Chapter I

Mr. Bodyguard

Mempunyai orang tua dengan jabatan tinggi di pemerintahan, ternyata tak selamanya membuatmu bangga. Setidaknya itulah yang dirasakan oleh Kim Jaejoong, putri sematawayang dari Keluarga Kim. Salah satu keluarga paling disegani di Korea. Sang kepala keluarga, Kim Kangin adalah pimpinan tertinggi dari divisi militer khusus dibidang inteligen dan saat ini juga tengah menjabat sebagai ketua dari NIS (National Intelligen Service). Sedangkan istrinya, Kim Heechul merupakan seorang dokter forensik dan saat ini juga tengah menjabat sebagai pimpinan dari NFS (National Forensic Service) yang merupakan lembaga forensik milik negara.

Namun alih-alih bisa berbangga dengan prestasi kedua orangtuanya, jaejoong kini malah hidup dalam kekhawatiran. Kekhawatiran lantaran sejak kedua orangtuanya diangkat menjadi pimpinan dari lembaga tinggi negara, teror dan ancaman kerap datang menghantuinya. Menghantui jaejoong, kakaknya, dan seluruh anggota keluarga kim lainnya. Ancaman-ancaman yang datang dari mereka-meraka yang tak suka dengan prestasi ayah & ibunya, dan berniat untuk menghancurkan karir keduannya.

Namun yang menjadi masalah, ternyata teror dan ancaman yang datang itu bukanlah sekedar teror dan ancaman biasa. Karena nyatanya beberapa tahun setelah pelantikan kedua orangtuannya, teror & ancaman itu berubah menjadi sebuah petaka. Sebuah petaka yang akhirnya menewaskan kim siwon, kakak jaejoong, putra sulung keluarga kim, dalam sebuah kecelakaan hebat.

Dan sejak saat itu, sejak kecelakaan yang menewaskan putranya. Seolah ingin memperbaiki kesalahannya karena acuh terhadap ancaman & teror yang datang, Perlahan-lahan kangin mulai meningkatkan penjagaan pada keluarganya. Laki-laki itu menempatkan penjaga pada tiap sudut rumahnya, dan tak pernah lagi mengizinkan siapapun anggota keluarga kim untuk pergi meninggalkan rumah tanpa pengawalan. Namun bukan itu saja, terkhusus untuk satu-satunya putri mereka yang tersisa, kim jaejoong. Kangin juga melarang wanita itu untuk pergi meninggalkan rumah untuk alasan apapun. Tak terkecuali untuk pergi kesekolah!. Akibatnya sejak saat itu, jaejoong tak pernah lagi terlihat pergi meninggalkan rumah.

.

.

5 tahun kemudian...

Bagi orangtua kebanyakan, menerima kabar kelulusan dari putra-putrinya adalah hal yang membanggakan. Namun tidak dengan seorang kim kangin.

Saat sertifikat kelulusan SMA milik putri sematawayangnya; kim jaejoong, datang kerumah (sertifikat yang didapatkan jaejoong melalui program sekolah dari dalam rumah) alih-alih laki-laki paruh baya itu terlihat bahagia, kini kangin malah terlihat cemas. bukan karena nilai-nilai jaejoong-lah yang membuat kangin cemas, bukan. Nilai jaejoong malah diatas rata-rata. Hanya saja yang membuat laki-laki ini cemas adalah pikiran-pikirannya sendiri. Pikiran-pikiran kangin akan ketakutan-ketakutan yang mungkin akan dihadapinya sebentar lagi ketika jaejoong pergi ke universitas.

Sebagai seorang anak yang baru saja menyelesaikan pendidikan SMA-nya, sudah semestinya jaejoong berkeinginan untuk melanjutkan pendidikannya kejenjang yang lebih tinggi, jenjang universitas. Dan kangin juga menginginkan hal yang sama. Hanya saja, jika putrinya itu pergi ke universitas. Itu artinya jaejoong akan terbebas dari pengawasannya. Terbebas dari penjagaan-penjagaan yang selama ini telah kangin bangun untuk menjaga keselamatan anggota keluarganya.

Namun dilain sisi kangin juga menyadari, dirinya tak punya pilihan. Sistem pendidikan di universitas sangatlah berbeda dengan sistem yang ada pada jenjang sekolah biasa. Saat di bangku sekolah, jaejoong mungkin bisa menjalani pelajarannya dari dalam rumah, namun tidak dengan kuliah.

Tapi setiap kali kangin membayangkan bahwa jaejoong akan pergi keluar dari rumah, pergi keluar dari zona aman yang selama ini telah dibangunnya. Bayang-bayang akan kecelakaan siwon kembali datang dalam ingatan kangin.

Bayangan akan posisi mobil siwon yang terbalik, wajah putranya itu, dan bagaimana mobil siwon hanya tinggal puing-puing saat dirinya tiba dilokasi karena terbakar habis. Hal-hal yang membuat kangin semakin merasakan ketakutan dan semakin tak ingin jaejoong pergi keluar sana.

Sore itu, saat heechul dengan tidak sengaja melintas di ruang kerja suaminya yang terbuka, wanita itu melihat gurat khawatir diwajah kangin dan segera berjalan mendekat.

“apa yang sedang kau pikirkan yeobo?” Tanya heechul lembut seraya mengusap lengan kangin. Kangin yang merasakan usapan lembut heechul pada lengannya, sontak memalingkan wajahnya. Laki-laki itu tersenyum tipis kearah heechul.

“aniyo, aku hanya memikirkan joongie”

“joongie?” Alis heechul terangkat. “wae? Apa ini tentang pergi ke universitas?” Kangin mengangguk. Heechul menarik nafasnya dalam-dalam.

Wanita ini tau betul apa yang dirasakan suaminya. Karena jujur saja heechul juga merasakan hal yang sama. Merasakan ketakutan yang sama dengan apa yang kangin rasakan. Rasa takut akan kehilangan seorang anak. Tapi di lain sisi heechul juga sadar bahwa kini putrinya itu telah dewasa. Perlu untuk mulai melihat dunia.

“kita tidak mungkin mengurung joongie dirumah selamanya kan sayang?” Heechul mencoba memberi pengertian. Kangin menganggukkan kepalanya berat.

Mau tidak mau apa yang dikatakan istrinya benar. Sekarang ini putrinya telah dewasa dan perlu untuk mulai melihat dunia. Tapi tetap saja untuk membiarkan jaejoong pergi keluar sana, kangin masih tidak rela. Ada perasaan mengganjal didalam hatinya. Setidaknya kangin butuh kepastian. Butuh kepastian bahwa jaejoongnya akan baik-baik saja saat berada diluar sana.

Untuk sepersekian detik kangin tampak terdiam, sebelum akhirnya sebuah ide melintas di kepalanya.

“yeobo sepertinya aku tau apa yang harus ku lakukan!”

***

Pagi-pagi dikeesokan harinya, kangin sudah pergi. Tepatnya pergi kearah pinggiran kota!.

.

.

.

Di pinggiran kota…

Pagi hari itu, saat matahari belum muncul dari peraduannya, dua orang laki-laki sudah tampak berjalan beriringan menyebrangi tanah lapang menuju kesebuah bangunan yang beratapkan berkubah dan terletak paling ujung. Aula latihan.

Sesekali keduanya tampak bergurau, mendorong tubuh satu sama lain, sebelum akhirnya langkah keduanya terhenti. Terhenti ketika mata keduannya menangkap sesosok laki-laki paruh baya yang saat ini tengah berdiri dihadapan mereka.

Sesosok yang begitu mereka kagumi, hormati, sekaligus berjasa dalam hidup keduannya. Sesosok yang seharusnya tak berada disini, namun kenyataanya laki-laki itu tengah berdiri disini.

“ka-kangin subaenim??!”

>>> 

Keduannya masih ingat betul dengan apa yang terjadi sepuluh tahun yang lalu. Apa yang terjadi sepuluh tahun yang lalu, disebuah desa terpencil di daerah gwangju. Daerah yang menjadi tempat dimana keduannya lahir dan tumbuh saat masih anak-anak dulu.

Saat itu yunho dan yoochun masih berusia 8 tahun. Mereka memang bukanlah saudara, namun tumbuh layaknya saudara. Keduanya memiliki usia yang sama, tinggal diarea yang sama, dan bersekolah disekolah yang sama.

Sebagai tetangga dekat, seperti biasanya malam itu, saat kedua orangtua meraka tengah bersiap pergi melaut, yunho dan yoochun menghabiskan waktu mereka dengan belajar dan menonton tv bersama. Namun saat keduannya sudah tertidur kelelahan, tiba-tiba saja suara gaduh membangunkan keduannya. Suara gaduh yang berasal dari luar rumah.

