Two (2)

Hello After Goodbye

  th?&id=OIP.Mda6624d2b48c94c7010d999f088b

 

  Bomi terlihat panik dan tergesa-gesa mencari sesuatu di seluruh isi kamarnya. Beberapa kali dia melihat jam yang ada di atas meja belajarnya dan kepanikannya meningkat satu level. Bagaimana tidak, buku perpustakan sekolah yang ia pinjam dan harus dikembalikan hari ini hilang dari tempatnya padahal jelas-jelas kemarin malam sudah diletakkannya di dekat tasnya.

  “Bomi!” teriakan Doojoon terdengar nyaring dari arah pintu sebelum kakak laki-lakinya muncul, “astaga. Apa yang kau lakukan dengan kamarmu?”

  “aku tidak punya waktu menjelaskannya, oppa.” jawab Bomi tanpa melirik ke arah Doojoon. “kalau aku tidak mengembalikannya hari ini, guru perpustakaan pasti akan menghukumku membersihkan selama seminggu.”

  Doojoon langsung mengerti apa yang membuat adik semata wayangnya panik dan histeris seperti itu. Dia lalu berjalan santai ke dalam kamar menuju tempat tepi tempat tidur Bomi dan memungut sesuatu di antara tempat tidur dan meja kecil yang berada di sampingnya. Berdiri sambil memegang buku yang menjadi penyebab badai dalam kamar Bomi, Doojoon akhirnya menghembuskan napas panjang karena melihat Bomi masih panik melempar barang-barang yang menghalangi pandangannya.

  “Bomi,” panggilnya.

  “aku sudah bilang aku sedang tidak punya waktu, oppa.”

  Mau tidak mau Doojoon berjalan mendekat dan memukulkan buku tersebut ke kepala Bomi, “lain kali cari dengan tenang.”

  “aku tidak bisa mencarinya dengan tenang oppa. Aku harus mencarinya dengan mataku.” Bantah Bomi polos saat menerima buku tersebut dari tangan Doojoon.

  Sambil melihat ke atas Doojoon kembali menghela napas, “ayah, ibu kenapa kalian harus meninggalkanku dengan anak yang anehnya seperti ini?”

  Bomi berdiri di tengah kamarnya yang berantakan seperti kapal pecah sambil melihat adegan menyedihkan kakak laki-lakinya yang terlalu banyak nonton drama di TV. Matanya menatap lurus jam yang ada di atas meja belajar dan membuatnya terbelalak panik.

  “OPPA!!”

  Teriakan Bomi berhasil membuat Doojoon terperanjat kaget dan berpikir ada sesuatu yang berbahaya terjadi pada adiknya.

  “ada apa? kenapa kau berteriak seperti itu? kamu sakit? apa yang terjadi?”

  Tanpa melepaskan pandangannya dari jam di atas meja Bomi menjawab, “oppa, sepertinya aku akan dapat hukuman lebih berbahaya dari membersihkan perpustakaan kalau dalam waktu delapan menit aku tidak sampai ke sekolah.”

  Sesaat Doojoon mengerjapkan matanya berusaha memahami ucapan Bomi, “a…apa?”

  Dengan cepat Bomi melihat Doojoon sebelum mengambil tasnya dan menarik Doojoon untuk segera keluar dari rumah menuju mobil mereka. Ini bukan pagi pertama kali dia mengalami kejadian seperti ini. Adiknya yang lebih banyak punya kebiasaan aneh harus selalu berada dalam pengawasannya atau dia akan kena serangan jantung kapan saja karena tingkah adiknya.

 

  Mobil berhenti di depan gerbang sekolah tepat di saat gerbang baru akan ditutup. Setelah memeluk Doojoon sekilas Bomi langsung keluar dan berlari ke dalam. Dia melihat beberapa murid lainnya sedang berdiri menerima hukuman karena beberapa kesalahan dan di saat melihat pakaian club taekwondo salah satu dari murid yang sedang menerima hukuman itu Bomi berhenti berlari dan berbalik kembali ke gerbang.

  “aku sudah bilang padamu jangan panik seperti itu!!” Doojoon berteriak dari depan gerbang sambil memegang tas berisikan pakaian taekwondo milik Bomi.

  Bomi mengambil tas tersebut dan tersenyum lebar menunjukkan sederet giginya dengan wajah lucu sebelum berteriak mengucapkan terima kasih sambil mengangkat kedua tangannya membentuk hati, “terima kasih Oppa!! saranghae!!”

  “baiklah, baiklah. Cepat masuk sebelum kau benar-benar dapat hukuman.” Balas Doojoon. Dia melihat Bomi berlari ke dalam dan bergumam pasrah, “aku tahu dia pasti akan dihukum. Adikku yang malam.”

  Benar saja, Bomi terlambat satu menit tujuh belas detik dan harus menerima hukumannya bersama yang lain. Ada sekitar lima belas sampai dua puluh murid dari berbagai tingkatan kelas yang berbaris rapi untuk menerima hukuman mereka.

