Trust Me...

Trust Me...

“Apa? aku akan melakukannya untuk melunasinya” kataku untuk meyakinkannya.

“Jiseum..” Baekhyun nampak memohon kepada JIseum untuk tidak usah melakukan hal itu. Aku pun tersenyum dan mengangguk singkat untuk meyakinkan Baekhyun.

“Kau yakin?” Tanya Chanyeol.

“Ne Chanyeol-ssi. Jadi apa yang harus kulakukan untuk melunasi hutangku?” kataku dengan yakinnya.

“Kau harus menjadi asistenku selama waktu yang kutentukan.” Jelas Chanyeol padaku.

“Apa kau gil-“ kata-kata Baekhyun terpotong begitu saja ketika aku langsung menjawab kata-kata Chanyeol.

“Aku akan melakukannya Chanyeol-ssi.. gwaenchana Baek” kataku sambil tersenyum pada Baekhyun untuk meyakinkannya kalau aku tidak apa-apa. Bodoh kenapa aku mau menjadi asisten si pria caplang ini. Damn! Kesalku dalam hati.

“Kalau begitu, mulai dari sekarang kau akan menjadi asistenku” ujar Chanyeol dan langsung membawaku pergi dari situ.

***

“Apa aku harus membawa semua barang-barangku dari sini dan tinggal bersamamu?” tanyaku heran pada Chanyeol yang menyuruhku untuk berkemas barang-barang dan pindah ke apartementnya.

“Wae? Seorang asisten harus memantau bossnya bukan? Jadi kau harus tinggal denganku untuk memantau keadaanku dan menyiapkan semua keperluanku” jawabnya dengan nada santai.

“Aish jinjja neo bab-“ kesalku.

“Ayo cepat, kau terlalu lama” kata Chanyeol sambil lalu.

***

Ini seperti rumah. Apartement yang ditempati Chanyeol sangat mewah dan minimalis, bagaimana tidak ada ruang tamu yang begitu luas, 2 kamar tidur, teras belakang yang sangat nyaman dan dapur yang sangat teratur.

“Apa kau tinggal sendiri di sini?” tanyaku masih memperhatikan ruangan yang ada di apartement Chanyeol.

“Ne” jawabnya singkat.

“Kau tidak tinggal dengan orangtuamu?” tanyaku yang penasaran.

“Ani” jawabnya yang cuek.

“Wae?” kataku sambil menyimpan barang-barang yang kubawa.

“Kau tidak perlu tahu. Itu kamarmu, habis ini kau harus menyiapkan makan malam untukku” katanya sambil menunjukan arah kamar yang harus kutempati.

Aku pun segera memberskan semua barang-barangku dan berjalan menuju dapur untuk menyiapkan makan malam. Chanyeol tidak terlihat, mungkin dia sedang ada di kamarnya. Aku bingung harus memasak apa, lebih baik memasak sup jamur saja yang mudah.

Aku sudah selesai memasak hampir 30 menit, tapi Chanyeol belum menampakkan dirinya juga. Aku pun berjalan menuju kamarnya dan hendak mengetuk pintunya.

“Sedang apa kau di depan pintu kamarku?” suara Chanyeol terdengar dari arah belakangku.

“Oh kau disitu rupanya.. ku kira kau ada di dalam kamar. Makan malamnya sudah kusiapkan” kataku yang melihat Chanyeol berjalan dari arah halaman belakang dan berjalan menuju ruang makan.

“Kau membuat sup jamur?” kata Chanyeol sembari mengambil mangkuk dan sumpit.

“Ah ne, menurutku itu mudah” kataku sambil memperhatikannya.

“Kenapa tidak makan? Apa kau tidak lapar?” tanyanya yang bingung karena melihatku yang hanya berdiri diam dengan muka polos.

“Oh apa aku boleh makan juga?! Aku sangat lapar!” kataku dengan senangnya.

“Kau pikir, aku sekejam itu pada asistenku? Apa aku akan membiarkan asistenku mati kelaparan? Aku tidak sejahat itu.” Ujarnya. Aku pun tertawa mendengar kata-kata Chanyeol.

“Tidak ada yang lucu kau tahu” katanya sambil melahap isi sup jamur yang kubuat. Aku tidak menghiraukan kata-katanya.

“Chanyeol-ssi” panggilku.

“Em” gumamnya singkat.

“Aku masih tidak percaya kau tinggal disini seorang diri” tanyaku.

“Aku tinggal disini bersama Ahjussi, dia yang membantuku disini” jawabnya.

“Oh? Lalu kemana Ahjussimu? Sepertinya dari tadi aku tidak melihatnya” kataku sambil melihat disekeliling ruangan.

“Dia sedang mengambil cuti, besok sudah mulai bekerja lagi” jawabnya tanpa bertatap muka denganku.

“Kau cuek sekali, apa karena sedang patah hati?” kata-kataku sontak membuatnya tersedak.

“Ya kau! Apa ingin membuatku mati tersedak seperti ini? Sangat tidak lucu” katanya jengkel.

“Ah mian.. Sini aku akan membereskan semuanya” kataku sembari mengambil mangkuk dan piring yang habis dipakai. Chanyeol pun berjalan kembali ke halaman belakang.

Suara telfonku sontak membuatku melihat kearah benda itu. Nomor yang tidak dikenal.

“Yeoboseyeo?” kataku pada seseorang yang ada di sana.

“Ji, ini aku Baekhyun, apa kau baik-baik saja disana?” suara Baekhyun nampak seperti mengkhawatirkanku.

“Ah ne Baekhyun-ssi, nan gwaenchana. Omong-omong kau dapat nomor ini dari siapa?” tanyaku.

“Aku minta dari Sihyeon, ini nomorku. Kau bisa menghubungiku kapan saja Ji arraci?” jelas Baekhyun padaku.

“Ne Baekhyun-ssi, sudah dulu ya aku sedang sibuk sekarang.” Kataku yang hendak menyudahi obrolah via telfon ini.

“Ne Ji, see you!” kata Baekhyun dan telfon pun kututup.

Tidak jauh dari tempatku menelfon, Chanyeol nampak sedang berdiri dan sepertinya dia menguping pembicaraanku dengan Baekhyun. Namun tak lama kemudia, dia pun pergi menuju kamarnya tanpa menghiraukan tatapanku yang bingung.

***

Pagi-pagi sekali aku bangun untuk menyiapkan sarapan Chanyeol. Aku benar-benar merasa seperti pembantunya disini. Ketika aku hendak membawa roti panggang ke meja, suara bel apartement Chanyeol berbunyi. Aku pun segera membuka pintu apartementnya.

“Oh Baekhyun-ssi! Ayo masuk, Chanyeol masih di kamarnya” kataku sambil melebarkan pintu agar Baekhyun bisa masuk ke dalam.

“Ani Ji, aku ke sini ingin menjemputmu” kata Baekhyun dengan wajah yang begitu santai namun belum juga masuk.

“Aku?” kataku sambil menunjuk diriku sendiri.

TBC

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet