Summer Dream

Summer Dream
Please Subscribe to read the full chapter

[CONTENTID1]Hari ini sepertinya bukan hari yang baik untuk seorang Wu Yifan. Berbagai kesialan menimpanya sejak ia membuka mata, mulai dari alarmnya yang tidak berbunyi sehingga ia terlambat bangun dan tidak sempat membuat sarapan, lalu saat mampir ke cafe langganannya, sandwich ayam favoritnya ternyata sudah habis terjual, ia pun akhirnya harus puas dengan satu buah muffin dan secangkir black coffee.

Ia ditugaskan untuk menulis artikel tentang sebuah toko es krim yang terletak agak jauh dari tempat tinggalnya, jadi ia memutuskan untuk mengendarai mobil dibandingkan transportasi umum. Tapi sekarang Yifan menyesali keputusannya, karena tiba-tiba di tengah jalan mobilnya mogok. Ketika sedang mencari taksi, ponselnya tiba-tiba berbunyi. "Oh, syukurlah!" ia berseru ketika nama rekan kerjanya muncul di layar. "Yixing, kau dimana? Dengar, mobilku mogok, bisakah kau menjemputku? Tahu begini seharusnya aku menumpang mobilmu saja. Aku ada di..."

"Yifan, aku tidak bisa kesana," suara di seberang sana terdengar lesu dan tidak bersemangat.

"Kau tidak bisa menjemputku? Tapi... ah, tunggu." Sebuah taksi melewati Yifan, tapi ternyata sudah ada penumpang didalamnya. "Hah, sial. Yixing, apa kau sudah ada di tempat itu? Bagaimana kalau kau mulai mengambil foto sambil menunggu aku datang?"

"Aku tidak bisa datang ke toko itu," ujar Yixing menyesal.

Yifan terpaku ditempatnya berdiri. "Kau tidak bisa datang? Tapi kenapa?"

"Pagi ini aku merasa sangat pusing dan juga mual, dokter bilang aku keracunan makanan dan harus minum obat serta beristirahat selama beberapa hari. Aku tidak mau membiarkanmu sendirian kesana, karena aku yang sudah membuat janji dengan pemiliknya, tapi sedari tadi aku terus bolak-balik ke kamar mandi, dan sekarang tubuhku terasa lemas."

"Lalu bagaimana dengan foto? Dan siapa nanti yang akan mencoba menu mereka?"

"Aku benar-benar minta maaf, Yifan. Kau ambil saja beberapa foto dengan kamera ponselmu, hasilnya juga pasti akan bagus. Mengenai menu, kau bisa bertanya pada beberapa pelanggan tentang rasa kesukaan mereka." Yixing terdiam beberapa saat sebelum mengerang. "Uh, aku harus kembali ke kamar mandi. Sudah dulu ya, kabari aku nanti bagaimana wawancaranya. Semoga berhasil!"

Meskipun Yixing sudah mengakhiri panggilan, Yifan tetap tak beranjak dari situ. Laki-laki berambut pirang itu merasa jengkel dengan ketidak beruntungannya, tapi tidak ada yang bisa ia lakukan. Akhirnya ia kembali berjalan untuk mencari taksi, tetapi baru beberapa langkah, seseorang muncul dari samping dan menabraknya hingga ia nyaris terjatuh. "Astaga, apa belum cukup kesialan yang aku alami hari ini?" keluhnya dalam hati.

"Maafkan aku, Tuan. Maaf..." Orang yang menabraknya tadi membungkuk berkali-kali. "Aku tidak sengaja, maafkan aku... Tuan tidak apa-apa?"

"Ya, aku tidak apa-apa, lain kali berhati-hatilah," Yifan berkata agak ketus sambil merapikan kemejanya.

"Sekali lagi aku minta maaf. Baiklah, aku harus pergi bekerja, permisi." Lelaki itu kembali membungkuk dan melangkah pergi.

"Hei, tunggu!" panggil Yifan, ia mengambil ponselnya dan mencari salah satu pesan dari editornya. "Kau berasal dari daerah sini? Apa kau tahu... alamat ini?"

Membaca pesan yang ditunjukkan Yifan, orang itu sedikit terkejut, tapi kemudian ia tersenyum lebar. "Kebetulan sekali, ini toko tempatku bekerja!"

"Benarkah? Jadi kau bisa mengantarku kesana?" tanya Yifan penuh harap.

"Tentu, tempatnya tidak jauh dari sini, kita jalan kaki saja. Ngomong-ngomong, namaku Jongdae, kalau Tuan ingin tahu."

Yifan hanya mengangguk menanggapi ocehan Jongdae. Ya, paling tidak ia beruntung bertemu dengan lelaki ini.

Ralat, itu bukan sebuah keberuntungan.

Berkali-kali Yifan menyeka keringatnya dengan sapu tangan. "Jongdae-ssi, kau bilang tempatnya tidak jauh. Kita sudah berjalan selama 15 menit dan belum sampai juga."

Jongdae menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Menurutku tidak jauh, aku terbiasa kesana dengan berjalan kaki. Tuan lelah ya? Sabar, sebentar lagi kita sampai."

"Kalau saja mobilku tidak mogok, aku pasti sudah sampai disana," ujar Yifan sambil terengah-engah.

"Kenapa Tuan tidak menelepon taksi?"

Yifan menghentikan langkahnya. Ya, kenapa ia tidak berpikir untuk menelepon taksi dan malah menunggu taksi yang lewat? Ia merasa sangat bodoh sekarang.

Melihat Yifan mematung, Jongdae berbalik dan menghampirinya. "Tuan, ada apa?"

"Kau benar, aku akan menelepon taksi."

"Tidak perlu, lihat, itu tokonya disana." Jongdae menunjuk sebuah toko tak jauh dari tempat mereka berdiri. "Ayo, Tuan."

Dengan senyum yang dipaksakan, Yifan mengikuti Jongdae. Begitu sampai di dalam toko, ia menghela nafas lega. Toko itu tidak terlalu besar, tetapi cukup nyaman dan terasa sejuk. Sama seperti dinding diluar yang berwarna baby blue, dinding didalam pun dicat dengan warna-warna lembut.

"Aku harus menyimpan tasku dulu, silahkan pilih apa yang mau Tuan pesan disana." Jongdae menunjukkan etalase dengan berbagai rasa es krim dan juga beberapa makanan lain di dalamnya. "Baekhyun!" Ia melambai pada seseorang di balik etalase sebelum menghilang ke ruang belakang.

Seorang lelaki manis berambut merah tersenyum ke arah Yifan. "Selamat datang di Summer Dream, apa yang bisa aku bantu?"

Yifan berdehem. "Sebenarnya aku ingin bertemu dengan pemilik tempat ini, namaku Wu Yifan, rekanku sudah menelepon untuk membuat janji wawancara. Ini kartu namaku."

"Ah ya, Chanyeol sudah mengatakan padaku bahwa akan ada jurnalis yang datang hari ini." Baekhyun menoleh pada Jongdae yang sudah kembali. "Jongdae, bantu aku melayani pembeli ya, aku akan segera kembali."

"Baiklah." Jongdae mengangguk patuh.

"Mari ikuti aku, Tuan Wu. Chanyeol sedang mencoba resep baru bersama Kyungsoo, jadi dia sedang sibuk saat ini, aku akan memberitahu kalau kau sudah datang. Sementara itu, kau bisa menunggu di ruang istirahat." Baekhyun menunjuk sebuah pintu berwarna hijau.

"Aku akan ikut denganmu." Yifan hanya ingin urusannya cepat selesai karena kepalanya sudah mulai terasa pusing, ia berharap bisa segera pulang ke rumah dan beristirahat.

Baekhyun sedikit mendongak untuk melihat wajah Yifan. "Dia bahkan lebih tinggi dari Yeollie," pikirnya dalam hati. "Terserah kau saja, mari silahkan."

*

“Sepertinya masih ada yang kurang, tapi aku tidak tahu apa itu.”

“”Hmm... bagaimana kalau kita tambahkan sedikit gula?”

“Tidak, Soo, rasa manisnya sudah cukup. Mungkin kalau kita tambah—”

“Yeollie, ada yang ingin bertemu denganmu,” ujar Baekhyun yang muncul bersama Yifan. Chanyeol dan Kyungsoo menoleh ke arah mereka. “Tuan Wu, ini Park Chanyeol, pemilik toko ini.”

Yifan sama sekali tidak menyangka jika Park Chanyeol adalah seorang laki-laki muda, tinggi, dan juga tampan. Menyadari bahwa Chanyeol sedang menatapnya, ia pun bermaksud memperkenalkan diri, “Selamat siang, aku...”

“Tolong buka mulutmu.”

Yifan mengerutkan keningnya. “Apa?”

“Buka mulutmu,” ulang Chanyeol tak sabar.

Meskipun bingung, akhirnya jurnalis itu menurut. Ia nyaris tersedak ketika tiba-tiba Chanyeol memasukkan sesendok es krim kedalam mulutnya.

“Bagaimana rasanya?”

Setelah menelan dengan susah payah, Yifan menjawab, “Uh, aku... tidak suka es krim.”

Mata Chanyeol terbelalak. “Kau tidak suka? Manusia macam apa yang tidak suka es krim? Baek, apa yang orang ini lakukan di tokoku?”

“Dia ini jurnalis yang ingin mewawancaraimu,” jelas Baekhyun.

Chanyeol kembali memandang Yifan dan menyipitkan matanya. “Zhang Yixing? Tapi kau bilang kau menyukai es krim, apa kau berbohong?” tanyanya menyelidik.

“Tidak, Yixing memang sangat menyukai es krim. Seharusnya dia kemari denganku, tapi dia tidak bisa datang hari ini, jadi aku hanya sendiri.”

“Dan kau tidak suka es krim.” Chanyeol cemberut seperti anak kecil. Yifan merasa tubuhnya limbung melihat ekspresi menggemaskan dari laki-laki dihadapannya.

“Yeollie, aku pikir... Astaga, astaga, astaga!” Belum sempat Baekhyun menyelesaikan kata-katanya, Yifan jatuh pingsan.

*

Ketika membuka mata, yang pertama kali disadari Yifan adalah ia berada di ruangan yang tidak ia kenal. Saat menoleh kesamping, seseorang berpakaian serba hitam dan bermata besar tengah menatapnya.

“Apakah dia malaikat pencabut nyawa?” pikir Yifan dalam hati. “Tolong jangan ambil nyawaku, masih banyak cita-cita yang belum kucapai. Aku juga belum menikah, bahkan berpacaran saja tidak sampai lima kali,” ucap Yifan memohon.

Orang itu mengerutkan keningnya. Ia kemudian melangkah ke pintu dan melongok keluar. “Chanyeol, dia sudah sadar, tapi sepertinya dia butuh dokter, bicaranya melantur.”

Tak lama terdengar suara langkah kaki mendekat. “Dia

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
justkys
#1
Chapter 1: Awww manis banget syukak deh!! Btw jd agak sengklek gimana ya :v anyway ini butuh sekuel banget kak!!
Jonguppie
#2
Chapter 1: Waaaaa!! Suka!! Lebih suka ChanBaek sih sebenernya, tp disini juga ada dikit tuh momen CBnya hahah... Baekhyun itu siapanya Chanyeol sih? Mantan kah? >.<
Makasih buat ffnya :D
cassiekim007
#3
Chapter 1: Aduh, aduh, lucu~ Yifan langsung ilang gitu coolnya kalo sama Chanyeol hihi... Belum lagi Kyungsoo yang kayanya ga akur sama Baekhyun, terus Jongdae yang salah terus nyebut nama XD
Bakal ada ga nih cerita esok harinya? :D
esthiSipil #4
Chapter 1: ya ampyunnn...ini ceritanya unyu benerrrr... hahaha... si yipan segala pingsan pula...
Thor, ini sepertinya perlu ada sequel kelanjutan kisah mereka...ya ya ya...hihihi