Satu dari keduannya terbangun dan berniat pergi mendatangi sumber suara. Namun betapa terkejutnya anak laki-laki itu, begitu dirinya membuka mata, hal pertama yang dilihatnya adalah api!. Api telah berada dimana-mana. Memenuhi ruang tempatnya meraka berada.

Dengan panik sang anak laki-laki itu segera membangunkan temannya dan keduannya berlari kearah kamar mandi. Menceburkan diri disana dan bersembunyi. Berpuluh-puluh keduannya bersembunyi, sebelum akhirnya jatuh pingsan karena kehabisan nafas.

Saat sebelum keduanya tak mampu bertahan lebih lama, seorang tentara, yang saat itu sedang melakukan pencarian korban menemukan keduanya. Tentara itu membawa keduanya ketempat aman untuk diberikan pengobatan. Namun saat kedua bocah itu menerima pengobatan, mereka mendapat kabar lain. Kabar menyedihkan bahwa kebakaran yang terjadi semalam. Kebakaran hebat yang telah menghanguskan seluruh desa itu ternyata juga telah menewaskan keduanya orangtua. Masing-masing ayah dan ibu mereka.

Yunho dan yoochun kecil akhirnya dibawa ke ibukota. Namun alih-alih diserahkan pada dinas sosial, kedua anak ini malah didaftarkan sebagai anak asuh perwalian tentara. program asuhan milik militer yang memang sengaja diadakan untuk mempersiapkan divisi khusus. Program divisi khusus yang bertujuan untuk mendidik seorang tentara sejak usia dini.

Selama menjalani hari-harinya sebagai anggota persiapan divisi khusus, yunho dan yoochun tumbuh layaknya anak biasa. Keduannya juga pergi kesekolah, bermain dan mengikuti bimbingan belajar. satu-satunya hal yang membedakan keduannya dengan anak lain pada umumnya adalah mereka menjalani pelatihan. Pelatihan khusus yang memang sengaja diprogramkan untuk membentuk kepribadian, kedisiplinan, dan kesiapan mereka. Keduannya belajar akan nilai-nilai kemiliteran, wawasan kebangsaan, dan belajar akan hal-hal lain seperti pengetahuan sosial, ekonomi, & budaya. Disamping itu keduannya juga dibekali dengan keahlian-keahlian khusus seperti olah fisik, beladiri, dan skill lapangan; seperti keahilan menggunakan senjata dan bertahan hidup.

Kini sudah 10 tahun keduannya hidup disini, di pinggiran kota, tepatnya di pusat pelatihan militer bagi anggota divisi khusus. Dan sebagai anggota divisi khusus yang telah beranjak dewasa sudah kewajiban bagi keduannya untuk mulai memilih karirnya. Memilih jenjang karir militer mereka untuk ingin lebih fokus pada bidang apa. Dan untuk memulai langkah karirnya yoochun dan yunho akan melanjutkan pendidikannya. Melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, jenjang universitas sebelum akhirnya kembali ke militer untuk mengabdikan hidupnya pada negara dengan masing-masing keahliannya.

***

Dengan wajah terkejut, kini yunho dan yoochun tampak menatap seorang tentara yang  begitu diseganinya. Seorang tentara yang pernah menyelamatkan hidupnya, dan berjasa layaknya seorang ayah bagi keduannya. 

“a-apa yang membuat sunbae datang kesini?” Tanya keduannya bingung seolah masih belum percaya dengan apa yang tengah dilihatnya. Kangin hanya tersenyum sebelum akhirnya ikut berjalan dengan keduannya.

.

.

Kini ketiganya terlihat tengah duduk melingkar di tengah aula. Aula itu masih kosong dan hanya ada ketiganya.

“aku dengar kalian akan melanjutkan pendidikan?” Tanya kangin mulai membuka pembicaraan. Keduannya mengangguk.

“dimana kalian akan melanjutkan kuliah kalian?”

“Universitas Toho” jawab yunho ragu-ragu, masih dengan ekspresi kebingungan. Namun kangin mengindahkan ekspresi bingung itu dan malah memajukan posisi duduknya agar lebih dekat kearah keduannya.

“aku ingin meminta bantuan kalian” yunho dan yoochun tampak saling berpandangan.

“tapi bukan sebagai seorang senior, melainkan sebagai seorang ayah.”

 

***

Malam hari itu, setelah kangin kembali dari perjalanannya dari pinggiran kota. Laki-laki itu segera pergi menemui putrinya.

Jaejoong yang malam itu tengah berdiam di kamarnya tampak terkejut dengan kunjungan mendadak ayahnya. Jelas saja terkejut, pasalnya kangin sebelumnya tidak pernah datang ke kamarnya. Jika perlu mengatakan sesuatu ayahnya itu biasanya hanya akan memanggilnya, namun tidak pernah menemuinnya. Terlebih lagi menemuinnya secara langsung seperti sekarang ini. 

“jae ayah ingin bicara” wajah kangin terlihat keras. Bahkan lebih keras dari biasanya. Jaejoong yakin ayahnya itu akan memberikan kepastian mengenai nasibnya. Nasibnya untuk pergi ke universitas atau tidak. Dan jaejoong sudah siap untuk mendengar apa saja yang akan diputuskan ayahnya.

Kini keduannya tampak duduk diujung tempat tidur. Duduk saling berhadapan.

“jae” panggil kangin memulai pembicaraannya.

“kau boleh pergi ke universitas” seolah tersambar petir, otak jaejoong mati rasa. wanita ini terlalu terkejut dengan apa yang baru saja dikatakan ayahnya. Mwo pergi ke universitas?? Apa ini benar? Ayahnya mengizinkannya?! Mengizinkannya pergi ke universitas??!. Jaejoong tersenyum bahagia. 

“tapi dengan satu syarat” syarat? Ada syaratnya?

“pergilah ke Universitas Toho, atau tidak sama sekali!”

.

.

.

Tak butuh banyak waktu bagi jaejoong untuk menyesuaikan diri menjalani hari-harinya sebagai manusia bebas. Karena meski telah terkurung selama hampir 5 tahun didalam rumah, jaejoong tetap tumbuh layaknya gadis pada umumnya. Jaejoong juga juga suka bergosip, menonton drama, membaca majalah, dan jatuh cinta!.  Ya seperti kebanyakan gadis pada usiannya, jaejoong juga jatuh cinta. Namun cinta jaejoong memang sedikit berbeda. Bukan cinta pada kakak kelas atau teman sebaya. Cinta jaejoong ada pada seorang idola. Seseorang yang dilihatnya melalui layar kaca. Satu-satunya lawan jenis yang dapat dilihatnya tanpa melanggar segala aturan-aturan keamanan yang telah diterapkan oleh ayahnya.

Satu-satunya kesulitan yang jaejoong temukan saat pergi keluar sana adalah teman. Jaejoong tak pernah punya teman. Seorang teman yang satu usia dengannya. Karena jika teman yang yang dimaksud adalah seseorang yang selalu menemaninya, jaejoong punya banyak. Dirinya punya Paman Lee, sang supir keluarga. Paman Kang, seseorang yang selalu menjaga dan menemaninya kemana-mana, dan Bibi Han, seseorang yang selalu memenuhi kebutuhannya. Tapi bukan bukan itu, bukan teman seperti itu yang jaejoong harapkan. Namun teman sebagaimana gambaran teman yang didapatkannya melalui majalah dan drama-drama. Seseorang yang sama-sama merasakan indahnya jatuh cinta, dan dapat diajak berbagi cerita tentang apa saja. Dan hal ini membuat jaejoong terkadang kesulitan untuk berteman.

Namun kini saat setelah menjalani hari-harinya sebagai mahasiswa, jaejoong perlahan-lahan punya teman. Teman-teman yang tiba-tiba datang sendiri menghampirinya; Go Ahra, Boa, & Yejin. Kini keempatnya selalu menghabiskan waktunya bersama. Pergi belanja bersama, mengerjakan tugas bersama-sama, dan bermain bersama. Sampai suatu hari, tiba-tiba saja ahra datang kepadanya. Datang kepada jaejoong dengan sebuah kejutan. Namun bukan kejutan yang menyenangkan, tapi sesuatu yang menyakitkan.

Hari itu ahra datang pada jaejoong, namun tidak sendirian. Wanita itu datang dengan seseorang. Seseorang yang dikenalkan ahra sebagai kekasihnya. Kangta, seorang senior yang selama ini jaejoong idolakan. Idolakan dan idam-idamkan untuk menjadi kekasihnya.

Dan yang membuat jaejoong kecewa adalah ahra tau itu. Tau kalau jaejoong mengidolakan kangta. Karena selama ini jaejoong selalu bercerita padanya. Bercerita pada ahra tentang semuannya, bahkan cerita-cerita yang tak pernah jaejoong bagikan pada dua orang teman lainnya; yejin & boa. Namun dalam posisi ini jaejoong juga tak bisa berbuat apa-apa, karena dihadapan dua orang teman lainnya, ahra punya citra baik. Citra bak seorang malaikat. Seseorang yang polos dan masih kekanak-kanakan.

...

Menjelang libur semester yang akan jatuh 2 minggu lagi, tiba-tiba saja teman-temannya itu punya rencana. Rencana untuk melakukan perjalanan, berlibur bersama. Namun tidak hanya mereka berempat, karena dalam perjalanan ini ketiganya juga berencana akan membawa serta kekasih mereka. Tak terkecuali jaejoong.

Ya untuk menutupi rasa sakit hati, dan karena harga dirinya yang masih terlalu tinggi, selama ini jaejoong memang tengah berbohong. Berbohong pada teman-temannya kalau dirinya telah punya kekasih. Seorang kekasih yang tampan, mapan, dan sangat mencintainya. Seseorang dengan paras rupawan, mata lebar, kaki jenjang, kulit kecoklatan, dan otak cemerlang.

Namun yang menjadi masalah, kekasih jaejoong itu tidaklah nyata!. Karena sosok sempurna itu jaejoong ambilkan dari gambaran cinta pertamanya, sosok idola yang selalu jaejoong kagumi dari layar kaca, Max Changmin!.

Lantas siapa?? Siapa yang harus jaejoong ajak untuk menjadi kekasihnya pada liburan besok?? Seseorang yang harus memiliki ciri-ciri sebagaimana yang telah dirinya gambarkan selama ini.

.

.

Dimulai dikeesokan harinya, jaejoong mulai bertekat. Bertekat untuk mulai menjalankan misi. Misi untuk menyelamatkan harga dirinya. Mulai mencari seorang kekasih.

Dengan berkeliling kebeberapa fakultas pada jam-jam istirahat, jaejoong mulai mendata dan mencari laki-laki yang sesuai dengan ciri-ciri yang Max Changmin punya; berparas rupawan, mata lebar, kaki jenjang, kulit kecoklatan, dan otak cemerlang.

Tapi tidak mudah memang bagi jaejoong untuk mencari laki-laki seperti itu. Karena saat dirinya menemukan laki-laki tinggi, wajahnya tak terlalu tampan. Namun saat ada yang berwajah tampan, kulitnya kurang kecoklatan. Dan saat semua kriteria fisik itu terpenuhi, aura laki-laki itu tidak terlalu pintar.

Satu hari..

Dua hari..

Tiga hari...,

Jaejoong terus mencari. Sampai akhirnya sosok itu datang. Sosok laki-laki yang sesuai dengan pencariannya. Laki-laki dengan kaki jenjang, kulit kecoklatan, tampan dan punya aura yang pintar. Satu-satunya hal yang laki-laki itu tak punya dari Changmin adalah mata, mata laki-laki itu kecil, namun tajam. mata yang memancarkan kecrdasan!.

Laki-laki itu kini tengah duduk diujung ruangan dan juga tengah memperhatikannya, memperhatikan jaejoong sejak beberapa menit yang lalu!.

*

*

*

Sudah selama 6 bulan ini, sejak pertama kali yunho menginjakkan kaki di kampus ini, dirinya selalu memperhatikan jaejoong.

Sesuai dengan amanat yang kangin percayakan padanya dan yoochun, secara bergantian keduannya secara diam-diam mencoba untuk menjaga jaejoong dari jauh.

Hanya saja, memang diantara keduannya; yunho & yoochun. Yunho-lah yang lebih sering menjaga jaejoong. Selain karena keduannya; yunho & jaejoong, berada dilingkungan kampus yang sama, Ilmu Sosial; -yunho fakultas hukum, sedangkan jaejoong ekonomi bisnis,-. Yoochun yang berada di fakultas kedokteran punya gedung yang berbeda dan jadwal praktikum yang lebih padat.

Dan seperti biasanya, setelah menyelesaikan kuliahnya, sembari makan siang, hari ini yunho duduk di cafetaria fakultas ekonomi bisnis untuk memperhatikan jaejoong dari jauh. Sudah beberapa menit laki-laki itu tampak memperhatikan jaejoong dan mangawasi sekitar kalau-kalau ada yang mencurigakan.

Saat yunho tengah menghabiskan makanannya, tiba-tiba saja yunho merasa seseorang kini tengah balik mengawasinya. Mengawasi dan memperhatikan dirinya dengan seksama.

Dilanda kepanikan dan kewaspadaan tinggi. dengan berhati-hati kini yunho coba mengawasi sekitar. mengedarkan pandangannya kesekeliling cafetaria berusaha mencari seseorang yang dirasa cukup mencurigakan.

Namun begitu terkejutnya yunho, saat kini matanya tengah bertemu tatap dengan mata seseorang. Mata seseorang yang sejak tadi memang tengah menjadi perhatiannya, seseorang itu kini balik menatapnya!.

Diujung lain ruangan, disudut yang bersebrangan dengan tempat yunho kini berada, jaejoong kini tengah menatap balik kearah yunho. Menatap yunho dengan tatapan berbinar. Bola mata wanita itu tampak membesar seolah menemukan apa yang telah dicari-carinya!.

***

Jaejoong bangkit dari duduknya dan berjalan tergesa menuju ke ujung lain ruangan yang bersebrangan dengan tempatnya kini berada. Namun saat jaejoong tiba di kursi yang menjadi tujuannya. Laki-laki itu sudah tidak ada. Laki-laki itu sudah beranjak dari tempatnya.

***

Yunho yang panik karena jaejoong tersenyum kearahnya sontak saja segera beranjak dari duduknya. Apa wanita itu tau jika aku ditugaskan untuk menjaganya?!. Dengan tergesa yunho segera berjalan meninggalkan cafetaria menuju ke tempatnya bekerja.

***

Dalam perjalanannya pulang. didalam mobil.  jaejoong yang masih sedih karena sosok lelaki incarannya itu tiba-tiba saja menghilang, sontak kini terlihat murung. di dalam mobil kini jaejoong terlihat diam saja seraya melempar pandangannya kearah luar jendela. kearah jalanan diluar sana. Beberapa menit jaejoong memperhatikan jalanan dan kerumunan orang yang tak jelas diluaran sana, sampai tiba-tiba saja matanya menangkap sesosok yang sejak tadi tengah memenuhi pikirannya.

Laki-laki tinggi di cafetaria!!

Saat ini laki-laki itu tampak tengah berjalan ditrotoar, sambil sesekali mengecek ponselnya. Jaejoong yang tak ingin menyia-yiakan kesempatan sontak saja segera meminta paman lee untuk menghentikan mobilnya. Begitu mobil berhenti, bergegas wanita itu segera turun dari mobil dan berhamburan lari kearah trotoar menghadang langkah sang lelaki tinggi.

Yunho yang terkejut tiba-tiba saja seseorang tengah menghadang jalannya, sontak segera menghentikan langkahnya. Mata laki-laki itu melebar saat menyadari siapa yang tengah berdiri dihadapannya dan menghadang perjalannya. Kim jaejoong!

Mau apa wanita ini?!

Tapi saat sebelum yunho sempat bertanya maksud jaejoong menghadang perjalanannya, wanita sudah buka mulut terlebih dahulu.

“hei siapa namamu?” Yunho mengerutkan alisnya.

“siapapun kau, aku mohon jadilah kekasihku”

“MWO???!”

Jaejoong tersenyum lugu

“aku bilang jadilah kekasihku!”

 

 

 

 

 

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
bebebe #1
Chapter 2: Wkwkwkwkkw im your number one fans author !
Blurr_moments
#2
Chapter 2: hahahaha... need a lot of effort to understand this story, but worth it. keep it up author-shii
babycorn #3
Chapter 2: hahaha jadi jj ngejar-ngejar yunho karena mirip sama idolanya? lol. btw ini jj antara lugu sama frontal bedanya tipis! semangat jae!
akiramia #4
Chapter 2: Wkkkk jj emang keren ...ayo jae takluk kan si jung itu .kkkk seru ..ayo semangat ya
can_tbeempty #5
Chapter 1: Lucu ceritanyaa. Ayo thor lanjutin yaaa!!!^^
akiramia #6
Chapter 1: wakakakaka jj lucu sekali main tembak langsung ayo semangat update nya ya
babycorn #7
Chapter 1: seneng ya jadi jaejoong. dijagain orang2 kaya yunho & yoochun :3