autumn.

autumn, rain, chance☂
I
// AUTUMN - HONG JISOO.
Smo8vxfxWdbsthvkYsrpracw
Hong Jisoo ; kim Jiho ; JEON WONWOO
SEVENTEEN ; OHMYGIRL ; SEVENTEEN
highschool!au (+774w)
142802929838537370divider.png
"Apa kabar, Hong!"
Dibandingkan mengucapkan kalimat tanya, pertanyaan tersebut justru terdengar seperti sebuah seruan di telinganya. Jisoo pun berhenti melangkah, menoleh untuk mendapatkan sosok Jeonghan itu sudah mengayunkan lengan pada bahunya. "Hei," jawabnya—senyum di wajahnya itu masih belum hilang, omong-omong. Seungcheol meninju lengan dari sisi kiri, diikuti dengan cengiran ekstra lebar di wajahnya. Sementara Jeonghan di sisi yang lain juga memberikan ekspresi yang tak jauh berbeda darinya.
"Nampaknya ada yang sedang berbahagia, hm?"
Pemuda Hong itu pun mengangkat bahunya, tak mengerti apa yang dimaksudkan oleh kedua sahabatnya. "Siapa?" pertanyaan polosnya itu justru menuai gelak tawa Seungcheol. "Seriously—katanya Hyejin, kau sekarang mengantar adik kelas pulang...?" sambung Jeonghan, alisnya berkerut sejenak. Jisoo yang baru menangkap maksud dari pembicaraan kedua kawannya itu menganggukkan kepalanya, "Ah, Jiho, maksud kalian. Iya, toh arah rumah kita searah," ia pun menjawab santai.
"Hanya itu?" ucap Seungcheol. "Hanya itu?" Jeonghan mengulangi, diiringi tawa.
"Mengantarkan pulang setiap hari dan hanya itu?" Seungcheol kembali bertanya.
Lantas pemuda Hong ini menatap bingung pada kedua pemuda lain, alisnya terangkat sebelah. "Ya, hanya itu. Memangnya kenapa?" tanyanya. Seungcheol pun menepuk pundak pemuda itu pelan, sementara Jeonghan menggelengkan kepalanya gemas. Terkadang, sekalipun Jisoo berada dalam list lima besar peraih nilai terbaik di sekolah, bukan berarti ia memahami semua hal—sebagaimana seharusnya.
"Hong Jisoo, Hong Jisoo, cepatlah sadar."
Sadar?
Ia sudah sadar sepenuhnya—menurut pemuda itu sendiri, tentunya.
***
"Jisoo-ya,"
"Hmm?"
"Apa aku kurang baik..?"
"Tidak," —kau sempurna.
Kemudian menoleh untuk menatap Hyejin—sahabatnya semenjak masih belia itu, yang kini menyandarkan kepalanya pada pundak Jisoo. Wangi rambut gadis itu masih tetap sama, wangi stoberi seperti yang sebelum-sebelumnya; jujur, ini membuatnya seolah ingin menyentuh surai coklat-kehitaman tersebut. Namun Jisoo berulang kali menghentikan dirinya berlaku demikian, ia tidak berhak—sekalipun Hyejin adalah orang terdekat dengannya.
"Aku benci Seungcheol," bisik gadis itu.
Helaan napas panjang kembali dikeluarkannya. Pemuda Hong ini ditempatkan pada posisi tersulit dalam hidupnya, memang. Hyejin yang adalah sahabatnya, begitupula dengan Seungcheol. Ia tak bisa memihak salah satu dari mereka, ia tak mau persahabatan itu jadi hancur. Tapi mendengarkan gadis ini terisak karena permasalahan yang dihadapi dalam hubungannya dengan pemuda Choi itu membuatnya mengepalkan tangan.
Karena seandainya ia yang berada pada posisi pemuda itu, ia takkan pernah membuat Hyejin menangis.
(Sesungguhnya, Jisoo menyukai gadis itu—sudah sejak dulu. But he's a coward afterall, mementingkan hubungan persahabatan yang mereka jalin sejak usia belia sampai pada tahap tak ingin menghancurkan semuanya itu. Ia hanya tak ingin kehilangan Hyejin, sekalipun itu harus menyiksa dirinya sendiri seperti sekarang ini. Hong Jisoo tak pernah keberatan.)
"Tenanglah, semuanya pasti akan baik-baik saja. Oke?"
***
Cuaca musim gugur seperti ini sering kali membuatnya mengantuk.
Petikan gitar pemuda ini pun melambat, hendak mengakhiri permainan kecilnya setelah sesaat menyadari bahwa self-study mereka akan segera dimulai. "Ehem," dehaman yang di buat-buat itu seolah mengalihkan perhatiannya. Gadis Kim yang sering kali diantarkannya pulang itu berjalan mendekat, menempati bangku kosong yang berada di sebelahnya. "Oppa pintar main gitar ya, ternyata." ucap gadis itu.
"Apakah itu ucapan halo versi terbarumu, Jiho-ya?"
Jiho pun mencibir seraya memutarkan bola matanya.
Tanganya bersendekap di depan dada. Pemuda Hong itu pun kembali tertawa, sebelum akhirnya angkat berbicara. "Apa gunanya bergabung dalam klub musik jika tak bisa bermain instrumen apapun," Tawanya mengudara sesaat setelahnya, diikuti dengusan dari anak perempuan itu. "Pantas saja oppa terkenal di antara teman-temanku," gumamnya. Dan Jisoo mendengar kalimat itu—hanya saja ia bertingkah seolah tak mengerti.
"Apakah main gitar itu sulit? Alat instrumen lain... piano atau drum atau lainnya? Oppa main lagu apa tadi? Oppa bisa bernyanyi juga? "
"Ya, Kim Jiho," Ia pun tertawa mendengar adik kelasnya itu mengucapkan sederet pertanyaan sekaligus.
Merasa seolah dirinya diinterogasi. "Aku hanya bisa bermain gitar, dan ini tidak sulit kok. Kau mau coba?" tanyanya. Abaikan mengenai pertanyaan lanjutan—lagu yang ia mainkan itu; lagu kesukaan Hyejin (Sial, sampai kapan ia mau seperti ini.) Dan lagipula, suaranya tak sebaik Jeonghan dalam hal bernyanyi. Gitarnya pun disodorkan pada anak perempuan itu, membuat yang bersangkutan mengerutkan kening. "Aku nggak bisa main," jawabnya.
"Mudah kok, akan kuajarkan kalau kau mau."
"Sungguh?!" Nada ceria gadis itu kembali muncul, begitu menerima gitar milik Jisoo dalam pangkuannya dan menyematkan jemarinya diatar senar alat musik petik itu. "Jadi begini—" Hendak memulai instruksinya Jisoo pun mendekatkan diri pada gadis Kim itu, tangannya menyentuh jemari gadis itu untuk menunjukkannya kunci nada bermain awal yang paling mudah—kunci C.
Sejenak, mencoba mengabaikan sengatan listrik yang terjadi ketika jemarinya bersentuhan dengan jemari gadis itu. Sejenak, mencoba mengabaikan jantungnya yang terasa jumpalitan dan ingin melompat keluar dari rongga dadanya. Sejenak, ia merasa dirinya tidak waras. Apalagi karena samar-samar, Jisoo dapat mencium wangi stoberi yang sama dari surai hitam legam gadis itu. Sigap, ia pun menarik badannya untuk sedikit lebih menjauh.
Kau tidak boleh begini, Hong Jisoo!
(Ya. Ia tak boleh menjadikan gadis itu sebagai pengganti Hyejin untuknya, yang kini telah menjadi milik orang lain. Tapi mengapa ada rasa jumpalitan yang sama seperti ketika kali pertama ia menyadari perasaannya pada Hyejin? Ini aneh.)
***
Dan Jisoo sadar pertanyaan "Hanya itu?" yang dimaksudkan oleh kedua sahabatnya itu sekarang.
Terkadang, terlalu terbiasa bersama seseorang bisa membuatmu jadi menyukainya—ia suka Jiho. Ia menyukai cara gadis itu tersenyum di dekatnya, ia menyukai cara gadis itu membuatnya tertawa akan hal-hal unik dan tak biasa yang ia lakukan. Ia menyukai bagaimana  gadis itu berdiri di sebelahnya, dan menyukai segala yang dilakukan olehnya. Jiho terlihat berbeda dengan Hyejin—seratus persen berbeda, gadis itu sangat ceria sekalipun di saat tertentu, terlihat dingin.
"Jiho-ya," panggilnya.
Gadis itu menoleh, seolah sudah menantikan kedatangan Jisoo. "Oppa-ya! Kukira oppa masih ada kegiatan, ponselku mati terus aku lupa nomormu jadi aku..." Tangan pemuda itu terjulur untuk menepuk puncak kepala gadis Kim, mengusapnya pelan untuk menenangkannya sesaat. "Tenang, aku kan sudah janji mengantarkanmu pulang dulu," jawab pemuda itu.
Cengiran gadis itu membuatnya seolah terlepas dari beban pikiran untuk beberapa saat. Hubungan mereka memang baik, ia masih ingin seperti ini—tanpa perlu mengutarakan perasaannya itu pada sang gadis. Ia masih ingin mengantarkannya pulang, ia tak ingin ada yang berubah sedikitpun. Setidaknya, Hong Jisoo merasa keadaan yang sekarang sudah lebih dari cukup untuknya. Ia bahagia, dengan begini.
"Mau pergi ke cafe dekat sini dulu?" Ajakan pertamanya, setelah sekian lama—setiap hari mengantarkan pulang.
Ah, Jeonghan pasti akan menertawakan wajahnya yang menghangat ini sekarang.
.
.
.
.
Musim gugur tahun ini, Hong Jisoo—delapan belas tahun,
ia tak mau berbohong akan perasaannya sendiri.
 
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
agapanthus
#1
Sigh finally :') Susah nyari fic yang salah satu karakternya Wonwoo tapi straight dan gak oc ;; Once I found it, I'm glad the girl is Jiho! Karena pernah berpikiran kalo WonwooxJiho kayaknya lucu hehehe.
By the way, I really enjoyed reading this ; u ; Walaupun ada beberapa typo (ya?) hehehe overall aku suka ini ; u ; Setiap karakternya, huhuhu, dimana bisa nemuin senior kayak Jisoo atau temen kayak Wonwoo ;; Plotnya juga yang anak sma banget (walaupun kayaknya di sekolahku gak kayak gitu sih teehee). Also alternate endingnya huhuhuhu I thought I don't get otp that I want :")
I hope you can write more Wonwoo fics in the future!
lakeofwisdom
#2
Chapter 5: Aah padahal akhirannya Wonwoo sama Jihonya lucu :(
Andin0797
#3
Chapter 5: Kirain wonu jiho. Tapi gapapa deh wonu sama aku ajaaaaa. Lain kali wonu sama yerin gfriend aja yah xD *dijitak* manis bgt sih ficnya. Jadi ngena. Wonu pabo ga bsa ngungkapin isi hatinya. Keduluan josh kan :') love this fic!
Andin0797
#4
Chapter 4: Ough greget jiho sama siapa >< jiho innocent bgt sih~ hayoloh jiho pilih wonu atau kaka josh xD
Andin0797
#5
Chapter 3: Petuah biai apa?? Aduh ini dapet feelnya >< jd ini toh alasan knp wonu benci hujan hahaha
Andin0797
#6
Chapter 2: Cuteeee >< lanjut dong lanjut~~