Five
New PlaceHowon adalah yang paling pertama bereaksi. Dia menggeleng berulang kali dan walaupun wajahnya tampak tidak percaya, nada suaranya terdengar sedikit ragu dan bergetar.
“Itu... itu tidak berarti apa-apa! Bisa saja Soojung hanya kebetulan sedang bekerja saat hari-hari tersebut. Lagipula apa hubungannya jadwal bekerja di laboratorium dengan kematian tiga orang itu?”
“Tidak ada, sebenarnya.” Sunggyu berkata, wajahnya masih terlihat serius. “Tidak ada hubungannya andai Dongwoo tidak mati dengan Tetrodotoxin, Jisoo dengan potasium, dan Sujeong...” Sunggyu terdiam, memandangi ketiga orang dihadapannya seolah tidak yakin dengan apa yang akan dikatakannya selanjutnya.
“Dan Sujeong?”
“Sujeong ...di dalam darah Sujeong ditemukan sedikit racun Aconitum. Racun ini akan mengganggu jantungmu dan membuatmu lemas juga susah bergerak. Itu sebabnya Sujeong tidak dapat melawan saat siapapun itu menusuk jantungnya.” Sunggyu menghela nafas, melanjutkan dengan suara lebih pelan. “Itu juga informasi yang aku berikan pada Dongwoo, informasi yang mungkin saja membuatnya meninggal dunia.”
“Hanya itu? Dia membunuh Dongwoo hanya karena itu?”
“Aku tidak begitu yakin, tapi aku percaya itu sedikit banyak mempengaruhi kematiannya.”
“Dan apa yang harus kita lakukan pada Soojung?”
“Masih belum ada bukti kalau Soojung yang melakukannya.” Hoya menggeleng. Jinri heran, apa mereka sangat dekat?
“Bagaimana denganmu, Myungeun? Kamu percaya?”
Myungeun melirik Howon sekilas, lalu berpaling kepada Jinri. “Tidak. Aku sudah mengenalnya selama dua tahun, -Hoya mengenalnya selama lebih dari tiga tahun, dan Soojung yang kami kenal tidak mungkin melakukan itu.”
“Kalian mungkin lupa, tapi aku sudah mengenalnya jauh lebih lama.” Sunggyu menghela nafas, “dan walaupun aku juga tidak percaya. Aku akan tetap menyerahkan ini pada Yunho.”
Jinri mengangguk, melihat ketiga orang yang tampak tegang, mungkin mereka butuh hiburan? “Mau taruhan dua puluh ribu won jika benar-benar Soojung pelakunya?”
Tidak ada yang membalas gurauan Jinri.
*****
“Tampaknya aku akan mendapat dua ribu won hari ini.” Jinri menyeringai, memandangi kantor polisi yang penuh dengan petugas berbaju biru malam, lalu berjalan menuju bagian resepsionis di mana Yunho dan Sunggyu sedang berbicara.
“Ayo ke sana.” Jinri menarik tangan Howon dan Myungeun yang hanya berjalan lemas sambil menundukan kepala keduanya.
Dua hari setelah pertemuan ‘darurat’ mereka di kamar Sunggyu, Jinri menerima telepon dari Yunho yang memintanya segera ke kantor polisi. Sunggyu langsung pergi ke sana dari rumah sakitnya, sementara setelah mencari beberapa saat, Jinri berhasil menemukan Myungeun dan Howon (mereka terlihat lebih sering bersama setelah dua hari lalu, mungkin Jinri bisa menjadi cupid yang hebat) keduanya terlihat langsung bisa mengerti apa yang terjadi, karena itu tidak ada satupun yang menolak ketika Jinri menyeret mereka berdua ke kantor polisi.
“Ceritakan padaku apa yang terjadi.” Jinri duduk di sebelah Sunggyu, menatap Yunho yang berwajah serius.
“Lee Soojung mengaku pernah mengambil beberapa botol obat berbahaya dari lab rumah sakit. Tapi dia tidak bicara apapun setelah itu. Dan kita harus mencari tau apa alasannya membunuh Ryu Sujeong.” Yunho menghela nafas panjang.
“Apa kami bisa mengunjunginya?”
“Tidak, dia baru saja memasuki sesi introgasi kedua. Kalian bisa datang nanti sore.” Yunho menjawab, lalu menambahkan setelah teringat sesuatu; “Tapi tadi siang ada dua orang yang menemui Soojung. Aku yakin salah satunya adalah gadis yang bersama Soojung saat kematian Sujeong, sementara satunya adalah si pria yang saat kematian Sujeong sedang bersama seorang gadis lainnya di dapur.”
“Yoo Jiae dan Lee Sungyeol, apa mereka dekat?” Jinri bertanya pada Sunggyu.
“Lumayan, mereka berasal dari jurusan yang sama.” Sunggyu mengangkat bahu. “Apa yang mereka bicarakan?”
“Tidak begitu menarik, aku dengar mereka hanya menceritakan tentang drama musikal adaptasi film yang akan mereka bintangi, apa judulnya? Emm... Old Boy? Dua orang itu lebih banyak tertawa, mungkin mereka mencoba menghibur nona Lee Soojung yang hanya tersenyum terpaksa sesekali.” Yunho menjelaskan. “Oh, dan mereka juga membawa satu porsi kimbab untuk Lee Soojung.”
“Kimbab? Kamu yakin itu aman?”
“Aman, tentu saja. Nona Lee sudah memakan kimbab nya satu jam lalu dan dia masih hidup.”
“Oh, dan sekarang kamu mencurigai Jiae dan Sungyeol?” Howon berkata untuk pertama kalinya, matanya melihat Jinri sinis.
“Aku mencurigai semua orang.” Jinri mengangkat bahu.
“Sudahlah.” Sunggyu menggeleng, wajahnya terlihat lelah. “Sekarang bagaimana?”
“Tidak ada yang bisa dilakukan sampai Lee Soojung membuka mulutnya.”
*****
“Aku harap Myungeun berhasil membujuk Soojung untuk bicara.” Sunggyu membuka pintu kamarnya, membiarkan Howon dan Jinri masuk ke dalam, lalu menutup dan menguncinya.
Mereka memutuskan untuk pulang setelah menunggu selama hampir setengah jam dan Soojung masih belum juga bicara. Walau Myungeun menolak untuk ikut pulang dan bersikeras menunggu Soojung untuk bicara padanya. Jinri tidak tau Myungeun yang pendiam bisa jadi sekeras kepala itu.
“Aku benar-benar tidak mengerti. Bagaimana mungkin Soojung yang melakukan semua ini?”
“Mungkin karena dendam? Banyak cerita mengenai pembunuhan karena dendam, kau tau?” Jinri mengangkat bahu, menghempaskan dirinya ke tempat tidur Sunggyu. Kamar Sunggyu seluruhnya di beri warna putih, dengan tempat tidur dan perabotan yang hampir seluruhnya putih. Warna putih selalu berhasil menenangkan Jinri, tapi menjaganya untuk tetap bersih mengesalkan Jinri. Bagaimana bisa Sunggyu memastikan kamarnya selalu bersih?
“Oh, kau terlalu banyak menonton film.” Howon menggeleng, duduk di atas meja belajar Sunggyu, sementara si pemilik kamar memilih untuk duduk di atas lantai.
“Tapi sungguh, banyak film yang mengangkat cerita tentang alasan-alasan pembunuhan. Dendam, cinta, uh... dan keduanya. Oh! Dan bahkan drama yang akan di tampilkan Jiae dan Sungyeol itu–“ Jinri terdiam, matanya tampak menyadari sesuatu. “Apa benar-benar ada drama musikal bulan ini?”
Sunggyu menggeleng heran, sementara Howon yang tampaknya menyadari maksud Jinri langsung mengeluarkan telpon genggamnya untuk menghubungi seseorang.
“Halo Eunji!”
Howon menghubungi Eunji? Kalau bukan karena pikirannya sedang kacau sekarang, Jinri pasti akan langsung mendatangi gadis itu untuk mengejeknya saat ini juga.
“Tidak, tidak. Aku hanya ingin bertanya, apa ada drama adaptasi dari film yang akan kalian tampilkan sebentar lagi?” Howon mengangguk, “Old boy. Judulnya Old boy. Ya, apa ada?”
Dan saat wajah Howon berubah pucat begitu mematikan telepon genggamnya, Jinri tau dugaannya benar.
“Tidak ada drama adaptasi dari film yang akan di tampilkan bulan ini, atau bulan depan. Tidak ada drama yang berjudul Old Boy. Dan bahkan dua bulan ini mereka tidak akan menampilkan drama musikal apapun demi menyiapkan ujian semester.”
“Sial.” Jinri mengerang, Soojung dalam bahaya! “Howon, sege
Comments