Remember Me

The Library

            Ahhh sial, Bab 2 ku ditolak oleh Profesor Kim. Katanya landasan teori ku untuk judul yang aku pilih belum kuat, masih banyak yang harus diperbaiki. Jika aku tidak memperbaikinya, ketika aku disidang nanti para dosen-dosen penguji yang killer itu akan membantaiku habis-habisan. Padahal 2 bulan lagi sudah waktunya wisuda. Aku tidak mau harus memperpanjang semesterku dan membayar lagi biayanya. Walaupun orangtuaku mampu, pasti mereka kesal karena aku sudah 4 tahun lebih kuliah, seharusnya jurusanku bisa lulus lebih cepat. Bahkan teman-teman seangkatanku seperti Krystal, Suzy, Sulli, Sehun, Seulgi, Jackson dan lainnya sudah lulus tahun kemarin.

            Maka hari ini aku putuskan untuk lembur di perpustakaan universitasku, Korea National University of Arts. Toh perpustakaan itu buka sampai jam 10 malam. Aku harus segera memperbaiki bab 2 ini dan kalau ada waktu bisa membuat bab 3 juga. Harapanku adalah akhir bulan ini harus sudah sidang, jadi bulan depan setidaknya aku sudah tinggal revisi dan kemudian mendaftar wisuda.

            Sekarang masih pukul 5 sore, masih ada 5 jam untuk memperbaiki bab 2, dan mencicil bab 3. Hwaiting Kai, semangat! Aku berjalan menyusuri lorong-lorong menuju perpustakaanku. Sudah agak sepi sepertinya. Beberapa yang kuliah sore dan malam sepertinya belum datang atau sebagian sudah masuk ke kelasnya masing-masing. Aku berjalan dengan langkah mantap ke perpustakaan. Kubuka pintu perpustakaan dan sepi sekali. Kurasa tidak banyak mahasiswa tingkat akhir yang menyelesaikan skripsinya pada jam segini. Hanya ada penjaga perpustakaan Nona Bae yang nampak sibuk mengetik ngetik sesuatu di komputernya.

            Seperti biasa aku mencari tempat duduk yang tersembunyi dan tenang di pojok perpustakaan. Selain itu juga lebih dekat dengan rak-rak buku yang berisi buku-buku referensi skripsiku. Aku meninggalkan laptop dan tasku di meja, dan aku segera menuju rak buku untuk mencari buku referensi yang aku cari. Aku ambil dua, tiga, empat buku yang cocok dengan judul skripsiku. Kukira semuanya sudah cukup untuk bahan referensiku. Aku kembali ke mejaku. Dan ada seorang mahasiswa yang duduk dikursi depanku, satu meja denganku. Dia nampak muda dan imut. Aku kira dia pasti juniorku. Mungkin dia sedang membuat tugas kuliahnya juga. Aku sangat senang, setidaknya ada teman yang akan menemaniku mengobrol jika aku bosan selama mengerjakan skripsiku ini. Aku kemudian segera menuju tempat dudukku.

            “Hei!”, sapaku kepada mahasiswa imut yang duduk dihadapanku. “Hei..”, kata mahasiswa imut itu sambil tersenyum. Wait, apa ini? Rasanya seperti banyak kupu kupu didalam dadaku. Senyumnya benar benar membuatku terpikat. Ada kiranya aku harus mengetahui siapa namanya, supaya mengurangi rasa canggung diantara kita. “Aku Kim Jongin, tapi panggil saja aku Kai. Aku jurusan Arts Management angkatan 2011. Siapa namamu?”, tanyaku kepadanya sambil mengulurkan tanganku untuk bersalaman dengannya. “Aku Do Kyungsoo, panggil saja aku Kyungsoo. Aku dari Department of Directing angkatan 2010.”, jawabnya sambil menyalamiku. Aku kaget karena dia ternyata seniorku. Tapi dia tampak jauh lebih muda dariku, dia sungguh sangat imut. Tangannya lembut namun dingin sekali. Mungkin karena Air Conditioner di perpustakaan ini dingin sekali. Aku saja memakai jaketku setiap kali ke perpustakaan ini. “Wah maafkan aku, aku seharusnya memanggilmu Hyung. Karena kau lebih tua dariku. Hyung terlihat lebih muda. Sehingga aku pikir, Hyung adalah juniorku.”, jawabku sambil tersenyum. “Hahaha...terima kasih atas pujiannya, dongsaeng. Tumben sekali ada mahasiswa masih berada disini jam segini. Kau mau membuat apa? ”. tanyanya sambil tersenyum. “Aku mau menyelesaikan skripsiku Hyung. 2 bulan lagi kan wisuda. Aku tak mau menunda kelulusanku.”, jawabku kepadanya. Mimik mukanya berubah. Dia tersenyum, tapi nampak sedih. Tapi ekspresi itu hanya terlihat beberapa detik saja, dia kembali tersenyum manis dan tulus. Ahh mungkin saja aku salah lihat. “Ahhh... aku juga sedang menyelesaikan skripsiku. Aku rasa kita wisuda bersama Kai. Ayo kita semangat menyelesaikan skripsi kita.”, jawabnya bersemangat. “Oke hyung. Ayo kita kerjakan! Hwaiting!”, kataku sambil mulai mempersiapkan laptopku dan mempersiapkan halaman dari buku referensiku.

            Waktu tidak terasa berjalan, kami mengerjakan skripsi bersama, mengobrol, bercanda dan saling berbagi cerita. Rasanya walaupun perpustakaan ini sepi, tapi aku merasa terhibur dengan adanya Kyungsoo hyung. Waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam, bab 2 ku sudah selesai. Bab 3 pun sudah aku selesaikan intinya. Tinggal aku kembangkan lagi dirumah. Ketika aku mau memasukkan pulpenku kedalam tempat pensilku, tidak sengaja pulpenku terjatuh kebawah meja kami. Ketika aku melihat kearah tempat duduk Kyungsoo hyung, aku melihat pemandangan mengerikan. Kyungsoo Hyung tidak memiliki kaki. Lututnya berlumuran darah segar. Aku segera mengambil pulpenku, jantungku berdebar kencang, dan dahiku berkeringat walaupun AC di perpustakaanku dingin. Rasanya aku takut sekali. Aku tidak pernah merasakan setakut ini sepanjang hidupku. Ketika aku kembali duduk sambil berusaha tenang, aku melihat Kyungsoo hyung masih tenang mengetik di laptopnya. “Hyu...Hyunng... ini sudah ma..malam. Sudah pukul 9 lebih. Aku harus pulang sekarang. Ahh... terima kasih sudah menemaniku hari ini.”, ucapku berusaha tenang, namun tetap saja jantungku berdebar keras. Aku berusaha tenang berdiri dan secepat mungkin membereskan barang-barangku kedalam tasku. Ketika aku memasukkan laptopku, tiba-tiba angin dingin bertiup ditengkukku, dan aku merasakkan sebuah tangan dibahuku. “Sudah malam atau kamu sudah tahu?”, bisik Kyungsoo hyung lembut namun mengerikan tepat dikupingku. Aku langsung lari tunggang langgang tanpa melihat kebelakang lagi sambil mulutku komat kamit meracapkan semua doa yang aku ingat. Syukurlah pintu perpustakaan bisa terbuka, kalau tidak aku pasti sudah pingsan karena saking takutnya. Aku berlari langsung ke asrama tanpa berhenti, tanpa memedulikan rasa capeknya, dan tanpa melihat kebelakang, aku khawatir bila aku melihat kebelakang, aku akan melihat hal yang lebih mengerikan.

Dan hari itu adalah hari terakhir aku ke perpustakaan sore / malam sendirian. Aku lebih memilih meminta temanku Hyeri untuk menemaniku selama berkutat dengan skripsi di perpustakaan kami. Namun suatu kali, ketika aku sedang membuka salah satu buku referensiku, aku menemukan secarik kertas, bertulis dengan noda merah darah :

Jongin-ah, i’m sorry. Thank you.

 

Do Kyungsoo

Dan aku langsung lemas, kehilangan tenaga tiba-tiba dan terjatuh, mataku gelap. Sebelum aku pingsan, aku mendengar samar-samar, bukan hanya suara Hyeri memanggil namaku, tapi juga suara lembut dan jernih, yang mengingatkanku dengan suara Kyungsoo hyung berbisik ditelingaku : “Please remember me...”

 

 

  

THE END

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet