Chapter 1

Dissapeared
Please Subscribe to read the full chapter

***********

Dua tahun.

Dua tahun bukanlah waktu yang sebentar. Bukan pula waktu yang singkat untuk melupakan seseorang.

Seseorang yang sangat berarti untukmu. Seseorang yang menyumbangkan kenangan terbesar dan paling berarti dalam hidupmu.

Melepaskan, adalah hal yang paling sulit. Mengatakan selamat tinggal, adalah hal yang paling menyakitkan. Walaupun banyak orang berkata jika seseorang bertemu, suatu saat mereka akan dipisahkan. Entah itu dengan sebuah perpisahan atau kematian.

Tapi saat perpisahan itu benar-benar terjadi. Saat perpisahan itu benar-benar ia rasakan. Ia tak lagi mampu melakukan apapun. Sebagian jiwanya rapuh. Terlalu lemah untuk bangkit. Atau lebih tepatnya. Ia terlalu takut untuk bangkit. Lebih memilih menjadi seseorang yang tak terlihat dan dianggap menghilang.

********************

Suara teriakan anak-anak kecil yang bermain dipadang rumput itu, mengalihkan perhatiannya. Sebuah sketsa gambar yang sejak tadi ia genggam, ia lepaskan sejenak. Membenarkan posisi duduknya dan memilih memperhatikan anak-anak yang asik bermain bola.

Kedua mata hitam besarnya mengerjap pelan. Bibirnya terangkat, menciptakan seulas senyum tipis yang membuatnya benar-benar terlihat tampan.

“YA !”

Lelaki itu terlonjak. Mengelus dadanya, kemudian menoleh kearah asal suara.

“Ya Tuhan, Areum~aa. Kau mau membuatku mati muda, eoh ?”

Areum – Gadis yang berteriak barusan hanya tersenyum girang. Ia lalu melemparkan tasnya asal ke samping namja itu dan ikut duduk bersila disampingnya.

“Apa yang kau lakukan disini ?”

DO Kyungsoo – namja itu tersenyum kecil. Kemudian mengisyaratkan matanya kearah sketsa lukisnya.

Areum yang mengerti langsung menarik buku sktesa Kyungsoo dan memperhatikan apa yang namja itu gambar.

“Padang ilalang lagi.” Desisnya kecewa.

Kyungsoo tertawa lebar, lalu mengusak rambut Areum yang mengerucutkan bibirnya kecewa.

“Memang kau mau aku menggambar apa ?”

Areum meletakan telunjuk pada ujung bibirnya. Berpikir. Kemudian menjetikan jarinya dan menoleh cepat kearah Kyungsoo.

“Seorang gadis. Aku ingin melihat kau melukis seorang gadis.”

Kening Kyungsoo mengerut samar. Namja itu menoyor dahi Areum.

“Mimpi.” Ujarnya sambil menarik buku sktesanya dari tangan Areum dan beranjak dari posisinya.

“YA ! Kenapa mimpi ? Bukankah itu wajar ?” Kata Areum tak mau disalahkan.

Kyungsoo tersenyum tipis. Ia lalu berjalan meninggalkan areum. Tak perduli dengan gadis itu. Ah, ani. Adiknya itu yang terus berceloteh hal yang aneh. Hal yang jelas-jelas tak bisa ia lakukan.

Sejak masuk sekolah Seni. Tak pernah sekalipun Kyungsoo menggambar sketsa wajah seorang gadis. Ia hanya menggambar tentang alam atau sktesa abstrak.

Semua itu ia lakukan. Karena dimatanya, tak pernah ada hal yang menarik selain alam. Tak ada yang bisa menandingi keindahan alam. Entah itu wanita secantik apapun.

Itulah sebabnya. Belum pernah, Ah. Lebih tepatnya tak ada gadis yang berani mendekatinya. Bukan karena takut dengan Kyungsoo. Hanya takut sakit hati, karena namja itu terlalu dingin dan tak perduli dengan kata ‘Cinta’.

Pernah ada yang berani menyatakan cintanya pada Kyungsoo. Namun yang namja itu lakukan hanya menatap gadis itu sekilas, lalu berkata ‘Ma’af’. Dengan wajah dinginnya. Dan meninggalkan gadis itu begitu saja.

.

.

********

Cahaya matahari yang menembus kisi-kisi celah jendelanya itu membuatnya terjaga. Kedua matanya mengerjap pelan, kemudian membuka dengan sempurna. Dengan malas, ia beranjak dari tempat tidurnya, berjalan kearah jendela yang berada tepat di depan tempat tidurnya.

Disibaknya tirai yang menghalangi jendela itu, yang otomatis membuat cahaya mentari langsung menyentuh wajahnya. Sejenak, ia terdiam. Memejamkan matanya. Menikmati hangatnya cahaya mentari yang menerpa kulit wajahnya. Membiarkan angin musim panas memainkan helaian rambut pirangnya. Membiarkan telinganya dimanjakan oleh music alami, suara gesekan ilalang-ilalang liar yang tumbuh tinggi di depan rumahnya.

Tak lama, kedua mata itupun membuka. Ia, lalu menutup jendela dan menyibakan kembali tirainya. Dan ruangan itupun, kembali Gelap. Dingin. Dan tanpa suara.

***************

“Kau baru datang ?”

Sebuah suara membuat Kyungsoo harus mengangguk kecil. Sejenak teralihkan dari keasikannya menggambar sebuah sketsa baru. Menggambar sudah seperti sebagian hidupnya. dan mungkin akan selalu seperti itu.

“Padang ilalang lagi.” Ujar suara itu lagi.

Kyungsoo tersenyum kecil.

“Apa kau tak bosan dengan gambar ilalang. Sudah banyak model padang ilalang yang kau gambar. Apa kau tak bosan ?” Oceh suara itu lagi.

Kyungsoo menaruh penanya begitu saja. lalu menoleh kearah asal suara yang tengah duduk disampingnya.

“Belum. Karena aku belum merasa cukup. Lebih dari 3 hari ini aku terus bermimpi berada dipadang ilalang yang sangat indah, Chanyeol. Tapi aku belum menemukan tempat ilalang seperti itu dimana pun. “ Kyungsoo menjelaskan.

Chanyeol menatap sahabatnya itu heran sekaligus kagum. Kyungsoo selalu seperti ini. Tak pernah berhenti sebelum merasa semuanya cukup. Tak pernah berhenti sebelum usahanya maksimal. Dan hal itulah yang membuat Kyungsoo menjadi pembuat sketsa terbaik selama 2 semester ini. Hal yang membuat Chanyeol bangga sekaligus iri.

“Hem~ Padang ilalang yah ?”

Kyungsoo mengangguk. “ Apa kau tahu satu tempat dengan padang ilalang yang bagus ?”

Chanyeol berpikir sejanak. Ia lalu menggeleng tak tahu.

“Mian. Tapi aku tak pernah melihat padang ilalang di sekitar rumahku maupun ditempat yang pernah ku kunjungi.”

Kyungsoo menghembuskan nafas kecewa.

“Seandainya saja ada.” Gumamnya.

******************

Ruangan itu hening. Tanpa suara. Kecuali suara tetesan air dari keran di kamar mandi yang tak terutup rapat.

Gadis itu masih setia. Duduk diatas tempat tidur dengan wajah ditumpu di atas lututnya yang ia tekuk. Kedua matanya mengerjap pelan. Ekspresi wajahnya kosong. Hampa. Tanpa cahaya.

Sebelah tangannya bergerak. Mengelus tempat kosong disampingnya. Ia lalu meringis kecil dan tak terasa air matanya jatuh menetes begitu saja. lengannya masih ditempat yang sama. Tak berusaha bergerak untuk mengusap air matanya yang jatuh semakin banyak.

Sesekali. Ia menggigit bibirnya, berusaha menahan isak yang keluar.

Sesuatu. Sesuatu membuatnya merasa amat sakit. Dan jujur ia pun tak mengerti hal apa itu.

******************

Suasana kelas sore itu begitu lengang. Wajar memang, hampir seluruh penghuni sudah pulang kerumah masing-masing. Enggan berlama-lama menghabiskan waktu di kelas. Keculai namja itu. DO Kyungsoo. Namja itu masih asik dengan pena dan buku sketsanya. Sesekali mengerutkan dahinya, merasa ada yang salah dengan gambarnya.

“Issh~~~~! Kenapa selalu saja ada yang terasa kurang ?” Erangnya kesal.

Ia lalu menyimpan penanya kasar di atas buku sketsa itu begitu saja. memilih menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursinya dan sejenak memejamkan matanya. Mencoba rileks dan berimajinasi.

Sampai seseorang dengan langkah kakinya yang cepat dan menggema diruangan sepi itu membuat Kyungsoo harus membuka matanya secara paksa.

“Hah~ Hah ~…Kyungsoo~aa….!”

Kyungsoo tertawa kecil, mengelus punggung sahabatnya Chanyeol yang tengah mengatur nafasnya yang satu-satu.

“Kau kenapa eoh ? Dikejar hantu ?”

Chanyeol bukannya menjawab gurauan Kyungsoo. Namja itu malah menunjuk-nunjuk gambar sketsa Kyungsoo dan menunjuk kearah pintu keluar.

“Kau sebenarnya kenapa eoh ?” Heran Kyungsoo.

Chanyeol lalu menarik nafas panjang dan menghembuskannya.

“Aku tahu. Aku tahu, tempat dengan padang ilalang yang bagus.”

Seketika. Kedua mata Kyungsoo membulat tajam. Namja itu terlonjak dari tempat duduknya dan menatap Chanyeol penuh rasa bahagia.

“Kau serius ?” Ujarnya.

Chayeol mengangguk cepat. “ Tapi tempat itu jauh dari pemukiman.”

Kyungsoo tak perduli. Namja itu malah berbalik, buru-buru membereskan sketsa dan penanya kedalam tas dan menarik tangan Chanyeol.

“Aku tak perduli. Kajja.” Ujarnya bersemangat.

Chanyeol hanya menggelengkan kepalanya. “ Kau benar-benar luar biasa.” Komentarnya.

Sementara itu, Kyungsoo hanya tersenyum lebar. Ia bahagia. Ia hanya berharap, padang ilalang itu sama seperti mimpinya selama ini.

*****************

Dan. Yeah. tak salah. Tak salah Chanyeol mengajaknya ketempat itu. kesebuah pada ilalang yang jaunya 2 km dari pemukiman warga. Sebuah padang ilalang yang sama sekali tak terurus tapi begitu indah. Ilalang-ilalang liar yang tingginya hampir setengah badan itu berhasil membuat Kyungsoo terdiam. Namja itu membeku ditempatnya. Dengan matanya yang tak berkedip menatap pemadangan dihadapannya.

Tak salah. Tempat ini tak salah lagi. sama. Sama persisi seperti yang ada pada mimpinya.

“Ini….Ini benar-benar luar biasa Chanyeol.” Ucapnya kagum.

Chanyeol yang tak kalah terkagum pun hanya mengangguk. “ Ini kali pertama aku melihat tempat ini. Sangat cantik.”

Kyungsoo menoleh cepat. “ Lalu, kau tahu tempat ini dari siapa ?”

“Adikku.”

“Hah ? Bagaimana bisa ?”

Chanyeol tersenyum kecil.

“Adikku selalu bermain bola di sebuah padang rumput di seberang sana. “ Jelasnya sambil menujuk hamparan padang rumput yang tak jauh dari tempat itu.

“Perfect.” Kyungsoo tersenyum. “ Aku bahkan bisa melihat matahari dengan jelas dari sini.”

Chanyeol mengangguk setuju. “Kau benar.”

Dan ketika itulah. Secara tak sengaja, kedua mata Kyungsoo menangkap sesuatu yang lain. namja itu menajamkan kedua matanya. Dan saat ia bisa melihat objek itu dengan jelas. Mendadak ia hanya bisa diam. Tak mampu bersuara. Sesuatu. Sesuatu serasa menariknya. Membuatnya mendadak bisu.

“Kyungsoo~aa….Ya, kau baik-baik saja ?”

Kyungsoo diam. Masih dengan ekspresi wajah setengah tak percaya itu, Kyungsoo menoleh kearah Chanyeol.

“Bisakah kau tinggalkan aku sendiri disini ?”

Chanyeol menaikkan alisnya bingung. “ Kau serius ?”

Kyungsoo mengangguk.

“Kau yakin tahu jalan pulang ?”

Lagi. kyungsoo mengangguk.

“Baiklah. Kalau ada apa-apa, hubungi aku. Arraseo.”

Dan lagi. kyungsoo hanya mengangguk.

“Kalau begitu aku pulang. hati-hati disini.”

Dan setelah itu. Chanyeol pun beranjak dari sana. Meninggalkan Kyungsoo yang kembali untuk melihat objek tadi. Namun sayang, sesuatu yang menarik perhatiannya telah menghilang. sosok itu tak ada lagi.

Dan itu mendadak membuat Kyungsoo merasa penasaran.

****************

Hanya sebuh lampu kecil berwarna kekuningan dan lampu tidur kecil di dekat nakas yang menjadi penerang ruangan itu. Tak ada lagi lampu lain. tak ada pula alat elektronik lainnya. Ruangan itu masih sama. Bahkan terasa semakin sepi. Tak ada suara siaran televisi, radio ataupun pemutar music. Hanya suara binatang-binatang malam yang saling bersahutan dari luar.

Gadis itu kini tak lagi berdiam di atas tempat tidurnya. Melainkan duduk di sebuah kursi yang berada tak jauh dari tempat tidurnya. Tubuhnya ia sandarkan pada sandaran kursi. Membiarkan kepalanya juga ikut bersandar. Sejenak, ia memejamkan matanya, lalu membukanya kembali.

Gadis itu menggerakan sebelah tangannya, menarik sebuah pas photo yang berada di samping tempat duduknya. Ditatapnya pas photo itu dengan lekat. Kedua matanya mengerjap pelan. Dan tak lama kembali berair. Lalu, dengan cepat di tutupnya kembali pas photo itu dan dilemparkannya dengan kasar kelantai. Membuat kacanya pecah berkeping.

Huks~

Ia menangis. Dan menangis lagi. lalu menutup telinganya dengan cepat dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Seperti ada suara yang mengganggunya. Gadis itu lalu beranjak cepat dari posisinya. Dengan cepat naik keatas tempat tidurnya dan duduk merapat di sudut tempat tidur sambil menutup telinganya kuat-kuat.

Dan tak berapa lama. Ia pun tertidur. Dengan posisi meringkuk sambil memeluk tubuhnya sendiri.

*********************

“Ayo mengaku !!!”

Areum menatap Chanyeol penuh selidik. Gadis itu lalu memincingkan matanya kesal.

“Demi Tuhan Areum. Aku tak tahu kakakmu dimana. Sejak dari tempat itu, ia tak lagi menghubungiku.” Papar Chanyeol.

Kening Areum mengerut. “ Tempat itu ? Apa ? Dimana ?” Tanya bertubi-tubi.

“Padang ilalang di dekat rumahku.”

Areum menghembuskan nafasya berat. “ Ya Tuhan. Namja itu. sampai kapan ia akan terus seperti ini ? Aissh~~~!!!”

Chanyeol yang melihat eskpresi Areum terkekeh geli. “ Kalian sama saja.”

Kedua mata Areum berkilat cepat. “ Mwo ? Sama apaanya ?” Katanya tak terima.

Chanyeol mengusak rambut adik sahabatnya itu gemas.

“Sama-sama aneh. Yang satu terobsesi denga padang ilalang dan yang satu lagi terobsesi ingin mengubah kakaknya untuk melirik yeoja padahal dirinya sendiri tak pernah peka dengan sekelilingnya.” Ucapnya.

Areum menatap Chanyeol tajam.

“Maksudmu dengan yang satunya lagi, itu Aku ?”

“Heum. Tepat sekali.”

Areum mencuatkan bibirnya kesal. “ Aku tak seperti itu. “ Ujarnya membela diri.

“Ya. Ya. Sudahalah. Kau mau menemui kakakmu tidak ? Aku yakin ia masih dipadang Ilalang itu.”

Areum mengangguk cepat. “ Aku yakin kulitnya pasti sudah merah-merah dicium nyamuk. Dasar DO Kyungsoo bodoh !”

Chanyeol hanya tertawa kecil. Mendengarkan Areum yang tak henti mengoceh tentang oppanya itu.

********************

Cahaya mentari pagi menerpa wajahnya. Membuat kedua mata Kyungsoo yang terpejam terpaksan harus membuka. Namja itu mengucek kedua matanya cepat dan mencoba menyesuaikan matanya dengan cahaya mentari pagi.

“Hoam~”

Direnggangkannya kedua tangannya. Membiarkan tubuhnya diterpa angin dan wajahnya tersinari cahaya mentari. Ditariknya nafas dalam dan di hembuskannya pelan.

“Ah~ Segarnya. “ Gumamnya sambil kembali menarik nafas dalam.

Dan Yeah. Saat itulah. Saat kedua matanya kembali di perlihatkan pada sosok yang sama. Sosok yang membuatnya memilih utuk tidur di tempat itu. sosok misterius yang menarik perhatiannya. Sosok yang indah. Secantik ilalang-ilalang disekelilingnya.

Tanpa sadar, kakinya bergerak. Maju kedepan. melangkah dengan pelan. Hingga ia bertemu dengan sebuah pohon maple, yang membuatnya bisa melihat sosok itu lebih jelas.

Akhirnya Kyungsoo memilih berdiri disana. dibalik pohon maple itu. membiarkan matanya terfoksu pada sosok dihadapannya. seseorang yang tengah memejamkan matanya, membiarkan cahaya mentari menerpa wajah pucatnya. Membiarkan sepoi angin memainkan rambut piranganya yang tergerai panjang.

Sampai sosok itu membuka matanya dengan cepat dan anehnya langsung menutup jendela rumahnya lagi. Dan hal itu membuat Kyungsoo kembali kehilangan sosok misterius itu lagi.

Aneh. Ya, itulah yang ada di pikiran Kyungsoo.

Kenapa gadis itu harus membuka jendela dan membiarkan cahaya mentari menerpa wajahnya, Jika pada akhirnya ia menutup jendela itu ?

Padahal, Kyungsoo yakin sosok itu menikmati momen, saat mentari menghangatkan wajahnya.

Ada sesuatu. Yah, Kyungsoo yakin. Ada sesuatu dalam diri sosok gadis itu yang tak Kyungsoo tangkap.

Dan yang paling Kyungsoo heran. Ia tak menemukan seulas senyuman pun dari sosok gadis itu.

.

.

Jari jemarinya bergerak lihai. Penanya bergerak seiring dengan tangannya bergerak. Menciptakan berjuta goresan yang menyatu menjadi sebuah sketsa cantik yang berbeda dari yang biasanya.

Sampai tangan itu berhenti bergerak, dan pena itu pun otomatis berhenti menggores. Kedua mata Kyungsoo berpedar. Namja itu tersenyum kecil.

Ini….Luar Biasa.

***********************

Hari itu. berbeda dari biasanya. Ia memberanikan diri membuka lemari bajunya, meraih sebuah jaket berwarna peach dan mengenakannya.

Ia kemudian beranjak, melangkahkan kakinya menuju pintu keluar. Sejenak, matanya menatap knop pintu didepannya nanar. Kemudian dengan pelan di raihnnya pegangan pintu itu dan di bukannya. Suara derit engsel pintu terdengar begitu nyaring. Wajar memang, engsel itu sudah berkarat, kekurangan pelumasnya.

Dan. Ia terdiam. Berdiri diambang pintu. Membiarkan matanya dimanjakan panorama indah alam dihadapannya. membiarkan rambutnya bergerak di belai angin. Membiarkan tubuhnya hangat tersinari cahaya mentari.

Ia. Gadis itu. Dengan segala kekuatannya memberanikan diri untuk melangkah kedepan. berjalan membelah hamparan padang ilalang yang tinggi. Sebelah tangannya ia biarkan terangkat sedikit disamping tubuhnya. Membiarkannya bersentuhan dengan ilalang-ilalang liar itu. membuat serbuknya berterbangan tertiup angin.

Mina. Gadis itu memejamkan matanya. Menikmatinya hal itu. Membiarkan dirinya tenang hanya untuk hari itu.

“Permisi.”

Sampai sebuah suara menyadarkannya. Membuatnya terpaksa membuka matanya. Hingga ia menoleh dan bertemu pandang dengan sepasang mata bulat hitam di hadapannya.

“Apa kau yang punya rumah di ujung padang itu ?”

Kembali. Seseorang yang memiliki mata bulat itu berujar. Membuat Jiyeon semakin tersadar.

“Apa kau bisa mendengarku ?”

Dan saat itulah Mina sadar. Jika sipemilik mata bulat itu bukan imajinasinya. Jika sipemilik suara yang berbicara padanya itu bukanlah khayalannya. Maka dengan cepat Mina berbalik, berusaha menghindari sosok itu.

“Hey, Kau mau kemana ?”

Mina tak perduli dengan teriakan itu, Ia berjalan dengan cepat, beberapa kali hampir terjatuh. Namun ia tak perduli. Hanya terus berlari dan segera masuk kembali kerumahnya. Ketempatnya yang aman. Aman dari orang-orang asing yang mungkin akan menorehkan kenangan buruk lagi dalam hidupnya.

Yah, Ia hanya takut.

***********************************

Kyungsoo menendang bebatuan di depannya dengan kesal.

“Apa wajahku menakutkan ?” Rutuknya kesal.

Ia benar-benar tak tahu kenapa gadis itu malah berlari menjauhinya. Padahal ia mencoba

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet