Es Krim

Cemburu

Kota Seoul siang itu tidak cerah. Jalanan dipenuhi dengan kendaraan dan trotoar dihuni oleh segelintir pejalan kaki dengan kesibukan mereka masing-masing.

Hari Sabtu yang mendung. Kata Baekhyun. Manusia puitis yang entah bagaimana bisa betah di sampingku – Kyungsoo yang kata orang over ceria selama 6 tahun terakhir ini.

Kami sedang ada di dalam sebuah mobil berwarna putih sedikit berdebu. Mobilku.

Baekhyun duduk di bangku kemudi.

Kami dalam perjalanan pulang ke rumahku. Rencananya ingin malas-malasan setelah lima hari terakhir ini bisa dibilang kami sangat sibuk.

Sangat sibuk.

Meskipun kesibukan kami berbeda.

Berumur 24 tahun tapi masih merasakan kehidupan pelajar yang mencintai akhir pekan. Ugh. Dia mulai lagi.

Baekhyun bersenandung. Lagu keluar dari radio yang kunyalakan. Tangan kiriku sangat nakal.

Senandungnya tidak mengganggu. Tapi senandungnya akan semakin keras. Semakin keras dan akhirnya mengeluarkan suara - seolah dia adalah seorang penyanyi profesional. Dia akan larut menyanyikan lagu penuh penjiwaan. Dan aku tidak tega untuk mematikan radio. Biarkan saja.

Ponselku bergetar. Ada pesan masuk. Jempol kiriku mengusap layar ponsel. Membuka pesan dari ibuku tersayang.

Malam ini jangan terlambat.

Seharusnya aku yang mengirim pesan ini ke ibuku. Kebiasaan buruk beliau yang suka terlambat. Untung aku tidak mewarisi sifat itu.

Ngomong-ngomong tentang malam ini. Semua bermula dari kedatangan ibuku ke rumah. Ya. Aku tinggal sendiri tidak bersama dengan orang tuaku.

Wajah Ibu penuh antusias menunjukkan layar ponselnya yang menyala. Di layar ponselnya terpampang history panggilan dari seseorang bernama ganteng. Aku yang baru saja mengambil botol air mineral dari dalam kulkas, hanya bisa mengernyitkan dahi.

Apa ibu selingkuh?

”Besok kamu dandan yang rapi. Makan malam di tempat biasa. Jam tujuh tepat.”

Hanya itu. Bapak pernah bilang kalau beliau mencintai karakter ibu yang penuh teka-teki.

Aku bisa membayangkan reaksi beliau jika beliau ada diposisiku. Tersenyum lembut mengangguk lalu membelai rambut ibu. Sangat berbeda seratus delapan puluh derajat dari reaksiku. Mengangguk ragu dengan memasang wajah penuh tanda tanya.

Mengirim balasan Iya, Bu lalu kembali berkutat menyaksikan pejalan kaki di trotoar berlalu-lalang. Baekhyun masih sibuk dengan impian terdalamnya untuk menjadi seorang penyanyi.

Aku melihat langit yang semakin mendung. Sepertinya sore ini akan hujan.

Kamu tidak lupa bawa payung, kan?

Sial. Aku lupa lagi.

Aku tidak mau berbagi payung denganmu lagi.  

Aku akan basah kuyub berjalan di sampingmu.

Mobil berhenti.

Para pejalan kaki menyeberang.

Lamunanku memudar.

Aku tersenyum tipis.

Bagaimana bisa aku mendengar suara gadis itu.

Menjawabnya pula.

Aku benar-benar sudah gila.

Pandanganku beralih menikmati pejalan kaki di depan. Hanya ada orang berlalu-lalang. Pegawai kantor, ibu rumah tangga dan.... ada badut.

Dua badut. Menyeberang jalan diantara kerumunan orang. Apa sudah kukatakan kalau aku suka hal-hal unik dan aneh? Aku segera mengambil ponsel. Mengusap layarnya lalu menekan icon kamera untuk merekam sebuah video. Bidikannya mengikuti arah jalan dari kedua badut itu. Kiri. Kiri. Kiri. Kiri. Ah.

Ada mobil lain yang juga berhenti karena isyarat lampu merah. Di samping mobilku. Yang membuatku tertarik adalah model mobil kami yang sama persis. Bahkan warnanya.

Aku menurunkan ponsel. Di belakang kemudi terlihat siluet seseorang. Siluet seorang wanita.

Mobilku melaju lebih dulu. Ada sedikit hal aneh yang membuatku merasa bahwa kami akan bertemu lagi. Dalam waktu dekat. Benarkan?

Baekhyun memarkirkan mobil di depan sebuah mini market. Dia ingin membeli sesuatu. Aku yang malas keluar dari mobil memberinya hak untuk membeli es krim.

Untukku.

Beberapa menit setelah Baekhyun masuk ke dalam mini market, ada seorang wanita yang keluar membawa kantong plastik besar di tangan kirinya. Tangan kanan memegang ponsel. Dia sedang menelpon seseorang. Dia berjalan lumayan cepat di depan mobilku.

Dia wanita yang menarik.

Mulai dari lampu lalu lintas, mini market hingga saat meninggalkan mini market ini, dia tidak sadar kalau mobil kami seperti jodoh.

Tidak aneh kalau mobil yang kami miliki termasuk kalangan umum. Tapi kenyataannya bukan. Butuh kesabaran selama setahun lebih agar aku bisa mendapatkan mobil ini.

“Apa yang kamu tertawakan?”

Sejak kapan Baekhyun masuk?

“Sejak kapan kamu masuk?”

Bukannya menjawab pertanyaanku, dia malah melemparkan kantong plastik kecil ke arahku.

“Bukannya menjawab pertanyaanku, kamu malah bertanya balik. Itu es krimmu. Tetap rasa coklat. Tapi ukurannya sedikit kecil.”

“Ini tidak sedikit kecil! Tapi sangat kecil!”

“Sudah. Makan saja. Yang ada tinggal itu. Aku sudah lapar. Hari ini menu makan siangnya apa?”

Ramyeon!!!

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
sunghky05 #1
Chapter 1: Apa bisa dilanjutkan min? Bagus ceritanyaaa.. Semangatt