02. Life

Liver
Please Subscribe to read the full chapter

 

 

02. Life

 

Mungkin semuanya sudah berakhir. Harapan untuk membuat Seulgi membuka matanya hanya tinggal waktu, yang entah akan berapa lama sehingga dia bisa kembali pada orang orang yang menyayanginya. Untuk membuat Seulgi bisa melihat dan merasakan pembuktian dari kata kata yang pernah terlisan dari bibir Irene.

Tak ada harapan untuk bisa segera melihat Seulgi bangun tidak berarti harus berhenti berharap bagi Irene. Dulu dia pernah mengalami hal serupa, menyerah dan putus asa karena Taeyeon tak kunjung sadar. Membuatnya jarang menjenguk kekasihnya itu karena merasa marah, merasa semua itu tak adil baginya. Yang akhirnya membuahkan penyesalan tak terhingga di dirinya karena saat Taeyeon terbangun, dia tidak memiliki banyak waktu lagi sebelum wanita itu dinyatakan tak akan bertahan lebih lama karena semua organ vitalnya mengalami penurunan dan kemungkinan untuk berhenti berfungsi.

Namun kali ini dia tidak akan melakukan kesalahan yang sama. Kalau memang Seulgi tidak akan pernah sadar, setidaknya dia bisa menemani gadis itu, bisa menghabiskan waktu bersama Seulgi, mengganti waktu yang pernah disia siakannya sebelumnya.

"Apa di sini ada keluarga Ms. Kang Seulgi?" seorang perawat berseragam hijau memandang ke seluruh ruang tunggu.

Irene segera mengangkat tangannya lalu menepuk bahu Kun Ham yang terlihat begitu lelah setelah terjaga semalaman, mengantisipasi kalau dokter atau perawat memanggil dan memberikan kabar positive dari adiknya. Walaupun akhirnya usaha tersebut berlalu tanpa arti.

"Silakan ikut bersama saya"

"Kun... Hei... Kun Ham" meskipun tak tega, sekali lagi Irene menepuk bahu lelaki yang berwajah persis seperti Seulgi itu.

"Hm?" Kun Ham terbangun sambil menutupi mulutnya yang menguap. "Ada apa?"

"Ada perawat yang memanggilmu"

"Oh" Kun Ham meregangkan tangan dan tubuhnya yang terasa pegal. "Appa dan Umma?"

"Mereka sudah di rumah. Dan kata Wendy, Aunty sudah bisa tidur"

"Baguslah. Ayo"

"Huh?"

Kun Ham tersenyum. "Apanya yang huh? Ayo ikut"

"Tapi aku..."

"Sekarang kau juga bagian dari keluarga ini. Ayo. Jangan membuatku menyeretmu" canda Kun Ham berjalan mendahului Irene.

Irene bangkit, berlari kecil hingga bisa menjejeri langkah Kun Ham.

 

***

 

Mimpi buruk seolah menjadi alarm tak berwujud bagi Irene. Tak peduli di manapun, hal tersebut seolah mengikutinya, menghantuinya, membuatnya sering ketakutan untuk sekedar memejamkan mata karena akan membuatnya terbangun dengan sakit kepala yang tak berkesudahan.

Masih jelas diingatannya ketika Kun Ham menghubunginya, mengatakan Seulgi mengalami kecelakaan. Saat itu dia bisa merasakan dunianya seakan berputar tanpa terkendali, membuat hidupnya terasa hancur seketika. Bagaimana tidak, dia pernah mengalami hal yang sama sebelumnya dan sekarang kejadian itu kembali lagi. Dulu keluarganya, Taeyeon, dan sekarang Seulgi. Entah apa lagi yang akan dilakukan hidup terhadapnya.

Matanya menatap tubuh Seulgi yang terbujur di atas ranjang pasien. Diam dan kaku. Dan Irene bisa merasakan rasa sakit itu kembali, menggerogoti setiap jengkal tubuhnya, mengalir di sekujur urat sarafnya.

"Seul, kapan kau akan bangun?" Irene mengusap pipi Seulgi. "Aku merindukanmu"

 

 

 

 

Irene duduk terpaku di tepi ranjang kamarnya. Malam itu dia tidak ingin memaksakan dirinya untuk tetap berada di samping Seulgi. Dia sadar, kondisi tubuhnya tidak memungkinkan untuk tetap terjaga lebih lama.

Suara pintu kamar terbuka membuat Irene menoleh, sedikit terkejut dengan keadaan kamarnya yang terasa begitu suram. Dan di dekat pintu dilihatnya Wendy sedang berjalan dengan membawa beberapa bungkusan di tangannya.

"Kau sudah makan?"

Irene menggeleng.

"Kemarilah, aku akan menemanimu" Wendy meletakkan bungkusan makanan di atas meja.

"Aku tidak lapar"

Wendy mendekati Irene. "Kalimat apa itu? Kau tidak akan bisa menjaga Seulgi kalau tubuhmu tidak diberi nutrisi. Ayo, jangan membantah seperti anak kecil"

Irene meninju lengan Wendy. "Aku sangat merindukan Seulgi"

"Semua orang juga merindukannya"

"Apa dia akan bangun?"

Wendy menghela napas pelan. "Pasti"

 

***

 

Satu minggu sudah terlewati. Seulgi sudah dipindahkan ke ruang rawat inap. Bersama dengan Kun Ham dan kedua orangtuanya, Irene bergantian menjaga Seulgi. Walaupun pada awalnya Kun Ham menolak karena tidak ingin dirinya kelelahan, namun Irene bersikeras, membuat pria itu akhirnya mengalah.

Mengobrol dengan Seulgi sudah menjadi rutinitas yang harus dilakukan oleh Irene setiap paginya. Karena dengan begitu dia merasa lebih tenang untuk meninggalkan Seulgi ke kantor. Walaupun terkadang tetap saja terkadang pikirannya melayang ke tempat gadis itu.

"Hei, Seul, menurutmu apa yang harus ku berikan pada Wendy untuk ulangtahunnya nanti?" Irene berbicara sambil menyeka tangan Seulgi dengan tisu basah. "Apa aku harus membelikannya mixer karena dia suka membuat kue. Umm... Tapi dia sudah punya itu di rumahnya" gumamnya pelan.

Di depan pintu, Kun Ham berdiri sambil melipat tangan di dada, tersenyum memandang Irene yang masih berbicara dengan Seulgi dan tak menyadari kedatangannya. Dia kemudian masuk dengan perlahan, tak ingin mengganggu pembicaraan serius tersebut.

"Nanti aku akan belajar pada Wendy untuk membuatkanmu cake yang kau suka. Aku juga akan belajar memasak" Irene berdiri, mengganti bunga dalam vas dengan bunga yang baru saja dibelinya. "Kun? Kapan kau datang?"

"Baru saja"

"Oh..." Irene mengangguk angguk kecil lalu membuang bunga yang sudah layu ke dalam bak sampah di sudut ruangan.

"Joohyun"

"Hm?"

"Melihatmu seperti ini aku yakin Seulgi akan segera bangun"

"Tentu saja. Dia harus bangun sebelum aku mencongkel matanya" canda Irene berusaha menyingkirkan kegundahan hatinya.

Kun Ham tertegun. "Wow..." tandasnya tertawa. "Apa aku harus berdoa untuk adikku kalau dia bangun nanti?"

 

***

 

Tak mendapatkan balasan tidak membuat Irene menyerah mengajak Seulgi bicara. Setiap hari dia bercerita berbagai hal yang dilaluinya, apa yang dilakukannya setiap hari tanpa merasa bosan. Mungkin mata Seulgi tertutup, tapi dia yakin mata hati Seulgi masih bisa mendengarnya, bisa merasakan setiap sentuhan yang diberikannya.

Banyak hal tentang Seulgi yang diketahui Irene semenjak menjaga gadis yang masih betah tinggal di dunia mimpinya itu. Ayah dan Ibu Seulgi menceritakan berbagai kisah tentang anaknya, dari Seulgi kecil hingga beranjak remaja. Terkadang dia tertawa namun juga terharu mendengar cerita kedua orangtua itu. Bagaimana Seulgi kecil yang selalu keras kepala dan banyak bicara, Seulgi yang mudah panik atau Seulgi yang memang cara berpikirnya sedikit lambat sejak dulu. Seulgi yang selalu bersemangat dan ceria meskipun dokter sudah memvonisnya menderita kelainan pada saluran empedu di organ hatinya. Seulgi yang tak pernah menunjukkan kata menyerah sekalipun dia sudah lelah.

Irene menatap Seulgi yang masih terbaring dalam diam. Ada rasa bangga di dirinya karena bisa mencintai dan dicintai oleh gadis itu.

"Apa kau tau dia tidak bisa naik sepeda?"

"Benarkah?" Irene tertawa geli lalu berpaling ke arah Kun Ham. "Hingga sekarang?"

"Yup" jawab Kun Ham ikut tertawa. "Dulu dia pernah jatuh dari sepeda. Hanya sekali. Dan sejak itu dia selalu minta dibonceng"

"Jadi siapa yang mengantarnya ke sekolah?"

