Two

New Place

Sunggyu tampaknya tidak berniat untuk berlama-lama dengan kagetnya, karena begitu berhasil menyadarkan diri, pria itu langsung pergi ke kamarnya dan kembali lagi dengan sebuah sarung tangan.

“Semuanya keluar,”

Setelah semua penghuni keluar dari kamar Sungyeol sambil berusaha melewati tubuh berdarah Sujeong di lantai, Sunggyu langsung masuk dan memakai sarung tangannya. Dengan sedikit susah payah, Sunggyu membalikan tubuh Sujeong dengan hati-hati dan meneliti pisau yang tertusuk di bagian dada Sujeong. Dilihat dari bentuknya, Jinri yakin pisau itu adalah pisau dapur panjang yang biasa digunakan ibunya dulu untuk memotong daging keras karena ketajamannya.

Setelah tidak lama melihat-lihat tubuh Sujeong, Sunggyu keluar dan menutup pintunya; “berkumpul di ruang tengah.”

 

*****

 

Ruang tengah berada di lantai satu, dekat dengan kamar Sunggyu di sebelah kiri. Pada bagian dindingnya terdapat banyak lemari berisi buku dan sebuah kulkas kecil di dekat pintu. Sementara di tengah ada empat sofa besar yang di susun melingkari sebuah meja.

“Kita harus panggil polisi.” Dongwoo yang duduk di antara Howon dan Woohyun terlihat ketakutan, dan Jinri bisa mengerti kenapa.

“Tidak! Kamu tau Nyonya Yoo tidak akan mengijinkan hal itu.” Jiae menolak.

“Maksudku, ini pembunuhan Jiae.. kita-“

“Kamu tau betapa berangnya Nyonya Yoo begitu polisi memeriksa tempat ini setelah kasus Jisoo.” Jisoo? Jinri mengangkat alisnya, membuat pengingat untuk bertanya pada Mijoo tentang Jisoo. “Dalam bisnis asrama, kepercayaan itu yang nomor satu. Polisi akan mendatangkan banyak rumor dan rumor mendatangkan ribuan masalah.”

Jinri tidak yakin apakah Jiae bercita-cita ingin memiliki sebuah asrama di masa depan, ataukah dia takut kepada polisi. Tapi gadis ini terlihat sangat menolak datangnya polisi ke dalam asrama.

“Lagipula...” Jiae melanjutkan dengan suara misterius, “bagaimana kalau pembunuh Sujeong adalah orang yang tidak kita sangka?”

“Kau mau berkata kalau aku yang membunuh Sujeong?” Sungyeol yang bahunya sedang diobati oleh Sunggyu dan Myungsoo di satu sofa memekik berang.

“Bukan, oh ayolah, jangan begitu sensitif.” Jiae melipat tangannya di depan dada. “Bagaimana kalau Sujeong lah pembunuhnya?”

Semua yang ada di dalam ruangan itu terdiam dan saling berpandangan.

“Aku rasa aku mengerti.” Woohyun mengangguk, “mungkin skenarionya begini. Sujeong yang menyebarkan selembaran itu tadi malam. Entah apa maksudnya mengumpulkan banyak orang, yang ini aku tidak mengerti. Lalu keesokan harinya dia sengaja tidak muncul danlalu  mematikan listrik begitu semuanya sudah berkumpul di kamar Sungyeol, dia kemudian datang ke kamar dan menusukan pisaunya kepada Sungyeol. Begitu mendengar teriakan Sungyeol, Sujeong yakin dia sudah membunuhnya –maksudku, dia tidak bisa memastikan karena tidak ada penerangan dan akhirnya membunuh dirinya sendiri. Selesai.”

“Tapi kita mendengar teriakan Sujeong sebelum Sungyeol.” Howon berkata dengan ragu.

“Mungkin saja Sujeong berteriak karena dia terpaksa menusuk Sungyeol, apa kamu tidak pernah menonton drama, Hoya?”

Howon menggeleng bosan, “aku tidak menonton drama anak-anak.”

“Aku rasa skenario Woohyun benar.” Jiae mengangguk setuju.

“Oke, mari kita simpulkan memang itulah yang terjadi.” Soojung berbicara, “Lalu apa penyebab Sujeong berencana membunuh Sungyeol, dan lalu membunuh dirinya sendiri?”

“Untuk itu, kita perlu tanya Sungyeol.”

“Apa? Aku tidak tau apapun! Aku tidak pernah berbuat jahat pada Sujeong, atau pada siapapun untuk membuat seseorang berniat membunuhku.” Sungyeol menggeleng keras, lalu meringis karena Sunggyu memukul kepalanya –“kamu harus berhenti bergerak!”

“Kita semua tau Sujeong menyukai Sungyeol. Mungkin itulah alasannya.” Woohyun mengangkat bahu.

Jinri bisa melihat Sungyeol yang langsung menggeleng ke arah Mijoo.

“Berhenti dengan drama-mu, Woohyun.” Sunggyu menggeleng, duduk setelah menyelesaikan perban di bahu Sungyeol.

“Aku punya teman di rumah sakit yang bisa membantu kita membawa jenazah Sujeong dan melakukan autopsi dengan diam-diam. Aku yakin sulit untuk meminta Nyonya Yoo memanggil polisi, tapi aku benar-benar berharap kamu mau merayu beliau, Jiae.” Sunggyu menatap Jiae yang mengangguk terpaksa. “Tidak sulit untuk menutupinya sekarang, tapi begitu orang tua Sujeong tau, mereka pasti tidak akan tinggal diam. Dan kita semua yang ada di ruangan ini, adalah tersangka.”

“Hey, aku dan hyung kan tidak datang kesana!” Woohyun berkata kesal.

“Oke, kecuali aku dan Woohyun adalah tersangka.” Sunggyu mengulangi kalimatnya. “Jadi setelah ini, aku ingin kalian semua masuk ke kamar dan tidur. Jangan ada yang melakukan apapun. Nanti malam temanku akan datang dan mengambil jenazah Sujeong. Sementara ini Sungyeol bisa tidur di kamar Myungsoo.”

Jinri dan yang lainnya mengangguk setuju, lalu berjalan menuju kamar masing-masing. Walau tentu saja Jinri tidak berniat untuk tidur sama sekali.

 

*****

 

Pukul 10 malam, begitu suasana sudah sepi dan semua lampu di lantai dua di matikan, Jinri keluar dan berjalan mengendap-endap ke kamar di sebelahnya. Kamar Sujeong.

Sambil berdoa agar pintunya tidak dikunci, Jinri membuka kenopnya secara perlahan, dan harus menahan dirinya dari melonjak karena memang pintu itu tidak dikunci. Walau sayangnya, ternyata kamar itu tidak sekosong yang Jinri kira.

Seorang pria berdiri di dalamnya, sedang membuka sesuatu di laptop warna merah muda(yang Jinri yakini adalah milik Sujeong).

“Sunggyu?” Jinri berbisik.

Apa yang dilakukan Sunggyu di kamar Sujeong? Dan apa yang dicarinya di dalam laptop gadis itu? Apa jangan-jangan Sunggyu yang–

“Berhenti berpikir yang macam-macam.” Sunggyu menggeleng, berdiri untuk menutup pintu kamar Sujeong dan menyalakan lampunya. “Aku sedang berusaha mencari petunjuk, dan jika aku tidak salah duga, kau juga berniat melakukan hal yang sama.”

Jinri mengangguk tidak yakin, memang itu yang sedang dia coba lakukan. Tapi dia masih curiga pada tujuan Sunggyu.

“Oh aku berani bersumpah demi Tuhan kalau aku benar-benar tidak melakukan hal aneh apapun yang sedang kau pikirkan dan hanya berniat untuk memecahkan masalah ini.”

Jinri mengangguk lagi, kali ini lebih yakin, dan segaris senyuman terbentuk di bibirnya. Kalau dipikir-pikir, ini kali pertama Sunggyu bicara padanya sepanjang ini, kan?

“Aku percaya.”

“Baguslah.” Sunggyu kembali berjalan menuju laptopnya, lalu menatap Jinri kesal. “Bukankah sudah aku bilang untuk tidak meninggalkan kamarmu?”

“Dan melewatkan kesempatan menemukan pembunuh sebenarnya?” Jinri mengangkat bahu, berjalan masuk ke dalam kamar Sujeong. Dindingnya berwarna pink tipis, nyaris berwarna putih. Di atas ranjang terdapat banyak boneka yang disusun rapi.

“Jadi kamu juga meyakini bukan Sujeong pelakunya?”

“Tidak.” Jinri menggeleng, mengambil sebuah boneka beruang besar yang membawa bantal berbentuk hati. “Aku memang tidak begitu mengenalnya, tapi Ryu Sujeong tidak akan membunuh seseorang. Paling tidak, bukan Sungyeol.” Jinri memberikan boneka beruangnya pada Sunggyu, membalik bantal berbentuk hati yang ternyata memiliki jahitan sebuah nama di belakangnya; Lee Sungyeol.

“Dia mungkin saja membunuh Sungyeol karena cemburu, atau apapun itu.” Sunggyu menyerahkan boneka beruangnya kembali, lalu menyalakan printer di kamar Sujeong. Lampu di printer menyala dan terdengar bunyi mesin yang bergerak, lalu kembali lampu kembali mati. “Tapi satu hal yang pasti, Sujeong tidak menulis surat itu.”

Jinri mengangguk, memang masih ada kemungkinan Sujeong mencetak suratnya di tempat lain. Tapi itu tentu akan menimbulkan lebih banyak masalah karena isinya yang aneh. Lagipula Jinri ingat tadi malam Sujeong sudah lebih dulu tidur saat Jinri naik ke atas, kapan dia menyebarkan suratnya? Jadi memang bukan Sujeong yang menulis suratnya, lalu apa itu juga bisa memastikan kalau Sujeong tidak berniat membunuh Sungyeol dan bunuh diri?

Semua kemungkinan itu membuat kepala Jinri pusing. Andai saja Nyonya Yoo mau menerima polisi tentu semuanya akan berjalan lebih mudah. Tapi tentu saja Nyonya Yoo membenci polisi dan belum lagi ada anak yang bernama Jisoo yang– oh, Jisoo!

“Siapa itu Jisoo?”

Jinri bertanya sambil bersikap seolah tidak acuh, mengambil buku diari Sujeong yang ada di atas meja.

“Mahasiswa di jurusan teater.”

Jinri mengangguk, membuka satu halaman secara random pada diari Sujeong. Dear diary, hari ini aku bertemu dengan Sungyeol di kantin kampus, aku merasa jantungku- yuck ini pasti masalah percintaan.

“Dan apa yang terjadi padanya hingga polisi harus datang kemari? Pencurian? Penyelundupan? Atau-“

“Bunuh diri.”

“Apa?” Jinri meletakan diari Sujeong ke dalam kantung baju tidurnya. Cerita percintaan Sujeong bisa menunggu nanti, tapi masalah bunuh diri ini jauh lebih penting.

“Bunuh diri, kami menemukannya dengan mulut berbusa setelah meminum racun potasium di ruang tengah.” Sunggyu menjelaskan dengan wajah menatap kosong ke depan, seolah membayangkan kejadian pada hari tersebut.

“Mengerikan.”

“Ya, sangat mengerikan.” Sunggyu mengangguk setuju, lalu berpaling ke arah Jinri. “Dia dulu tinggal di kamarmu.”

Oh .

 

*****

 

Duk! Duk!

Rasa sakit di kepala menghampiri Jinri begitu dia membuka mata. Jinri tidak yakin pukul berapa dia berhasil menenangkan kepalanya dan pergi ke alam mimpi tadi malam. Yang pasti, setiap Jinri menutup matanya dia seolah bisa melihat bayangan seorang gadis yang mati dengan mulut berbusa. Dasar Kim Sunggyu sialan.

Duk! Duk!

Oh, apalagi? Jinri mengerang, turun dari tempat tidurnya dengan seluruh tubuh yang terasa sakit bila digerakan. Siapa lagi sih yang mengganggu tidurnya hari ini? Ini hari sabtu, oke? Kenapa rasanya setelah Jinri pindah ke asrama ini, dia tidak bisa tidur dengan nyenyak barang satu haripun?

Duk! Du-

“Sebentar!” Jinri berteriak kesal, mencuci wajahnya di kamar mandi lalu keluar untuk membuka pintu.

“Sunggyu?”

“Aku beri waktu lima menit untuk mandi, lebih dari itu aku pergi duluan.” Sunggyu mengangkat jam tangannya, lalu menutup pintu kamar Jinri sebelum gadis itu sempat berkata apapun.

“Apa? Hey!”

Jinri mendengus, apa sih masalah pria ini? Tapi mau tidak mau Jinri penasaran juga, kemana Sunggyu akan membawanya?

Jadi dengan setengah ikhlas –setengah terpaksa, Jinri memilih untuk mandi dan segera bersiap.

Lima menit kemudian Jinri sedang menyisir rambutnya yang berantakan, menyemprotkan berbagai wewangian dan dry shampoo untuk menutupi fakta bahwa rambutnya tidak dicuci hari ini (lagipula gadis mana sih yang bisa mandi dan mencuci rambut dalam waktu lima menit?). Sambil merapikan bagian bawah dress putih selututnya yang sedikit terlipat, Jinri membuka pintu.

Sunggyu masih ada di depan kamarnya begitu Jinri keluar. Memberikan gadis itu seulah senyuman kecil sebelum wajahnya kembali serius.

“Baju itu terlalu bagus untuk melihat mayat.”

Jinri tersipu, oke, dia memang sempat merasa sedikitterlalupededanberpikirSunggyumungkinmengajaknyakencan dan– apa?

“Mayat?”

“Mayat. Hari ini mereka akan mengautopsi mayat Sujeong, secara rahasia tentu saja.”

“Kenapa mereka harus melakukannya pada hari sabtu? Ini kan hari libur!”

“Karena ini rahasia. Ingat?” Sunggyu berhenti sebelum menuruni tangga. “Berhenti bicara mengenai ini, aku tidak mau yang lain tau.”

“Karena kemungkinan besar salah satu dari mereka adalah pembunuhnya?”

Sunggyu tidak menjawab, tapi Jinri yakin dugaannya benar. Salah satu dari penghuni asrama W adalah pembunuh Ryu Sujeong.

“Jinri, oh, Cantik sekali!” Mijoo langsung memekik begitu melihat Jinri yang menuruni tangga. Di ruang makan sedang berkumpul paling tidak setengah dari penghuni asrama. Kemana yang lain? Dan si tampan itu?

“Jangan berlebihan.” Jinri menggeleng, baru akan duduk di kursi sebelah Mijoo saat Sunggyu menarik tangannya untuk berjalan keluar.

“Jinri dan aku akan pergi, uh, ke suatu tempat. Kami akan sarapan di jalan.”

Semua orang yang berada di ruang makan mendadak kehilangan suaranya. Sebelum akhirnya terdengar teriakan dari Sungyeol yang membuat Jinri ingin bersembunyi ke dalam lubang.

“Penghuni baru berhasil menggaet si kaku Kim Sunggyu!” semuanya tertawa, kecuali seorang gadis disebelah Yoo Jiae yang hanya tersenyum kecil. Jadi Lee Soojung mungkin –hanya mungkin, menyukai Sunggyu?

Sunggyu membawanya keluar dari asrama saat terdengar satu kalimat dari Hoya; “Dan aku pikir Sunggyu hyung menyukai Nam Woohyun!”

“Setelah ini pasti akan banyak rumor.” Sunggyu menggeleng kesal, membawa Jinri menuju sebuah mobil sedan putih di sebelah asrama.

Apa mendapat rumor bersamaku seburuk itu? Jinri mencibir, tapi tidak mengatakannya secara langsung.

“Masuk.” Sunggyu membuka pintu mobil di belakang. Memperlihatkan dua pria yang sudah duduk di jok bagian depan.

“Dongwoo dan ...Myungsoo? Kamu yakin?” Jinri bertanya ragu.

“Kita perlu supir dan well, aku rasa aku juga akan memerlukan Myungsoo.” Sunggyu mengangkat bahu, membiarkan Jinri masuk ke dalam mobil sebelum dia juga masuk dan menutup pintu.

“Kamu percaya pada mereka?” pada Myungsoo, Jinri menambahkan dengan gerakan mulutnya.

“Tentu saja, jika aku bisa percaya padamu –yang notabenenya baru aku kenal dua hari lalu, kenapa aku tidak percaya padanya?”

Jinri mengangguk. Jadi dua orang ini bisa dipercaya? Dongwoo si ‘bodoh-atau-jenius’ dan ‘si-tampan’ Myungsoo. Tapi bukankah Sunggyu justru dekat dengan Nam Woohyun? Apa itu berarti ...Nam Woohyun tidak bisa dipercaya?

“Dongwoo, menurutmu siapa pembunuh Ryu Sujeong?” Jinri bertanya pada Dongwoo yang sedang fokus mengemudi.

“Pembunuhnya? Umm.. Woohyun terlalu penyayang untuk membunuh wanita, jadi aku percaya Woohyun. Hoya memang kada menjengkelkan dan tidak bisa menjaga usahanya, tapi dia calon psikolog yang baik, jadi aku percaya pada Hoya. Lalu siapa? Uh, Sungyeol sudah pasti tidak, dia terluka, ingat? Jadi aku percaya pada Sungyeol. Myungsoo juga, well, karena Sunggyu percaya padanya, aku juga.”

“Jadi maksudmu, pembunuhnya dari penghuni wanita?”

“Apa maksudnya? Aku percaya pada semua penghuni wanita, bahkan kamu yang baru datang kemarin!” Dongwoo tertawa.

“Intinya Dongwoo percaya pada semua penghuni.” Sunggyu menggeleng.

“Ya. Tentu saja! Aku yakin ada kesalah pahaman disini. Mungkin Sujeong benar-benar bunuh diri?” Dongwoo terlihat sedih, lalu bergumam “sayang sekali, dia anak yang baik.”

“Sekarang aku mengerti kenapa Sunggyu percaya padamu.”

 

*****

 

Teman Sunggyu adalah seorang pria kepala tiga dengan wajah ramah. Kim Jong Wan namanya, dulunya sempat tinggal di asrama W dan menjadi mentor Sunggyu saat masih menempuh pendidikan strata satu. Kim Jong Wan sudah menyelesaikan autopsinya begitu Jinri dan yang lain datang, tapi dia masih dengan senang hati mengantarkan mereka ke dalam ruang autopsi dan menunjukan jenazah Sujeong yang hanya berbalut dua lembar kain tipis (Jinri bisa melihat wajah Dongwoo memerah.)

“Kami sudah menyelesaikan autopsi, tidak ada tanda-tanda kekerasan, kami baru saja mengirim sample darah dan belum menerima hasilnya, tapi aku tidak yakin akan ditemukan zat apapun dalam darahnya, dia kelihatan sehat. Satu-satunya luka yang di derita Nona Ryu hanyalah tusukan pisau di perutnya ini.” Kim Jongwan membuka satu kain tipis yang menutup bagian atas jenazah Sujeong (wajah Dongwoo semakin memerah).

Sunggyu mengangguk, mengamati luka di perut Sujeong dengan dekat.

“Berapa kedalamannya?”

“Nyaris lima belas sentimeter.”

“Apa itu mungkin? Maksudku, untuk Sujeong melakukannya sendiri?” Jinri bertanya heran, pasalnya menusukan pisau sedalam lima belas sentimeter membutuhkan kekuatan yang lumayan, apalagi ke bagian dada yang dilindungi tulang rusuk. Apa mungkin Sujeong yang tampak sangat kurus itu mampu melakukannya?

“Walau kemungkinannya sangat kecil, ya itu mungkin. Dan entah karena keberuntungan atau apa, tusukannya tidak mengenai tulang rusuk, tapi tepat disela-selanya.”

Jinri mengangguk, memang mungkin, apalagi jika benar Sujeong berniat bunuh diri karena euh, cintanya pada Sungyeol. Itu memang bodoh tapi Jinri sudah cukup sering membaca cerita romantis-tragis yang berakhir dengan satu tokohnya bunuh diri. Tapi entah kenapa masih ada yang sedikit mengganjal.

“Sujeong kan mahasiswi kedokteran. Dia pasti tau dimana letak rusuknya sendiri.”

Jinri menoleh pada Dongwoo yang membalikan tubuhnya ke dinding. Benar juga, tapi...

“Baiklah, aku rasa cukup. Terimakasih atas bantuannya, hyung. Hubungi aku jika ada informasi lain.”

Jongwan mengangguk, mengajak Jinri dan lainnya keluar ruangan.

“Tentu saja, Sunggyu. Tapi aku rasa kalian perlu menghubungi polisi.”

Sunggyu terdiam, lalu menatap Jongwan lama; “Tentu saja, setelah berhasil membujuk Nyonya Yoo untuk melakukannya.”

Jongwan menghembuskan nafas dalam, “lakukan itu dengan cepat.”

“Tentu saja.”

Apa ini? Jinri memandang Sunggyu dan Jongwan bingung. Kenapa tampaknya ada sesuatu yang mereka berdua sembunyikan?

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
no-w-here
#1
Chapter 8: Sudah selesai? I want moaaarree..
Hihihi..
Nice story, dan endingnyaa melegakan (?) Hahahaha..
Ayoo bikin myungli lagii.. aku agak terobsesi sama myungli nih krn baca cerita2 kamu.. kekekeke
babbychoi
#2
Chapter 8: Aaaaah lucu banget sih. Seneng deh Myunglinya nggemesin. Mau dong dibikin Myungli lagi lagi dan lagi.
vanilla133 #3
Chapter 8: Hehehehe. Benar tekaan ku pacarnya sunggyu ,krystal. Myungli lucu deh.
babbychoi
#4
Chapter 7: Jadi Woohyun? Hmm sudah kuduga :v
Yeaaay!!! And finally myungsoo ku sama Jinrikuu
Ditunggu next MyungLi-nyaa ;)
tazkia #5
Chapter 7: Tuh kan bener dugaan aku ternyata si woohyun otak dari semua pembunuhan di asrama W...
Kirain jinri akhir akhirnya pacaran ama sunggyu ehh ternyata ama si ganteng....
Oh iya unni ff yg the truth lanjutin dong plissss padahal aku suka bgt sama jalan ceritanya yg gk ngebosenin....
vanilla133 #6
Chapter 7: Woah~ ternyata beneran woohyun pelakunya. Scene yg akhir sekali manis banget menurutku!! Nggak nyangka rupanya itu alasan jinri pindah ke asrama W. Anyway,I love this story!
babbychoi
#7
Chapter 6: Selalu deg degan baca fic kamu. Yaampun jadi siapa pembunuhnya?
Nam Woohyun kah? Atau justru malah Kim Myungsoo-kuuh???
vanilla133 #8
Chapter 6: Aigoo~ pusing kepalaku mikirkan siapa pembunuhnya. Apa yoojiae orangnya?
babbychoi
#9
Chapter 5: OMG aku makin bingung siapa pembunuhnya, biasanya kan fanfic kakak ngecoh hweheheh
Tapi serius deh ff kakak keren.
Baydewey Myungsoo dikit banget yah sceennya. Padahal kan aku MyungLi shipper hwehehehe :D
Updet soon ya kakak.
tazkia #10
Chapter 5: Kyaaa unni aku bolak balik ngecek update-an unni....
Aku suka bgt sama semua ff unni yg setiap chapter selalu bikin penasaran..
Oh iya unni aku perasaan pernah baca ff unni di blog dan aku lupa namanya...aku boleh minta nama blognya gk???oh iya maafin unni sekarang baru komennya kemaren kemaren jadi silent readers mulu nih huhuhu