VASCO

Koleksi-ku xD

THE GREEK MYTH

(2ND EVENT DI ikonfanfictindo.wordpress.com)

Title: VASCO

Author: Kimm

Main Cast : Kim Jisoo (as Jisoo Psikhe) & Bobby (as Jiwon Eros)

Genre: Hurt

Rating : PG-15

Summary: Jiwon Eros diberi tugas oleh Afrodit untuk membunuh Jisoo Psikhe. Dengan taktiknya akhirnya Jisoo jatuh cinta dengan Jiwon, , membuat Jiwon dengan mudah membunuh Jisoo dengan cara memberikan apel beracun

Disclaimer: Semoga kalian suka dengan cerita saya. Comment please ~ :)

 

;;

Love is blind, baby you are so blind

,,

 

“Dewi kecantikan yang kami muliakan” seorang laki-laki memberikan hormat sambil membungkukan badan kepada Jisoo.

Tanpa mengucapkan sepatah kata dan hanya tersenyum ramah ke arah laki – laki itu Jisoo meneruskan perjalanannya.

Sang Dewi Psikhe mulai terbiasa dengan sorotan mata yang memandangnya dengan rasa kagum kepadanya sejak kecil. Dan saat ia mulai tumbuh menjadi wanita dewasa orang – orang setuju bahwa kecantikannya memang tak tertandingkan.

Jisoo awalnya tak nyaman dengan keadaan ini. Sebuah status dewi kecantikan yang melekat padanya yang sebenarnya ia tak menginginkannya. Ia tak menghendaki semua perhatian tersebut kepada dirinya.

“Sembahku untuk Dewi Jisoo Psikhe yang kami muliakan, terimalah hadiah dari kami.”

Lagi-lagi Jisoo harus terhenti oleh seorang yang ingin berbicara padanya. Jisoo tersenyum manis kearah wanita yang ada di depannya  membuat sang wanita ikut tersenyum- terpana akan kecantikan sang dewi. Sebuah gelang mengkilap ia ambil dari tangan wanita itu. Sang wanita bahagia karena dewi pujaannya yang ia kagumi menerima gelang yang ia bawa. Jisoo mengangguk, senyuman tak hilang dari bibirnya, lalu ia mulai berjalan pergi lagi.

***

Lubeca. Sebuah hutan lebat di pinggir kota dimana ia bisa menjangkaunya dengan berjalan kaki adalah tempat favorit Jisoo. Ia berjalan sedikit ke dalam hutan mencari beberapa pohon apel yang tumbuh di pinggir sungai. Sang dewi sangat suka sekali dengan suasana tenang yang diberikan hutan itu kepadanya. Beberapa kali ia sempat menyendiri di tempat ini, dari kebisingan kota Yunani, suara orang – orang yang menyanjung kecantikannya, suasana kerajaan yang monoton dan kekhawatiran ayahnya -yang merupakan raja di daerah ini- tentang bagaimana tak ada satu pun laki – laki yang berani datang untuk melamar anak tercantiknya yaitu dirinya.

Sejenak sesaat setelah ia memetik satu buah apel Jisoo menoleh ke arah sekitar, ia seperti mendenger suara. Terdengar seperti seseorang yang menggeram kesakitan.

Ia tak yakin untuk mendekati sumber suara itu. Tapi mendengar suara orang itu terus menggeram kesakitan sang dewi yang terkenal bukan hanya kecantikannya tapi kebaikannya pun mulai berjalan mencari sumber bunyi itu.

Betapa terkejutnya Jisoo saat melihat seorang laki – laki duduk di pinggir sungai, menggenggam tangannya yang berdarah.

Jisoo berlari mendekati  laki – laki itu.

“Apa kau tidak apa-apa?” Panik berada di raut muka Jisoo melihat darah yang tak habis mengalir dari telapak tangan sang laki – laki.

Sang laki – laki masih menggeram kesakitan sambil memegang tangannya. Jisoo terpaku melihat sebuah panah yang tergeletak dengan ujung bersimba darah, berada tepat di samping laki – laki itu.

Mungkinkah tangannya terkena panah itu?

Ia membuyarkan pikirannya dan dengan segera mengambil tangan laki – laki itu yang berdarah. Sang laki – laki melihat ke arah dewi psikhe dengan kaget melihat kedua  tangan sang dewi menggenggam pergelangan tangannya.

Jisoo menutup matanya, berkata dalam hati, memuja Dewa Litae dan Aegle agar menyembuhkan tangan laki – laki itu.

Dan benar saja saat ia membuka mata, tangan laki – laki itu pelan – pelan mulai membaik, luka bekas terkena panah mulai menghilang. Jisoo tersenyum senang.

Sedang sang laki – laki hanya terpaku pada wajah cantik Jisoo yang sedari tadi hanya fokus pada tangannya yang terluka.

Wajah cantik sang dewi menghipnotisnya dan melihat bahwa ini adalah pertama kalinya mereka saling bertemu muka, ia yakin betapa beruntungnya rakyat di daerah ini bisa selalu bertemu muka dengan dewi Psikhe.

“Jisoo Psikhe” Kata sang laki – laki dengan lirih.

Jisoo menaikan matanya dari tangan, ke arah bola mata coklat sang laki - laki. Sang dewi membulatkan matanya. Jari tangan kanannya yang sedari tadi meraba tangan laki – laki itu  -mengecek bahwa tangannya benar – benar sudah sembuh- ikut berhenti bergerak.

“Kau mengenalku?” Sang wanita tak percaya

“Ya” jawab sang laki – laki tersenyum.

Mereka berdua masih duduk di tanah, di pinggir sungai yang mengalirkan air yang tenang di dalam sebuah hutan dipinggir kota. Sedangkan Helios mulai bergerak pelan turun di sebelah barat.

“Tapi ini pertama kalinya kita bertemu.” Sang  laki – laki ikut mengkerutkan alisnya, tapi hanya sebentar. Jisoo tak melihatnya. Ia pun tersenyum kepada sang dewi

Sang laki – laki tersenyum melihatnya, lalu mengangkat satu tangan -yang tak terluka- ke pipi Jisoo dan membelainya lembut. “Jisoo Psikhe, dewi kecantikan, siapa yang tak mengenal seorang wanita yang paling cantik sejagad ini?”

Sedangkan Jisoo hanya terdiam. Entah karena ia benar – benar kaget laki – laki ini bisa mengenalnya atau karena ia sudah terbiasa untuk dipuji.

Sang laki – laki tertawa pelan “Benar ini memang pertemuan pertama kita tapi aku tahu dengan kecantikanmu yang bersinar aku tahu itu adalah kau”

Jisoo menundukan kepala dan tersenyum sipu. Itu merupakan caranya  untuk berterimakasih atas pujian yang diberikan.

“Bolehkan aku mengetahui namamu?” tanya Jisoo memberanikan diri.

Sang laki-laki tersenyum. “Jiwon Eros.”

 Jisoo terdiam sejenak memandang Jiwon dengan seksama seperti sedang mencerna nama sang laki – laki di pikirannya.

Sejenak Jiwon sadar ia tak seharusnya memberi tahu namanya kepada Jisoo. Tapi sepertinya sang laki – laki tak bisa menghentikan dirinya sendiri, dengan keadaan mereka yang duduk sangat dekat seperti ini. Tapi melihat Jisoo yang hanya biasa saja Jiwon sadar ia tak perlu khawatir. Jisoo tak tahu siapa sebenarnya  Jiwon Eros.

“Psikhe~!!”

Suara dari kejauhan terdengar samar – samar di telinga Jisoo.

“Jisoo Psikhe~!!” satu teriakan lagi dan Jisoo yakin bahwa itu adalah suara Helena.

Jiwon  mulai berdiri dari posisi duduknya. Dan memberikan bantuan kepada Jisoo agar ikut berdiri.

“Aku harus pergi” Kata Jiwon. Sang laki – laki yang masih memegang tangan Jisoo mengangkat tangan sang dewi sampai ke mulutnya. Lalu ia mencium punggung tangan kanan Jisoo dengan manis.

Sang dewi tersentak kaget. Karena ini adalah pertama kali baginya. Seseorang melakukan hal manis untuknya.

Jiwon telah melangkah pergi tapi sesuatu yang ada di hati Jisoo memaksanya untuk memanggil lagi laki – laki itu.

“Jiwon Eros!” panggil Jisoo kepada Jiwon. Sang laki – laki berhenti dan membalikan badan. Jisoo berjalan cepat ke arah Jiwon. Dan saat ia sudah berada tepat di depan Jiwon, Jisoo mengangkat Apel yang tadi dipetiknya kemulutnya, diciumnya apel itu dengan mata yang masih melihat ke arah Jiwon. Lalu ia meraih tangan Jiwon dan menaruh apel itu di tangan sang laki – laki.

Jiwon tersenyum melihat Jisoo.

Suara Helena yang memanggil Psikhe mulai mendekat,  Jiwon dengan cepat membalikan badan dan berlari pergi.

***

“Ayah, katakan, apa nasehat yang diberikan Oracle  padamu?”

Itulah kalimat pertama Jisoo saat ia bertemu muka dengan Ayahnya. Ayahnya baru saja datang dari perjalanannya menuju Oracle untuk menerima nasehat mengenai takdir putri bungsu cantiknya.

“Apa kau tidak punya sopan santun? Dimana etikamu Psikhe?” kata Ayahnya saat kaget karena tiba – tiba sang anak bungsu masuk ke dalam ruangannya.

“Maaf kan aku” Jisoo membungkukan badan.“Dengan segala hormat yang ku berikan, bisakah ayah memberi tahuku tentang apa yang ayah dapat dari Oracle?”

Sang raja masih terdiam, terdapat wajah yang sangat ragu di raut mukanya. Dan Jisoo sadar bahwa ini tidak akan menjadi berita yang baik. Sang raja menghela nafas panjang lalu melihat putri cantiknya. Putri bungsu yang sangat ia sayangi, putri bungsunya yang memeiliki paras cantik yang dipuja – puja rakyatnya.

“Ia berkata..” Sang raja berhenti, seperti ingin meyakinkan dirinya. Jisoo mendengar kan kalimat dari ayahnya dengan seksama, mencoba satu kata yang keluar dari mulut ayahnya tak ia lewatkan. “Oracle berkata  bahwa kau tidak ditakdirkan untuk menikahi seorang manusia, melainkan kau harus menikah dengan suatu makhluk yang tinggal di sebuah gunung.”

Diam menghampiri ruangan itu. Dan di dalam diri Jisoo seperti ada sebuah badai yang menerpa pikirannya. Kacau. Tapi  ia sadar. Ini adalah satu – satunya cara. Ia yakin bahwa Ayahnya pun pasti tahu ini adalah cara terakhir. Oracle adalah orang pintar di daerah ini. Jika seseorang mempunyai kesulitan ia akan pergi ke Oracle meminta nasehat. Tak ada satu pun orang yang dikecewakan oleh Oracle. Semua kalimat nya bagaikan mantra, bukan, bukan mantra lagi karena pasti semua yang ada di nasehatnya pasti benar. Yunani seperti bergantung kepadanya.

“Aku tak mempercayai itu. Aku tak akan membiarkan kau pergi ke sana!” Suara ayahnya membuayarkan perdebatan Jisoo dengan pikirannya sendiri.

“Ayah~!” sentak Jisoo

“Apa? Kau ingin melakukan itu?” Nada marah terdengar dari kalimat yang keluar dari mulut sang raja.

“Ayah kau juga pasti tahu bahwa ini adalah satu – satunya cara”

“Psikhe!! Bagaimana kalau makhluk di gunung itu adalah monters? Dan kau akan menikah dengan  monster???” Sang raja berteriak ke arah putri cantiknya.

“Apakah Oracle berkata pada Ayah bahwa makhluk di gunung itu adalah Monster?” kata Jisoo dengan pelan. Sang raja hanya terdiam.

“Segala sesuatu yang Oracle bilang selalu berhasil. Ia tak mengecewakan satu orangpun sampai sekarang. Dengan segala hormatku kepada ayah, ijinkanlah aku untuk pergi” Jisoo berlutut di depan ayahnya. Muka cantiknya kini terlihat sedih. Dan siapa yang tega membiarkan wanita cantik untuk bersedih hati? Sang raja memejamkan matanya berharap ini adalah yang terbaik untuk putrinya.

**

Untuk menuju gunung yang di maksut oleh Oracle, Jisoo harus  berjalan beberapa  hari. Ia meninggalkan tempat tinggalnya. Semua orang merasa sedih melepas kepergian Dewi Jisoo Psikhe, karena entah disebabkan oleh kecantikan fisiknya atau juga kebaikan  hatinya. Psikhe berhasil menjadi wanita yang dicintai oleh masyarakat sekitarnya.

**

Hujan membasahi hutan itu dengan lebat. Pohon – pohon besar, semak-semak belukar, tak ada manusia di tempat itu. Jisoo menyatukan tangannya, melihat sekeliling dengan takut. Ia melangkah kakinya dengan hati – hati. Menghindari sesuatu yang buruk yang akan diinjaknya nanti atau merendahkan suara langkah kaki agar ular – ular berbisa yang akan membunuhnydi hutan ini tidak mendekatinya.

Langkah demi langkah dengan hujan yang masih turun deras ia merasakan tubuhnya mulai melemas. Bekal makanannya sudah sejak pagi tadi dan selama 6 jam ia diguyur hujan seperti ini.

Jisoo yakin bahwa ia mendengar sesuatu mendesir di belakangnya. Dan benar saja saat ia membalikan tubuhnya seekor ular yang besar berada tepat 2 meter di belakang. Ia membelalakan matanya mencoba sekali untuk  tidak berteriak. Kedua kakinya melemas tak mau di gerakan. Ia menjatuhka diri ditanah duduk. Sang ular masih melihat ke arahnya menjulur –julurkan lidahnya.

Jisoo benar – benar takut, air mata tak kuat lagi untuk ditahan. Ia berpikir bahwa ini adalah akhir hidupnya. Ular itu mulai bergerak dengan cepat mendekati Jisoo.

Sang wanita berteriak, dan mencoba berdiri untuk lari dari ular itu. Tapi itu sia – sia sang ular sudah melingkar di pergelangan kakinya. Jisoo mulai merasakan kepalanyanya pusing dan beberapa detik kemudian hitam yang bisa ia lihat.               

 

**

Dewa angin barat, Zerifos ternyata yang membawa Psikhe dari gunung itu menuju suatu tempat. Jisoo membuka matanya dan ia sadar ia masih berada  sebuah hutan tapi hujan sudah berhenti. Ia lalu meneruskan perjalanannya, menembus semak – semak, hingga ia sampai di sebuah tanah lapang yang ditumbuhi rumput. Sebuah rumah indah yang nampak seperti sebuah istana berada di tengah -  tengah tanah lapang tersebut.

**

 “Apakah ada orang?”  teriak Jisoo di dalam rumah itu. Jisoo melihat sekeliling mencari jika ada seorang yang akan datang. Tapi tak ada satupun.

“Ini adalah rumah milikmu Psikhe.” Suara seseorang terdengar di dalam rumah itu. Suara yang besar. Dan menggema keseluruh ruangan

“Siapa kau?” kata Jisoo melihat kebelakang tapi tak ada orang. Wajah takut tampak jelas terlihat.

“Semua yang ada di rumah ini adalah milikmu dewi  kecantikan yang ku muliakan”

“Demi Neptunus, siapa kau??” kata Jisoo lagi masih takut.  “Aku adalah suara dari rumah ini Dewiku. Dengan segala hormat kupersilahkan untukmu menempati rumah ini. Dan kau juga mempunyai pelayan yang tak terlihat dirumah ini.”

Jisoo tersenyum lebar merasa senang. Setelah beberapa hari yang sangat susah baginya, setelah beberapa hari ia berjalan menyusuri beberapa daerah asing di Yunani ia mendapat hal yang terbaik.

**

Jisoo terbangun setelah merasakan sebuah tangan membelai rambutnya, dan ia cukup kaget melihat seorang laki – laki yang di kenalnya “Eros?” panggil Jisoo lirih, mencoba memperjelas pandangannya karena hanya cahaya lentera menerangi ruang tidurnya.

“Jisoo Psikhe” dan seperti pertama kali bertemu. Jisoo teringat kembali akan awal pertama Jiwon Eros menyebut namanya  di pertemuan mereka di Hutan Lubeca.

Jisoo mencoba duduk dari posisi tidurnya dan memegang wajah Jiwon dengan kedua tangannya. Membelai lembut pipinya dan melihat bola mata coklat yang sama seperti dulu di sela – sela cahaya  lampu yang menyinari wajahnya dengan samar - samar.

“Kau disini” kata Jisoo. Jiwon tersenyum ia mengambil kedua tangan Jisoo dan menciumnya dengan manis

 “Ba-bagaimana kau menemukanku?” kata Jisoo lagi tak percaya

“Zerifos menuntun ku kesini. Aku juga bertanya pada dewa mata angin”

“Tapi kenapa-“

“Ssstt kita akan membahasnya besok pagi. Sekarang mari kita tidur.”

Dan akhirnya pada malam itu Jisoo Psikhe bisa tidur dengan tenang bersama Jiwon yang memeluknya sepanjang malam.

**

Jisoo terbangun sangat pagi karena ia merasa senang hari ini. Ia meminta kepada pelayannya untuk menyiapkan makanan dan buah terbaik untuk sarapan mereka – dia dan Jiwon. Semua makanan sudah tersaji di meja.

Jiwon berjalan menuju ruang makan dan melihat seluruh makanan itu dengan tak percaya.

“Demi Neptunus, Psikhe kau membawa semua makanan enak di negeri ini ke atas meja makan” kata Jiwon tak percaya.

“Aku terlalu bahagai bahkan rasa bahagia ku tak bisa kututupi lagi. Dan ini semua adalah karenamu Jiwon Eros. Kau yang membuatku seperti ini.” Jisoo tersenyum kearah Jiwon.

Jiwon tersenyum menyeringai melihat perkataan Jisoo. Sang dewi telah jatuh hati padanya.

“Kalau bagitu harus kah ku bawa dewi cinta kemari? Sebagai balasan persembahanmu padaku” 

Jisoo tertawa mendengar kalimat Jiwon.  Sang wanita menggelengkan kepalanya.

“Hanya “ Jisoo tersenyum manis, memandang penuh bola mata coklat Jiwon. “tetaplah bersamaku.”

Jiwon tersenyum mendengar kalimat sang dewi. Ia meraih lengan Jisoo dan menarik tubuhnya untuk mendekat.  Sangat dekat hingga jika Jisoo bergerak mendekatkan wajahnya sedikitsaja  ia bisa mencium Jiwon.

“Psikhe kali ini aku berkata dengan sejujurnya, bahwa kau memanglah sangat cantik, bahkan melebihi Afrodit.”

Jisoo tersenyum. Pujian adalah hal biasa baginya. Tapi pujian dari Jiwon Eros adalah hal lain, itu luar biasa bagi dirinya.

Sang laki – laki tiba – tiba melepaskan tangan Jisoo dan mundur satu langkah. Jisoo mengkerutkan alisnya.

“Aku punya sesuatu yang ingin kuberikan padamu Psikhe” Jiwon menyembunyikan tangan kirinya di belakang tubuhnya.

“Apa itu?” tanya Jisoo

Sebuah apel berada di tangan Jiwon.

“Apel?”

“Ya, ini adalah apel kesukaanmu. Ku petik di hutan Lubeca.”

“Kau  bahkan tau apel kesukaanku” Jisoo membuka mulutnya tak percaya.

Jiwon memberikan apel itu pada Jisoo dan ia menerimanya dengan senang hati. Dan tanpa berfikir panjang ia langsung memakannya di tempat.

Senyum masih berada di wajah Jisoo tapi beberapa detik kemudian sang wanita menjatuhkan apel itu. Wajahnya memucat dan kedua tangannya memegang leher. Jiwon melihat ke arah sang wanita tanpa ekspresi. Tak ada sebercik rasa kasihan, sang laki – laki melihat Jisoo mulai jatuh di lantai, menggeram kesakitan. Ini adalah yang diinginkannya. Semuanya. Dari awal, semuanya adalah palsu. Ia hanya ingin membunuh Psikhe. Membuat sang dewi cantik ini jatuh cinta padanya dan saat ia lengah Jiwon membunuhnya dengan mudah.

Dan beberapa menit kemudian benar saja sang dewi tak bernafas. Racun di apel itu bekerja dengan cepat.

Jiwon Eros pergi meninggalkan wanita yang mendambakannya tergeletak di rumah itu. Ia pergi begitu saja setelah ia yakin Jisoo Psikhe tak bernyawa lagi dan tugasnya pun selesai.

 Ia bisa melihat Afrodit tersenyum senang ke arahnya.

 

 

Fin.

------------------------------------------

Plot twist! haha cerita aslinya berakhir bahagia tapi disini Eros ku buat jadi si pengkhianat bagi Psikhe :o

Aku dapat inspirasi dari Wikipedia. Jadi mungkin kalian bisa kesana kalau mau baca cerita aslinya hehe :D

Terimakasihhhhhhhhhhhhhhh sudah membaca ff ku :)

XOXO,

                                                                    Kimm

CEK DISINI UNTUK MELIHAT YANG ADA DI BLOG ASLINYA :)

                                                        

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet