Chapter 1

Ugly Duckling

“Jagi~, oppa pergi dulu!” teriak Yongguk ketika keluar dari kamarnya, sambil memakai jaket. Ia menuju sofa di ruang tengah, dimana Miyoung dan Cheonsa sedang duduk asyik menonton film.

“Kemana?” tanya Miyoung acuh, sambil memakan popcorn.

“Kampus. Lalu ke rumah Himchan. Apa kau mau ikut, jagi~?”

“Tidak. Oppa tidak lihat aku sedang menonton dengan Cheonsa, huh? Dan jangan panggil aku ‘jagi’ lagi! Yoongi saja tidak pernah memanggilku seperti itu.”

“Waeee~? Kau kan jagiyaku~”

Yongguk berusaha memeluk Miyoung, tapi Miyoung malah berusaha mendorong tubuhnya dan menghalangi tindakan Yongguk.

“Hentikaaan, oppaaaa~,” desis Miyoung, “aku sudah besar. Jangan perlakukan aku seperti anak kecil terus.”

Yongguk mengerucutkan bibir, “but you’re always be my babyyy~”

“Eiissh~” gerutu Miyoung, lalu kembali memusatkan perhatiannya ke layar televisi.

Yongguk menghiraukan gerutuan Miyoung, ia memeluk singkat tubuh Miyoung lalu mencium keningnya.

Cheonsa yang sedari tadi hanya diam dan memperhatikan interaksi dua orang tadi, tersenyum begitu melihat Yongguk mencium kening Miyoung. Hubungan keduanya selalu seperti itu, bertengkar mengenai hal kecil tapi berdamai kembali dengan pelukan dan ciuman di pipi atau kening.

“Kalian hati-hati ya di rumah, jangan nakal,” ia kemudian berjalan menuju ke arah Cheonsa dan mengacak-acak rambutnya pelan. Membuat pipi Cheonsa memerah dan badannya terasa lebih hangat.

“Bye~sana pergiiii~” usir Miyoung, sambil melemparkan bantal sofa ke arah Yongguk.

Yongguk menjulurkan lidah karena lemparan Miyoung meleset, “bye~” kemudian setengah berlari menuju pintu depan dan tak lama kemudian terdengar bunyi pintu tertutup.

Tanpa sadar, Cheonsa terus memperhatikan Yongguk hingga bayangannya menghilang.

“Yah!” panggil Miyoung. Cheonsa tidak mendengarkan panggilan Miyoung dan masih melihat ke arah pintu.  Hingga akhirnya ia merasakan bantal yang dilempar Miyoung ke arahnya.

“Wae??” tanyanya sedikit kesal karena bantal itu mengenai tepat di kepalanya.

“Wae? Harusnya aku yang bertanya seperti itu? Wae? Apa yang salah denganmu? Apa oppa-ku terlalu mempesona, huh?”

Cheonsa tergagap begitu mendengar pertanyaan Miyoung, “ah eh oh…”

Miyoung tertawa, lalu duduk mendekati Cheonsa dan menepuk punggungnya dengan keras, “aigooo, bahkan kau sampai tidak bisa menjawab pertanyaanku. Ckckck.”

“Aish, mollaa~,” Cheonsa mengabaikan Miyoung dan melanjutkan menonton film.

“Kalau saja Yongguk oppa tahu kalau kau sangat menyukainya….” desis Miyoung.

“Mi..Miyoung-ah, kau sudah janji padaku tadi malam…” Cheonsa melihat kearah Miyoung dengan pandangan cemas.

Baru tadi malam Cheonsa akhirnya mengaku pada Miyoung, bahwa ia menyukai Bang Yongguk, oppa kandung Miyoung. Ia sendiri tidak tahu sejak kapan rasa itu muncul. Ia sudah hampir dua tahun bersahabat dengan Miyoung. Tapi rasanya baru beberapa bulan ini ia sering merasa gugup jika bertemu dengan Yongguk. Terutama ketika bermain ke rumah Miyoung. Anehnya, jika ia tidak bertemu dengan Yongguk, tanpa sadar matanya akan mencari-cari ke setiap sudut rumah untuk mengetahui keberadaannya. Tak jarang ia merasakan ingin selalu bertemu dengan Yongguk. Sehingga ia kadang pergi ke rumah Miyoung bukan untuk bertemu dengan sahabatnya itu, tapi ingin melihat wajah oppa-nya.

Semalam ia juga memaksa Miyoung untuk tidak bercerita pada Yongguk mengenai perasaannya itu. Ia ingin menunggu. Entah menunggu apa. Tapi ia tidak ingin Yongguk tahu dari orang lain mengenai perasaannya itu. Ia juga tidak ingin Yongguk terbebani dengan perasaannya atau malah hubungan mereka berdua menjadi canggung. Selain itu, sebenarnya ia sendiri ragu apakah ia pantas menyukai Yongguk…

Miyoung kemudian mengangkat kedua tangannya, “relaks, aku gadis yang selalu memegang janji. Aku kan bilang ‘kalau saja’. Aku tidak bilang apa-apa pada oppa.”

“Baguslah kalau begitu,” seru Cheonsa lirih.

“Ugh, tapi serius. Kenapa kau harus menyembunyikan fakta kalau kau menyukai oppa? Bilang saja padanya. Masalah selesai. Kalian berdua sama-sama bahagia. Daripada seperti ini. Kau hanya bisa memandangi dan mengaguminya dari jauh.”

Mata Cheonsa melebar, “tidak bisa segampang itu, Miyoung-ah.”

“Aku tahuuuu~ tapi aku lama-lama jadi gemas juga hanya bisa melihatmu seperti ini. Tidak perlu menyembunyikan perasaanmu seperti itu. Oppa pasti akan menyambut perasaanmu, Cheonsa~ aku pastikan itu~”

“Eh, kenapa kau yakin sekali kalau Yongguk oppa akan menyambut perasaanku? Bagaimana kalau tidak? Lalu kami berdua malah menjadi canggung setiap kali bertemu? Nanti aku tidak bisa leluasa main ke rumahmu …” Cheonsa megerucutkan bibirnya, sembari membayangkan setiap situasi yang ia ucapkan.

“Yah! Jangan berpikir terlalu jauh! Eish! Tidak akan seperti itu. Aku merasa oppa-ku tidak akan menolakmu~ Kau tahu, perasaanku kan sering benar!” jawab Miyoung dengan senyum lebar, “tapi serius, apa yang kau khawatirkan, huh? Sampai berpikir sejauh dan semenyeramkan itu~”

Banyak! Jerit Cheonsa dalam hati. Tapi sayangnya ia tidak bisa mengatakannya dengan lantang di depan sahabatnya itu. Ia tahu, sahabatnya pasti akan memberikan nasihat panjang lebar yang sudah ia katakan semalam, ketika ia mengatakan dirinya tidak pantas menyukai Yongguk oppa. Seperti, ‘kau menghawatirkan apa lagi, huh? Kau cantik, kau pintar, kau enak di ajak ngobrol, kau membuat orang lain nyaman denganmu, kalau kau mau kau bisa membuat semua laki-laki di dunia ini bertekuk lutut padamu. Bahkan oppaku sendiri. Kau bisa membuatnya jatuh cinta dan mabuk kepayang denganmu! Kau pantas menyukai Yongguk oppa. Ingat itu!’

Miyoung menghela nafas panjang. Sahabatnya itu berlebihan. Menurutnya, dirinya tidak cantik. Miyoung jauh lebih cantik. Tak heran banyak laki-laki yang mendekatinya dan sekarang ia sudah punya pacar. Tubuh Cheonsa bahkan gendut. Tidak seperti Miyoung, yang badannya seperti model. Jika mereka berjalan bersama, mereka berdua terlihat seperti angka 10. Laki-laki pasti memperhatikan Miyong ketika mereka berjalan bersama. Tidak ada yang memperhatikan Cheonsa. Tapi Cheonsa berotak cerdas. Hal itu tidak hanya Miyoung yang mengakui, semua teman sekolah mereka pasti akan membenarkan hal itu. Tapi apa itu bisa menarik perhatian Yongguk? Cheonsa selama ini berpikir bahwa laki-laki malah tidak terlalu tertarik dengan wanita pintar, apalagi jika wanita itu lebih pintar dari mereka. Laki-laki dan egonya….

“Jangan berpikir yang negatif terus darimu, Cheonsa~yaa. Terlalu banyak hal positif darimu,” Miyoung kembali mengingatkan.

Cheonsa hanya mengangguk pelan, “emm….apa Yongguk oppa pernah berkata sesuatu tentangku?”

Miyoung nampak sedikit berpikir, “pernah. Dulu ketika pertama aku mengajakmu ke sini, ia banyak bertanya tentangmu. Seperti menginterogasi. Biasalah…ia ingin tahu banyak tentang sahabat-sahabatku. Kapan lagi ya… oh, ketika kita pergi makan malam bersama ketika orang tuaku pergi ke Incheon dan Yongguk oppa pergi menyusul ke restoran tempat kita makan? Pulang dari sana, ia bilang kalau kau orang yang menyenangkan dan enak diajak ngobrol. Kemudian…ketika aku bercerita kalau aku berpacaran dengan Yoongi oppa, dia bertanya apa kau juga punya pacar. Selain itu…aku lupa, hahaha.”

Cheonsa hanya tersenyum kecil, lalu menggigit bibirnya.

“Mana mungkin Yongguk oppa mengatakan sesuatu atau bertanya macam-macam tentangku. Memangnya aku ini siapa…” pikirnya lagi. Tapi ia tidak bisa menghentikan otaknya kembali berpikir tentang oppa yang telah menjerat hatinya itu.

“Bahkan mengucapkan namanya saja sudah membuat hatiku berdebar-debar…Mana mungkin aku bisa bilang padanya kalau aku menyukainya. Yongguk oppa terlalu bagus untukku. Dia tampan, ramah, baik hati, pintar dan berbakat.Aku seperti itik buruk rupa dibandingkan dirinya…” kembali Cheonsa berpikir dan menghela nafas.

Miyoung memperhatikan raut wajah Cheonsa, “yah, kenapa kau terus-terusan menghela nafas? Jangan berkecil hati dulu~ Meskipun ia seperti tidak memperhatikanmu, bisa saja ia memperhatikanmu. Yongguk oppa itu….tidak mudah ditebak. Walaupun ia terlihat selalu ceria dan terlihat bodoh…” Miyoung tertawa kecil begitu mengatakan hal itu, “tapi ia tipe orang pemikir. Pemikirannya kadang terlalu dalam. Sedalam samudera pasifik, mungkin.  Tapi ia selalu berusah menutupi apa yang sedang ia pikirkan. Jadi itu tadi, kita tidak bisa dengan mudah mengetahui apa yang sebenarnya ia pikirkan dan rasakan.”

Miyoung meraih pundak Cheonsa dan memeganginya kuat, “kau harus yakin dan percaya diri! Seperti saat aku menyukai Yoongi dulu! Lihat? Sekarang kami berdua menjalani hubungan dengan bahagia kan?”

Cheonsa mengangguk-angguk. Tiba-tiba mulutnya terbuka, lalu kembali menutup. Terlihat ragu untuk menanyakan sesuatu.

“Mwo? Apa yang mau kau tanyakan?”tanya Miyoung, begitu memperhatikan tindakan sahabatnya itu.

Cheonsa tersenyum karena sahabatnya itu tahu apa yang hendak ia lakukan.

“Apa…Yongguk oppa punya pacar?”

Miyoung melepaskan pegangannya dari Cheonsa dan berpikir sebentar.

“Sepertinya tidak. Terakhir oppa punya pacar itu sekitar….1 atau dua tahun yang lalu? Ia selalu bercerita padaku kalau ia sedang berhubungan dengan wanita. Selama ini ia tidak pernah bercerita tentang wanita. Sepertinya ia sedang serius dengan kuliah dan grup musiknya. Oppa juga terlalu sibuk akhir-akhir ini. Mengerjakan tugas-tugas kuliah, menulis lagu, latihan dan perform di beberapa tempat setiap akhir minggu.”

“Jangan takut, kau masih punya banyak harapan,” Miyoung mengedipkan matanya ke arah Cheonsa.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
safirarh #1
itik.... hm..