dan Ibuku serta Luhan dan Kyungsoo, aku tidak membiarkan Sehun dan Jongin melakukan hal yang sama terhadap Baekhyun-ku. Namun jika mereka berdua ingin bertemu Tuhan lebih cepat silahkan peluk Baekhyun-ku dengan begitu aku dapat mengantarnya menemui malaikat pencabut nyawa hanya dengan sekali tendangan.

 

Paman Lee mengantar kami berdua sampai bandara yang mana disepanjang perjalanan genggaman tanganku pada Baekhyun-ku tidak aku lepaskan sama sekali. Didalam mobil aku membiarkan Baekhyun-ku tertidur dengan setengah memelukku. Tangannya melingkar erat ditanganku dan kepalanya menempel didadaku. Aku menangkap Paman Lee yang tersenyum melihat kami. Sekitar empat puluh delapan menit akhirnya kami tiba dibandara. Aku membantu Paman Lee menurunkan koper kami dan berujar terima kasih. Membiarkan Baekhyun-ku memberikan segelas Starbucks yang dia beli pada Paman Lee. Berpamitan dan kami segera masuk kedalam bandara International itu.

 

 

Kami tiba di Jeju saat jam menunjukkan pukul sepuluh malam. Langsung menuju sebuah Villa yang sudah dipesankan. Aku tidak membiarkan Baekhyun-ku membawa banyak barang.

 

Aku mengernyit melihat bagaimana villa ini, begitu sederhana dan sangat kecil, berbeda dengan Baekhyun-ku yang langsung berlari masuk kedalam menelusuri setiap sudut villa. Dan aku akui aku cukup terkejut dan dibuat kagum saat menyadari bahwa villa ini berdiri sendiri dipulau buatan. Ada hamparan laut dibelakang villa serta kolam renang dan taman bunga kecil, sebuah ayunan dibawah pohon sebagai pelengkap. Ini adalah villa impian setiap pasangan baru yang akan menikmati bulan madu mereka.

 

Aku menaruh semua koper dan berbaring diranjang yang akan menjadi kamar kami. Membiarkan sepatuku tidak terlepas aku mulai memejamkan mataku. Namun aku mendengar Baekhyun-ku merangkak menaiki ranjang dan ikut berbaring disampingku. Kemudian aku membalikan badanku menyamping dan memeluknya dengan erat, mengusakkan kepalaku diperutnya yang mana mengundang tawa.

 

'hentikan, Chanyeollie' aku selalu berdebar mendengar Baekhyun-ku menyebut namaku. Namun aku sama sekali tidak berniat melepaskannya.

 

'ada sebuah perapian diruang tengah' ia berujar pelan, mengelus kepalaku dengan jemarinya membuatku begitu nyaman dan mengantuk. Aku bergumam sebagai jawaban

 

'Chanyeollie, aku mencintaimu' setelah kalimat yang ia lontarkan. Aku mendekapnya lalu meraup bibirnya.

 

Ciuman yang aku berikan semakin lama semakin dalam dan panas. Aku terbawa suasana dan Baekhyun-ku merasakan hal yang sama

 

'Baek'

 

Aku melepaskan ciuman kami, memandangnya yang mencoba menghirup oksigen disegitar kami. Dan saat ini pun aku yakin kabut nafsuku meningkat. Baekhyun-ku tidak menjawab namun aku tahu dia mengerti, ini adalah malam pertama kami sebagai pasangan.

 

Aku terkekeh melihat wajah gugupnya. Baekhyun-ku sangat menggemaskan, jadi dengan menahan semuanya dalam diriku sendiri. Aku merapikan anak poninya

 

'butuh udara?' tanyaku lembut.

 

Aku melihatnya mengangguk dua kali mulai memilin ujung bajunya gugup

 

'biarkan aku ketoilet sebentar' ucapnya lalu berlari menuju kamar mandi dikamar kami. Aku tidak bisa untuk tidak terkekeh.

 

Selama Baekhyun-ku didalam kamar mandi yang kuyakini dia sama gugupnya denganku, aku mulai berjalan keluar jendela, membuka pintu yang tertutup gordeng putih itu. Udara malam menyambutku membuat kain-kain putih berkibar seirama. Aku berpegangan pada pagar hitam kemudian mulai memandang langit. Senyumku kembali membentang lebar saat mataku melihat bintang yang bersinar begitu terang seolah dia tahu bagaimana bahagianya aku hari ini. Aku mendengar pintu terbuka dan aku tebak itu ulah Baekhyun-ku, dan aku pun mendengar langkah kecilnya.

 

Hal yang aku rasakan selanjutnya adalah dia yang memelukku dari belakang, pelukan hangat dipunggungku. Aku menggenggam tangan mungil yang kini melingkar dipinggangku, membawanya untuk memelukku lebih erat

 

'apa yang sedang kau lakukan? Disini sangat dingin, Chanyeollie'

 

Aku berbalik menghadapnya. Suaranya yang terendam pelukan membuat perutku tergelitik dan aku menyukainya. Baekhyun-ku kini berdiri dihadapanku, tubuh mungilnya begitu kecil jika bersanding denganku dan aku bersyukur atas itu sehingga aku dapat memeluknya dengan pelukan lebarku dan kami tidak akan kedinginan.

 

 

Aku menyukai banyak hal didunia ini, namun hal yang paling aku cintai adalah mata miliknya. Kecil namun lembut. Tatapan teduh dan kasih sayangnya selalu berhasil membuatku jatuh cinta lagi, lagi dan lagi. Aku kembali jatuh cinta dengan cara yang sederhana.

 

Aku mendekapnya, membawa dirinya kedalam pelukanku, dan aku tidak membiarkan tatapan matanya berpaling pada hal lain kecuali hanya pada mataku. Aku menyadari aku begitu terobsesi padanya sekarang, aku bahkan mulai membayangkan dirinya yang mendesahkan namaku. Nafsu ku sudah kembali membucah aku yakin Baekhyun-ku menyadari itu jadi yang aku lakukan selanjutnya adalah membawanya kedalam ciumanku.

 

Kami berciuman cukup panas, aku bahkan memiringkan kepalaku kekanan maupun kekiri mencari celah celah yang belum kusentuh. Aku tidak menyadari dan bahkan tidak merasakan berat badanku bertambah karena saat ini Baekhyun-ku sudah berada dalam gendonganku. Dia melingkarkan kakinya pada pinggangku dan tangannya mulai bergerak acak pada leher dan suraiku.

 

Aku mengimbangi dirinya dan juga diriku saat aku mulai berjalan kembali masuk kekamar. Aku tidak ingin melepaskan ciuman ini Demi Tuhan, jadi dengan usaha yang menyusahkan aku menutup pintu jendela dengan kakiku. Aku menurunkan Baekhyun-ku dan menyudutkannya kedinding, kembali menciuminya dan memberikan tanda kepemilikanku dileher serta bahunya. Aku menyadari bagaimana tangan lentik milik Baekhyun-ku berjalan meraba dinding dan mulai meredupkan lampu kamar kami. Aku tersenyum dalam ciuman panas kami. Saat aku mulai menurunkan bajunya aku menyadari bagaimana ynya Baekhyun-ku hanya dengan piyama putih kebesaran itu dan aku benar-benar baru saja menyadarinya kalau Baekhyun-ku bahkan sudah berganti baju.

 

 

Kurasa aku sudah kehilangan akal sehatku saat aku mulai melepaskan kancing piyama milik Baekhyun-ku pun dengan masih menyudutkannya didinding. Aku menciuminya mulai dari telinganya hingga hingga baku dan kembali pada bibirnya yang mulai membengkak, meraup rakus lehernya dan saat itu pula tangan miliknya bekerja melepaskan pakaianku.

Disaat aku hanya tinggal menanggalkan piyama itu dan dengan begitu dia akan benar-benar kehilangan piyama atasnya, tangan miliknya menahanku. Aku menghentikannya kemudian mulai menatapnya bingung. Dan dari yang kutangkap, Baekhyun-ku sedang menggigit bibirnya gugup, aku tersenyum memberikan senyumku, mengelus pipinya lembut

 

'kau takut? ' tanyaku

 

Baekhyun dihadapanku memainkan jemari ku, bahkan jemari miliknya sangat dingin karena menahan gugup kurasa. Aku memeluknya menenangkan. Ini adalah yang pertama bagi kami berdua dan tentu saja Baekhyun-ku takut. Aku melepaskan pelukanku, kembali menatapnya teduh

 

' hanya percaya padaku, Sayang'

 

Jantungku berdebar saat mata kecil itu menatapku dengan tatapan khawatir, bibirnya bergerak gemetar

 

'aku takut mengecewakanmu' suaranya seperti bisikan.

 

Aku kembali memeluknya. Mencium dahinya beberapa detik. Aku menggeleng pasti

 

'kau sangat sempurna untukku. Kau sangat sempurna dari kepala hingga kaki. Kau sangat sempurna. Bahkan sampai saat ini aku tidak percaya bahwa pada akhirnya kau menjadi milikku dan mengucap janji dihadapan Tuhan. Yang seharusnya takut disini adalah aku. Aku takut aku yang tidak sempurna ini akan mengecewakanmu, Sayang'

 

Aku merasakan sebuah pelukan sebagai jawaban darinya. Dia menggeleng beberapa kali dalam pelukanku bahkan dia menangis.

 

'hey, jangan menangis. Nanti cantiknya hilang'

Lalu dia memukulku main-main

 

Aku menatapnya, sama-sama memberikan senyum hangat yang kami punya

 

'tidak usah malu. Sekarang aku adalah untukmu dan Baekhyun-ku... 'aku menoel hidungnya' adalah milikku'

Dia mengangguk sebanyak dua kali dengan senyum bocahnya.

 

Aku menyelipkan anak-anak rambutnya dibelakang telinganya 'kau percaya padaku?'

 

Aku merasakan sentuhan hangat nan lembut pada pipiku. Tangan miliknya bekerja pada pipiku membuatku ikut menaikkan tanganku lalu menyentuh tangannya yang berada disebelah pipiku

 

'aku percaya padamu, selalu' senyum semenawan bulan purnama aku dapatkan darinya

 

Hal selanjutnya yang aku lakukan adalah kembali meraup bibirnya dan membawanya pada kegiatan yang sempat tertunda. Aku merasakan itu, bagaimana udara semakin panas dan panas. Aku membawanya berjalan menuju ranjang tidak membiarkan ciuman kami terlepas, menidurkannya dengan hati-hati dan bergerak menaiki tubuhnya yang sudah terbebas dari piyamanya. Aku menatapnya sebentar, mengagumi wajahnya yang terlihat cantik dan y disaat bersamaan. Tangan miliknya bergerak merapikan poniku yang basah akibat keringatku, dia tersenyum cantik sekali dan halu itu membalas senyum indah itu dengan senyum terbaikku lalu membuatku kembali meraup bibirnya yang semanis permen kapas.

 

 

Aku terbangung saat silau terik matahari menyapu wajahku. Aku membuka mataku dan mendapati Baekhyun-ku tertidur dalam pelukanku dan aku mengingat semuanya. Melihat bagaimana tubuh Baekhyun-ku yang sama sekali tidak mengenakan sehelai pakaian sekalipun sama sepertiku, aku tersenyum begitu lebar saat aku masih mengingat bagaimana suara Baekhyun-ku mendesahkan namaku hanya namaku dengan suara seraknya pada kegiatan malam pertama kami yang baru saja kami lakukan.

 

Aku mulai mendudukkan diriku dan hal pertama yang kulihat adalah pakaian yang berserakan diatas lantai. Aku terkekeh menyadarinya, itu benar-benar berantakan, sangat. Melirik jam pada ponselku yang menunjukkan pukul sepuluh pagi. Aku bergerak untuk kembali berbaring memandang Baekhyun-ku yang masih nyaman dalam mimipinya, merapikan anak rambutnya dengan tanganku.

 

'aku benar-benar mencintaimu, Baekhyun-ku' ujarku.

 

Kemudian aku menoel hidungnya gemas 'selamat pagi' diakhiri aku yang mencium panjang dahinya.

 

Membawanya lebih dekat padaku, aku memeluknya, menempelkan kepalanya pada dekapanku, dan aku ikut memejamkan kembali mataku. Membiarkan hari ini kami habiskan hanya dengan saling memeluk diatas ranjang dan tidak melakukan apapun.

 

Sebelum benar-benar terlelap aku mendengar Baekhyun bergumam

'aku pun sangat mencintaimu, Chanyeol-ku' kemudian dia semakin menempelkan tubuh telanjaknya pada tubuhku

 

‘selamat pagi’ dia melanjutkan dan aku semakin memeluknya dengan segenap jiwaku, kembali memasuki alam mimpi dengan senyum diwajah kami masing-masing.

 

E N D

 

Song recommended : Versace On The Floor – Bruno Mars

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
northerndownpour
#1
Chapter 1: Wah, manisnyaaa... ^^
Meskipun ga terlalu banyak dialog, ceritanya ga ngebosenin, malah bikin senyum-senyum sendiri.
Kalau boleh kasih saran, mending rekomendasi lagunya disimpan di awal, jangan di akhir, mungkin ada reader yg pengen baca sambil dengerin lagu itu.
Nice story! :)