  Park Yeongsoek seonsaengnim guru yang paling ditakuti hampir seluruh murid SMA Daejeon itu berjalan melihat mereka satu persatu dengan tongkat lima puluh sentimeter yang selalu dibawanya kemana-mana. Bomi untuk pertama kalinya menerima hukuman pagi seperti ini dan harus berhadapan langsung dengan guru yang paling ditakuti itu tentu saja merasa panik. Sampai tiba-tiba Park seonsaengnim berhenti dan menatap mereka keseluruhan.

  “kalian semua!” bentaknya. “letakkan semua barang-barang kalian dan lari kelilingi lapangan sebanyak 7 putaran.”

  Bomi terkejut dengan mulut terbuka memandangi luasnya lapangan sekolah mereka yang harus dia kelilingi sebanyak tujuh putaran. “Yoon Bomi. Kalau kau bisa latihan taekwondo selama lima jam tanpa berhenti tujuh putaran lapangan pasti tidak ada apa-apanya.” dia bergumam pelan meyakinkan dirinya sendiri.

  Namun di saat dia menyemangati dirinya sendiri seperti itu seseorang yang berdiri di depannya dan tanpa sengaja ikut mendengarkannya tertawa pelan. Dari awal Baekhyun melihat gadis itu berlari terburu-buru dan tiba-tiba berhenti sebelum kemudian berbalik ke arah gerbang sekolah dia mengira kalau gadis itu berniat untuk absen dari sekolah. Tapi tidak lama kemudian gadis itu kembali dengan wajah pasrah dan ikut berbaris di barisan murid yang akan menerima hukuman pagi. Baekhyun tahu gadis itu berdiri di belakangnya. Semua indera di tubuhnya menjadi sensitif. Dia bisa mencium wangi bunga yang lembut dari arah belakangnya dan punggungnya seperti merasakan angin sejuk. Mungkin  dia memang terlalu sensitif.

  “dalam waktu lima belas menit kalian semua sudah harus kembali ke kelas. Kalian mengerti?!”

  “mengerti, seonsaengnim!

 

  Hukuman dimulai saat itu juga. Hampir sebagian besar murid yang menjalani hukuman adalah laki-laki tentu saja murid perempuan berada di urutan paling belakang. Baekhyun sudah menyelesaikan empat putaran dalam waktu kurang dari sepuluh menit saat dia melihat gadis itu berlari di depannya. Mengurungkan niatnya untuk berlari mendahului gadis itu Baekhyun tiba-tiba ingin menyamain langkah kakinya dengan dia.

  Kenapa aku jadi seperti ini? ini pasti gara-gara Jiyeon dan Hana terlalu banyak cerita tentang drama cinta saat di kelas.

  Mereka berlari seperti itu sampai setengah putaran lapangan saat gadis di depannya berhenti beberapa saaat dan kembali berlari. Baekhyun melakukan hal yang sama namun untuk ketiga kalinya saat gadis itu terlihat akan berhenti dia tersandung kakinya sendiri dan hampir terjatuh namun dengan cepat dia menguasai kakinya kembali. Namun untuk kedua kalinya gadis itu tersandung kakinya sendiri dan sebelum dia benar-benar terjatuh Baekhyun dengan sigap menangkapnya.

  “kau baik-baik saja?” Baekhyun melihat wajah gadis itu sangat kelelahan. “kau baik-baik saja?” ulangnya.

  Gadis itu mengambil napas berat beberapa kali sebelum menjawab terbata-bata, “capek… aku benar-benar capek.”

  Baekhyun melihat nama gadis itu dari tanda pengenal di seragamnya, Yoon Bomi. Jadi namanya, Yoon Bomi. Dia tersenyum samar sebelum membantu Bomi berdiri.

  “kamu belum sarapan, kan?” tanya Baekhyun setelah mereka sama-sama berdiri.

  Bomi menggeleng pelan, “belum.”

  “pantas saja. Sebentar lagi waktu lima belas menit habis sebaiknya aku bantu ke ruang kesehatan.”

  “tidak, tidak.” Bomi mengibaskan tangannya menolak usul Baekhyun. “aku tidak mau ke ruang kesehatan. Sebaiknya aku ke kantin. Aku harus ke kantin. Ya, sepertinya aku harus segera ke kantin.”

  Terus mengatakan hal yang sama kalau dia harus ke kantin Baekhyun melihat Bomi berjalan pergi meninggalkannya yang tertawa heran melihat tingkah gadis aneh ini. Bagaimana bisa dia fokus pada satu hal dan mengatakannya berkali-kali. Dia tidak melepaskan pandangannya dari Bomi bahkan saat gadis itu mengambil tasnya dan berjalan menuju kantin Baekhyun hanya mengikuti gerakan kakinya yang berjalan mengikuti Bomi.

  Kali ini aku pastikan, aku benar-benar mulai gila…

 

***

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
pabbochomi
#1
Woww,, lagu kebangsaan Bomi :D, nice
convoyer
#2
Chapter 1: oh, pertamanya aku pikir ini oneshot, ternyata bukan, berarti aku ga salah kalo subscribe fanfic ini :D

good job ya :D