"Tentu saja aku. Kau pikir siapa lagi. Sewaktu kecil dia tidak pernah mau diantar oleh Appa ke sekolah. Kau tau kenapa?"

"Tidak perlu cerita kalau hanya untuk membuatku menebak nebak" sahut Irene.

"Aish kau ini" Kun Ham melotot. "Karena dia tidak suka Appa menciumnya"

"Hanya itu?"

"Hanya itu" jawab Kun Ham. "Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi kalau dia tau kau setiap hari menciumnya"

Wajah Irene langsung merona. "Yah!"

Kun Ham tertawa. "Bisa bisa dia kembali tidur"

"Saat dia bangun, akan ku buktikan ucapanmu salah"

"Sepertinya menarik" balas Kun Ham. "Oh, Joohyun. Apa Wendy sudah punya pacar?"

Giliran Irene tersenyum licik. "Dia sudah menikah dan punya 3 orang anak"

Mata Kun Ham terbelalak. "Bohong. Dia tidak terlihat seperti seorang Ibu" gumamnya yang membuat Irene terbahak.

 

***

 

Mimpi buruk yang dialami Irene semakin tak terkendali. Mimpi itu terus datang tanpa bisa dihentikannya. Semakin lama semakin menakutkan. Seperti sebuah cerita yang terus bersambung setiap harinya.

Dan pagi itu dia terbangun dengan keringat dingin yang membanjiri sekujur tubuhnya. Jantungnya terus berdetak, begitu cepat hingga napasnya terasa sesak. Perasaannya mulai kacau. Apa yang sebenarnya terjadi. Apa yang akan terjadi pada Seulgi.

Tangannya bergetar hebat ketika mengambil handphone yang terletak di atas meja. Menekan panggilan cepat dengan jantung yang terus berpacu.

Tak diangkat.

Hampir saja Irene menekan nomor ayah Seulgi ketika panggilan dari Kun Ham masuk. "Halo"

"Ada apa?" tanya Kun Ham di seberang sana. Suaranya terdengar serak.

"Apa Seulgi baik baik saja?" Irene bisa merasakan air matanya sedikit merembes. Suaranya bergetar.

"Sepertinya. Memangnya kenapa?"

Irene menghembuskan napas lega. Setidaknya mimpi itu hanyalah sebuah mimpi. "Tidak. Aku hanya sedang merindukannya"

Kun Ham terkekeh. "Memangnya kapan kau tidak merindukannya"

 

***

 

Satu hari berlalu. Berganti menjadi hari berikutnya. Terus berjalan tanpa ada perubahan yang signifikan dari keadaan Seulgi. Gadis itu masih terlihat begitu lelap begitupun dengan mimpi buruk itu, masih begitu setia menghantui tidur Irene, membuat pikiran buruk di kepalanya menggantikan pikiran positivenya.

Tubuhnya menggigil. Mimpi itu kembali lagi. Mimpi yang serupa dengan yang dialaminya selama 3 hari berturut turut dan Irene tidak bisa menyingkirkannya begitu saja. Dia bisa mengingatnya dengan jelas, setiap detailnya. Menyaksikan bagaimana Seulgi berdiri di

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Kangseul98 #1
Chapter 2: Sudah membacanya berkali-kali tapi tetap berhasil membuatku menangis sesenggukan:((
aseulhan_23 #2
Chapter 2: Suka suka suka~ cerita yg ini aku juga sukaaa~
Lea_hwang #3
Chapter 2: Bah bah miris banget itu kecelakaannya si biseul jadi ngilu sendiri elah bacanya ??
Mba iren mba iren akhirnya sadar juga entee (btw yg baru sadar itu seulgi ya hahaha)
Selalu dibawa perasaan kalo baca epep ini mah ??? bagus banget atuh ?????
Lea_hwang #4
Chapter 1: Ini apaa kok bikin mewek sih ????
Seul bangun seul kl udah pagi ntar cape tidur mulu
Baper banget yampunn ????
minhyukcn #5
Chapter 2: kok selesai sih gadilanjutin lg hehe
jung_yulian
#6
Chapter 2: Njirrr yang kalimat paling belakang ambigu elaahhh ???
Dwi_agus92 #7
Chapter 1: duh ceritanya bikin baper eyy
kpop_poppop #8
seulrene
Baro_gf
#9
Chapter 2: Brilliant .. ff mu selau bikin baper & berhasil menguras air mataku thor... Good job! Saranghae <3
Ryan_13 #10
Chapter 2: Bru sadar ud super lovely dovey gtu ya haha
Itu badan ud pad remuk masih aja byuntae -..]