Chapter 2 (FINAL)

Dissapeared
Please Subscribe to read the full chapter

Chanyeol menatap Areum kecewa.

“Kenapa kau tak bisa memberi kesempatan lebih pada kakakmu sendiri, eoh ?”

Areum menatap Chanyeol kesal. Gadis itu lalu mendecakan lidahnya.

“Sudahlah oppa, tak usah membela oppaku seperti itu. lagi pula ia sudah gila. Jatuh cinta pada gadis yang setengah gila.” Papar Areum ketus.

Kedua mata Chanyeol berkilat. “ DO Areum. Bisakah kau menjaga bicaramu eoh ?”

“APA ? KENAPA ?” Teriak Areum tak terima.

Kepala Chanyeol tertunduk sejenak. Ia lalu menghembuskan nafasnya berat.

“Sejak kapan, sejak kapan kau menjadi sosok yang suka membeda-bedakan orang eoh ? Bagaimana jika posisimu saat ini sama seperti gadis itu ? “

Areum menatap objek lain sambil menyilangkan tangannya.

“Aku tak akan menjadi gila hanya karena ditinggalkan seseorang.” Paparnya.

Senyuman kecut menghiasi wajah Chanyeol. Ia lalu berucap pelan.

“Itu karena kamu belum pernah merasakan bagaimana sakitnya ditinggalkan orang yang benar-benar kau cintai.”

Areum menatap sahabat kakaknya itu cepat. ia hanya merasa nada suara Chanyeol barusan berubah. Seolah-olah namja itu merasakannya sendiri.

“Hah ! Oppa sok tahu. Memang oppa pernah berpacaran ? Setahuku oppa belum pernah berpacaran.”

“Ya. Aku memang belum pernah berpacaran. Tapi aku pernah merasakan bagaimana sakitnya tak dianggap oleh seseorang yang aku cintai. “

Areum menaikkan alisnya. “ Nugu. Siapa gadis itu ? Siapa yang melakukan hal itu padamu oppa ?”

Chanyeol tersenyum kecil. Ia beranjak dari posisi duduknya.

“Seseorang yang berdiri tepat di hadapanku.” Ujarnya lalu berlalu pergi dari sana.

Menyisakan Areum. Yang mematung. Tak mampu mengatakan apapun.

**************************

Kyungsoo tersenyum kecil. Saat melihat wajah Jiyeon yang terlihat damai saat tertidur. Gadis itu tertidur sambil memegangi sebelah tangannya. dan entah mengapa itu membuat Kyungsoo bahagia. Ya, setidaknya ada kemajuan. Kini Jiyeon mulai membutuhkannya. Dan ia berharap akan terus seperti itu.

Hoam~

Kyungsoo menutup mulut dengan sebelah tangannya, lalu berusaha melepaskan salah satu tangannya dari genggaman Jiyeon.

Namja itu lalu mulai membereskan pecahan piring, gelas dan kaca yang masih berserakan di atas lantai. Dengan telaten Kyungsoo membersihkan ruangan itu. Sampai sepasang matanya menangkap sesuatu yang terlihat tak asing. Ia lalu berjongkok, dan meraih sebuah benda kecil berkilau di bawah kursi.

“Cincin”

Kyungsoo memperhatikan cincin itu dengan seksama. Tak lama, ia lalu tersenyum kecut. matanya beralih menatap Mina yang masih tertidur.

Mina masih mencintai seseorang dimasa lalunya. Kyungsoo sangat yakin akan hal itu. kepalanya kemudian tertunduk, membiarkan tubuhnya sejenak duduk di atas kursi. Sambil menggenggam cincin itu erat ditangannya.

.

.

.

Keningnya berkeringat, peluh membasahi hampir seluruh wajahnya. Kepalaya bergerak ke kanan dan kekiri dengan cepat. sampai matanya terbuka dan ia dengan cepat bangun dari posisinya.

Hosh~

Mina mengatur nafasnya yang satu-satu. Mimpi buruk. lagi. Selalu. Setiap malam ia pasti tak pernah absen dari mimpi buruk.

Kedua tangannya bergerak, menyeka peluh yang membasahi wajahnya. Namun gerakannya terhenti, saat ia sadar akan sesuatu.

Matanya lalu beralih, menatap ruangan itu cepat. Dan entahlah, tiba-tiba ia bisa bernafas dengan lega saat melihat namja itu masih ada di sana. Tertidur meringkuk di kursi.

Melihat itu, Mina sejenak melupakan mimpi buruknya. Ia malah beranjak dari posisinya dan berjalan mendekati Kyungsoo.

Berjongkok tepat di hadapan wajah damai namja itu yang tengah terlelap. Seakan sadar akan sesuatu, Mina menyentuh baju namja itu. dan benar saja. bajunya masih basah. Mina lalu segera membuka lemari pakaiannya. Berdiri sejenak disana, setengah ragu tangannya terulur, meraih sebuah kotak yang masih terbungkus kertas kado. Di robeknya kertas kado itu dengan cepat, membuka kotaknya dan mengeluarkan sebuah sweater rajut polos berwarna cokelat dari sana.

Sejenak, ditatapnya baju itu. namun dengan cepat ia menggelengkan kepalanya. Dan kembali menghampiri Kyungsoo.

Bibirnya bergerak pelan, namun tak menghasilkan suara. Mina menyerah. Ia memilih memguncangkan tubuh namja itu dengan tangannya. sampai kedua mata Kyungsoo mengerjap pelan dan terbuka.

Dan saat mata itu benar-benar terbuka, Kyungsoo menatapnya dengan hangat. Sebelah tangan namja itu terulur, namun belum sampai menyentuh kepalanya sebuah benda sudah lebih dulu jatuh dari tangan Kyungsoo.

Mina menatap benda yang jatuh itu nanar. Dan tanpa memperdulikannya, ia segera mengalihkan matanya dan beralih menyerahkan sweater di tangannya kearah Kyungsoo.

“Untukku ?”

Mina mengangguk kecil.

“Gomawo.”

Mina kembali mengangguk. Ia lalu membiarkan Kyungsoo bangkit dari posisinya, beranjak dan masuk ke kamar mandi untuk mengganti bajunya.

Dan tanpa ia bisa tahan. Matanya kembali menatap benda itu. Cincin itu. yang tergeletak tepat disamping kakinya. Sebelah tangannya terulur, meraih benda itu.

Sesuatu dalam hatinya kembali terasa tertusuk. Sangat sakit. namun matanya tak henti menatap benda itu. Sampai sepasang lengan menutup matanya dan merebut benda itu dari tangannya.

“Jangan kau lihat jika membuatmu sakit.”

Mina sudah hapal dengan suara itu.  Dan membiarkan Kyungsoo menutup matanya untuk beberapa saat. Sampai ia tenang dan Kyungsoo pun menarik tangannya.

“Sudah lebih baik ?”

Mina menatap wajah itu sejenak lalu mengangguk. Ia sangat ingin berterima kasih. Namun lidahnya tiba-tiba terasa kelu. Sulit untuk bersuara.

Kyungsoo lalu menuntunnya untuk duduk di kursi, sementara namja itu berjongkok di hadapannya sambil menggenggam kedua tangannya.

“Mina ~aa, bisakah…Bisakah kau membagi sakit itu bersamaku ?”

Kedua mata bening itu membulat. Tubuhnya menegang sempurna. Sementara matanya menatap wajah Kyungsoo yang terlihat lelah di hadapannya.

“Aku…Aku hanya ingin membantu menghilangkan luka itu.” Lanjut Kyungsoo lagi.

Mina masih bergeming. Ia tak mampu melakukan apapun. atau lebih tepatnya ia tak mau. Ia tak bisa membiarkan siapapun memasuki masa lalunya. Ia tak bisa.

Sampai Mina melihat kedua mata bulat namja itu berair. Dan ia bisa melihat dengan jelas bagaimana air mata itu jatuh dari mata Kyungsoo.

Kepala namja itu tertunduk. Genggaman dikedua lengannya terlepas. Dan mendadak Mina merasa kosong.

Menatap sosok itu tertunduk, membuat Mina merasakan sakit.

“Karena jika aku tak bisa membuatmu lebih baik….Aku..Aku harus pergi. Meninggalkanmu.”

‘Aku harus pergi.’

‘Tapi kenapa ?’

‘Itu bukan urusanmu.

‘Tapi kau sudah berjanji tak akan meninggalkanku.’

‘HAH ! Ya ! Mina~aa, dengarkan aku baik-baik. Aku tak lagi mencintaimu. Jadi untuk apa aku terus bersamamu.’

‘Tapi, apa salahku.’

‘Salahmu ?’

‘Ya ?’

‘Karena kau tak pernah lebih baik darinya. Kau bukan apapun dibandingkan ia.’

Kedua mata bening itu membulat tajam. Nafasnya berubah cepat. Kepalanya menggeleng. Tidak. Aniyo. Tidak lagi. Ia tak ingin di tinggalkan lagi. Sudah cukup namja itu yang meninggalkannya. Ia tak ingin kehilangan namja di hadapnnya lagi. Ia tak mau. Tak ingin kehilangan namja yang telah lancang membuatnya merasa lengkap.

“Jangan pergi”

Yah. Akhirnya. Hanya kata itu yang keluar dari mulutnya dengan susah payah. Namun itu sukses membuat Kyungsoo mendoak.

Namja itu menatapnya nanar.

“Maka itu, ceritankanlah padaku Mina ~aa…”

Mina meringis. Mengepalkan kedua tangannya kuat.

“Kim Myungsoo.”

Mata kyungsoo sepenuhnya terbuka. Namja itu lalu meraih kedua tangan Jiyeon yang meremas kursi dengan kuat. Di tatapnya mata gadis itu lekat. Seolah berkata ‘Tidak apa-apa. Ada aku disini.’

Dan hal itu cukup membuat Mina merasa sedikit tenang.

“Aku mencintainya. melebihi apapun. Tapi ia meninggalkanku. Meninggalkanku untuk seorang gadis yang lebih baik, lebih cantik, lebih kaya dan lebih popular. Ia melupakan janjinya untuk selalu mencintaiku. Ia melupakan janjinya untuk membangun kehidupan baru bersamaku. Ia melupakan segalanya. Dan….Dan ia pergi. Pergi tanpa pernah kembali.”

Kyungsoo menahan dirinya untuk menyela ataupun memeluk tubuh Mina yang bergetar karena tangis. Namja itu mempertahankan posisinya, hanya sebelah tangannya yang terulur dan menghapus tetes air mata di pipi Mina.

“Aku…Aku tak bisa melupakan semuanya. Aku tak bisa.” Isak Mina sambil menundukan kepalanya.

“Apa kau masih mencintainya ?”

Kepala Mina terangkat. Dan saat itulah kedua matanya bertemu dengan sepasang mata bulat milik Kyungsoo.

“Apa kau masih mencintainya ?” Ulang Kyungsoo lagi.

Mata kecil Mina mengerjap. Dan tanpa ia sadari kepalanya mengangguk pelan. Dan itu cukup membuat secerca cahaya dimata Kyungsoo meredup. Namja itu tersenyum kaku, kemudian melepaskan genggamannya. Dan beralih duduk disamping Mina.

“Gwenchana. Aku tahu, melupakan seseorang tidaklah mudah. Apa lagi ia sangat kau cintai dan berarti untukmu.”

Mina tak mampu membalas ucapan Kyungsoo. Ia masih tak mengerti dengan dirinya sediri. Ia masih bingung dengan perasaannya sendiri.

“Karena…” Kyungsoo menghadapkan wajahnya kearah Mina cepat, lalu tersenyum lebar. “…aku tetap akan membantumu menyembuhkan luka itu. “ Lanjutnya.

Dan detik itu juga. Mina melihat sesuatu, matanya melihat sesuatu yang baru. Hatinya merasakan sesuatu yang berbeda. Mendengar Kyungsoo mengatakan kalimat itu membuatnya merasa ada yang aneh. Disana. Dihatinya.

*******************

Chanyeol menaikan alisnya bingung. Ia berkali-kali menajamkan matanya guna melihat sosok yang tengah bersembunyi dibalik pohon oak tua.

Benar. tak salah lagi, itu Do Areum. Tapi ada yang aneh dengan gadis itu. tak biasanya ia bersembunyi dibalik pohon oak tua. Biasanya gadis itu akan selalu menampakan diri dan berteriak-teriak jika melihatnya, tapi kali ini berbeda. Areum terkesan menghindarinya.

Apa karena ucapannya tempo hari ?

Chanyeol menarik nafas panjang, kemudian melangkahkan kakinya menghampiri Areum yang tampaknya semakin merempet ke batang pohon.

Terlihat lucu. Dan itu membuat Chanyeol tersenyum kecil.

“Ya ! Bocah ingusan, apa yang kau lakukan disana eoh ? Bermain petak umpet ?”

Chanyeol tertawa kecil, lalu duduk tepat di bawah pohon Oak yang dijadikan tempat persembunyian Areum.

Gadis itu, Areum. Berkomat-kamit tak jelas, asik menggerutu tak karuan. Dan dengan berat hati ia pun keluar dari tempat persembunyiannya.

“Aniya. Enak saja. memang kau pikir aku anak kecil, eoh ?”

“Yah, tadinya ku pikir memang kau anak kecil. Melihat betapa kau bersemangatnya memeluk batang pohon Oak itu.”

“Issh ! KAU ? Chinja !!”

“Mwo ? Kenapa ? Mau marah ?” Chanyeol menahan tawanya, melihat wajah Areum yang benar-benar lucu.

“Ah~ Sudahlah. Tak ada enaknya bertengkar denganmu terus.” Ucap Areum akhirnya, dan ikut duduk disamping Chanyeol. Sejenak melupakan hal yang tak henti ia pikirkan sejak beberapa hari yang lalu.

“Jangan kau pikirkan.” Ujar Chanyeol akhirnya.

Dan seketika. Tubuh Areum menegang. Gadis itu mendadak sulit sekali untuk bernafas.

“Aku hanya bercanda.” Lanjut Chanyeol. Tanpa menoleh sedikitpun kearah Areum yang tak bergerak.

“Hah! Seharusnya aku memang bertemu dengan gadis itu, bukan malah mengganggumu.”

Dan. Hell ! Entah mengapa kalimat itu justru malah semakin membuat Areum mematung. Diam. Bagaikan es.

*************************

“Hey ! Jangan bergerak.”

Mina mepoutkan bibirnya kesal. Sudah hampir setengah jam ia diam berdiri diantara ilalang yang tingginya hampir sepinggang. Kalau saja bukan Kyungsoo yang memaksa, ia pasti menolaknya mentah-mentah. Tapi melihat bagaimana namja itu berusaha membantunya, ia tak bisa menolak.

“Nah~ selesai…” Teriak Kyungsoo, lalu tersenyum melihat hasil kerjanya.

Mina berjalan cepat kearah Kyungsoo. Ingin melihat sketsa dirinya yang Kyungsoo lukis.

“Eitss~ Tidak bisa. Kau mau apa ?”

Mina merengut. Bagaimana sih ? Tadikan namja itu yang memaksanya untuk dijadikan model lukisnya, tapi kenapa ia ingin melihat hasilnya malah dilarang.

Melihat perubahan wajah Mina yang merengut, Kyungsoo hanya mampu tersenyum. Ia lalu duduk disamping gadis itu dan menyodorkan buku sketsanya.

“Ini, lihatlah..”

Kedua mata Mina melirik Kyungsoo sejenak, lalu beralih dengan cepat kearah kertas lukis yang namja itu sodorkan kearahnya.

Apakah itu dirinya ? Cantik.

Sebelah tangan Mina bergerak, terulur. Mengelus permukaan kertas sketsa itu pelan.

“Cantik bukan ?” Kyungsoo berucap pelan.

Mina mengangguk pelan.

“Apa kau ingin tahu, apa yang membuatku datang ketempat ini dan mengapa bisa sampai melihatmu ?” Tanya Kyungsoo.

Kepala Mina bergerak, dan mengangguk cepat ingin tahu.

Kyungsoo menarik nafas panjang, lalu beranjak dari posisinya. Ia kemudian berdiri di hadapan Mina yang menatapnya bingung, diulurkannya lengan.

“Kajja, aku akan menunjukannya secara langsung.” Ujar Kyungsoo.

Mina menatap uluran tangan itu, kemudian menggapainya dan jemari mereka pun berataut.

Sejenak, Mina terdiam. Menatap jemarinya yang serasa benar di genggaman Kyungsoo. Namun dengan cep

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet