Married Life

The Wrong Room

Berusaha menjadi istri yang baik, Hayoung bangun lebih pagi dari biasanya. Menyiapkan sarapan, berbekal dari resep di internet. Menyiapkan bekal makan siang untuk Dongwoon setelah minggu kedua pernikahan mereka, saat Hayoung sudah seikit percaya diri dengan masakannya. Awalnya Dongwoon menatap aneh saat Hayoung meyodorkan kotak bekal makan untuk yang pertama kalinya. Hayoung pesimis Dongwoon akan memakannya. Tapi ternyata Dongwoon memakan habis bekalnya. Dengan kurangi sedikit garamnya, terlalu asin, ketika Dongwoon memberikan kotak bekal makannya kepada Hayoung yang menunggunya hari itu, cemas dengan kabar bekal makanannya.

Walaupun mereka menikah karena dijodohkan, Hayoung tetap berusaha sebaik yang ia bisa untuk menjadi istri yang baik. Karena ia sudah berjanji kepada Ommanya, dan Hayoung tidak suka dengan orang yang ingkar janji. Dan untungnya Dongwoon tidak seburuk yang ia sangka. Walaupun Hayoung masih belajar memasak, ditengah kesibukannya sebagai mahasiswa tahun akhir, Dongwoon akan tetap memakan masakannya, seburuk apapun hasilnya.

Tapi hari ini Hayoung kesiangan, semalam ia tidur terlalu malam karena mengerjakan tugas yang harus dikumpul hari ini. Hayoung langsung berlari ke arah dapur, membuat pancake secepat yang ia bisa.

“Aku berangkat.”

“Tapi aku belum selesai membuat sarapan, Oppa. Aku bangun kesiangan hari ini. Mian..”

“Tidak apa. Aku bisa sarapan di kantor.” Dongwoon menepuk pelan puncak kepala Hayoung dan beranjak pergi.

“Aaahhh! Gosooonngg!!!” teriak Hayoung begitu menyadari bau gosong dari pancake yang sedang dimasaknya. Dongwoon yang berada di ambang pintu hanya tertawa ringan mendengar teriakan panic Hayoung.

Ah, bekal. Aku bisa membuat bekal makan siang dan mengantarkannya nanti sekalian pergi ke kampus.

Hayoung sudah berada di kantor Dongwoon, untuk mengantarkan bekal makan siang. Setelah bertanya ke meja resepsionis, Hayoung berjalan menuju kafe yang terletak di lantai dasar. Hayoung berjalan pelan sambil mencari dimana Dongwoon. Langkahnya terhenti saat melihat Dongwoon tidak sendirian, tapi ditemani seorang perempuan yang tampak seumuran dengannya. Mereka tertawa lepas. Baru kali ini aku melihat Dongwoon Oppa tertawa. Entah kenapa Hayoung merasa sedih.

“Kapan Oppa akan pergi ke London bersamaku? Jangan ingkari janjimu, Oppa.”

Hayoung tercekat mendengar untaian kalimat dari cewek itu. Pasti dia pacar Dongwoon Oppa, ah, harusnya aku tau kalau dia sudah mempunyai pacar. Pabo Hayoung.

“Aku sibuk, chagi. Kita pasti akan kesana, aku janji.”

Chagi? Ha ha ha bahkan dia sangat jarang untuk sekedar menyebut namaku. Nafas Hayoung memburu. Dadanya terasa sesak. Tapi dia tidak bisa melangkahkan kakinya sedikitpun.

“Oppa tidak selingkuh kan? Awas saja kalau Oppa berani selingkuh!”

“Heeey, aku tidak akan pernah selingkuh.”

Jadi selama ini aku apa? Aku hanya seseorang yang membuatkan makanan dan membersihkan apartemennya? Hayoung berusaha sekuat yang ia bisa untuk menahan air matanya.

“Aku mencintaimu Oppa.” Akhirnya Hayoung bisa menggerakkan kakinya dari kafe yang ia tidak akan pernah datangi lagi seumur hidupnya. Dan ia bisa mendengar jawaban Aku juga mencintaimu dari Dongwoon. Hayoung bernafas secepat yang ia bisa, kali ini ia sudah berjalan menuju halte terdekat, pergi sejauh-jauhnya dari kantor Dongwoon, air mata sudah tidak lagi bisa ditahannya.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet