Chapter 2

THE OLD MAN AND THE YOUNG GIRL

THE OLD MAN AND THE YOUNG GIRL

KanG and FAMILee present

.

.

.

.

.

Temui aku di mini market sebelah cafe RedBox jam 4 sore ini. Jangan sampai terlambat!

Kris menatap tidak percaya pada ponsel di genggamannya. Beberapa menit yang lalu ia baru menyelesaikan pelajaran di salah satu kelas mahasiswa baru. Tubuhnya melewati pintu ruangan bertepatan dengan sebuah pesan masuk ke daftar inbox-nya. Kai mengirim pesan.

"Aish! Anak ini!" umpat Kris hampir saja melempar benda persegi itu ke dinding.

...

"Apa-apaan ini?!" Kris merasa tertipu dengan janji bertemu yang ditawarkan Kai. Meskipun pada kenyataannya tawaran itu masuk kategori paksaan. Kris yakin bahwa gadis itu tidak mau menerima sebuah penolakan makanya ia memutuskan untuk tidak lebih penasaran.

Kris tiba di tempat yang Kai tentukan. Mini market tepat di sebelah sebuah cafe yang sering Kris dan Chanyeol kunjungi untuk sekedar sharing. Awalnya ia tak menemukan keberadaan Kai. Kris menunggu hampir sepuluh menit sebelum sebuah tangan ramping menariknya bersembunyi di balik tembok rendah yang membatasi mini market dan cafe tersebut. Cukup untuk dapat melihat sebagian ruangan dalam cafe yang seluruh jendelanya terbuat dari kaca.

"Tenanglah dan jangan sampai suaramu terdengar sampai ke sana." Kai menunjuk sebuah titik di dalam cafe yang segera mengalihkan pandangan Kris.

Seorang gadis muda yang Kris tahu bernama Krystal, teman geng Kai. Ada seorang pria yang duduk di meja yang sama dengan Krystal. Kris tidak tahu pria itu siapa karena ia duduk memunggungi arah pandangnya.

Sejauh ini matanya belum lepas dari kedua orang itu. Entah apa yang menyebabkannya bungkam dan tidak melanjutkan untuk memprotes pada Kai. Gadis itu juga tengah memperhatikan gestur temannya. Kris tidak paham sama sekali namun rasa penasaran cukup mengelilingi pikirannya saat ini tentang siapa pria yang sedang bercakap dengan Krystal. Ada sesuatu yang menarik dari mereka.

"Siapa pria itu?" Kris bertanya namun tidak melepas pandangannya dari cafe. Kai mulai sibuk mengetik sesuatu di ponselnya, mengabaikan Kris yang hanya bisa mendengus kesal.

Kenapa aku harus terjebak dengan gadis labil seperti dia...

Salahkan dirinya yang tidak juga bisa melupakan perasaannya pada Kai. Apapun yang dilakukan gadis ini begitu memikat di mata Kris. Namun sepertinya ada beberapa hal yang perlu diajarkan agar gadis ini tidak berlaku seenaknya.

"Aku pergi.." ucap Kris lantang. Kakinya sudah berjarak dua meter dari tempat mereka berdiri tadi dan Kai untuk ketiga kalinya mencengkram lengan besar Kris dan menarik pria itu kembali ke tempat semula.

"Kau, tidak akan kemana-mana! Kita harus menyelesaikan misi ini baru kau boleh pulang. Tidak ada pembantahan!"

"Ya! Kau pikir sedang berbicara dengan siapa. Sopanlah sedikit nona, aku jauh lebih tua darimu!"

Kris mengacungkan telunjuknya pada Kai namun di wajah gadis itu hanya terbentuk senyum seringai tipis. Ia melipat kedua tangannya di depan dada lalu membalas tatapan tajam Kris.

"Hei Tuan Wu, dengarkan aku. Inikah caramu memperlakukan gadis yang kau kagumi? Bukankah kemarin kau masih punya muka untuk memberikan buket bunga murahan untukku? Mana penghargaanmu? Kau harus banyak belajar jika ingin aku membalas perasaanmu."

Kai maju mendekati Kris menodongkan jari telunjuknya di dada pria itu lalu mendorongnya pelan. Cukup untuk menggeser tubuh tinggi Kris beberapa senti ke belakang.

Mata pria itu sudah menatap horor sosok Kai. Meskipun selama ini ia hanya bisa maklum dengan sikap Kai yang kurang lebih tak ada bedanya dengan orang-orang kaya lain di luar sana. Namun kali ini Kai sudah sangat keterlaluan. Siapa yang butuh siapa kalau suasananya sudah membuat ubun-ubun Kris serasa mengeluarkan asap panas.

Selama ini Kris pikir hal itu wajar karena gadis seumuran Kai memang biasanya hobi menghambur-hamburkan harta untuk kesenangan-kesenangan di luar sana. Kris juga tak pernah mendengar berita-berita miring mengenai gadis itu yang membuktikan bahwa dengan arogansi tingkat tinggi Kai masih terbilang cukup bijaksana untuk menjaga diri.

Kris menghela nafas mencoba menetralkan perasaan aneh yang menjalari tubuhnya. Ia marah. Jelas saja marah.

Cukup sudah cinta yang selama ini ia pertahankan. Kai itu gadis yang mempesona, tidak ada yang bisa mengalahkannya di mata Kris. Kai itu gadis yang sangat cantik, sekali lagi tidak ada yang bisa mengalahkan kecantikan itu di mata Kris. Awalnya ia berpikir bahwa hal tersebut adalah kekaguman semata. Kris kagum pada kehampirsempurnaan seorang Kai hingga ia sadar bahwa kekaguman itu semakin lama semakin menekan ke hatinya dan berubah menjadi cinta.

Kris tidak cukup mengenal Kai sampai sedetail laki-laki yang menjadi teman dekatnya. Maka itu ia ingin semakin dekat pada gadis itu dan kalau bisa menjadikan Kai sebagai miliknya. Bukankah itu cita-cita yang sangat mulia. Kris telah bersumpah untuk membahagiakan Kai seumur hidup jika gadis itu memiliki perasaan yang sama padanya.

Dan apa yang ia dapatkan kini?

Sebuah penolakan pun tak bisa menggambarkan betapa dalam kekecewaan yang Kris alami. Kai sudah terlalu jauh bertindak tanpa memperhitungkan akibat dari keputusannya.

Kris menyerah. Ia akan semakin gila kalau sampai tak sedetik pun waktunya bisa melupakan cinta gila pada gadis sesombong Kai. Oke, mungkin Kai terlalu sempurna untuk pria tua sepertinya.

Sekali lagi ia memperhatikan punggung Kai yang seakan-akan tersenyum mengejek padanya. Gadis itu tampak tersentak dan seketika berjongkok.

"Apa yang kau lakukan?"

Sshhttt~

Kai meletakkan jari telunjuknya di bibir menggumamkan sesuatu agar Kris diam dan ikut bersembunyi. Kris mengedarkan pandangannya ke arah cafe dan ia sama terkejutnya dengan Kai.

"Apa yang dilakukan Park bodoh itu di sana? Dan kenapa aku harus sembunyi?"

Hampir saja Kris kembali berdiri kalau bukan karena Kai yang menariknya berjongkok.

"Jangan sampai kita ketahuan sedang mengikuti mereka. Aku takut Krystal tidak akan bercerita lagi padaku. Kau tahu kan aku sangat penasaran dengan pria bernama Park Chanyeol itu. Dan aku setuju bahwa dia seorang pria bodoh yang sudah berani-beraninya menolak gadis cantik seperti Krystal."

Kai berkata sambil mengepalkan telapak tangannya. Kris dapat melihat gadis itu sangat berapi-api saat mengucapkan Park Chanyeol adalah seorang pria bodoh.

"Eh bukankah yang mengikuti itu kau? Aku tidak tahu kalau kau sedang memata-matai mereka. Lagi pula apa maksudmu dengan Chanyeol yang menolak Krystal?"

"Bukankah kalian berteman? Seharusnya kau tahu cerita tentang Krystal yang jatuh cinta pada teman bodohmu itu."

Mata Kris kembali melotot mendengar kata-kata Kai. Krystal jatuh cinta pada Chanyeol? Dasar bodoh! Kenapa dia tidak pernah cerita?! Memangnya aku siapanya, oh iya aku cuma client...

Perlahan Kai dan Kris berbalik dan mulai mengamati suasana. Tadi Krystal dan Chanyeol berjalan keluar dari cafe dan mereka masih saling pandang sambil berbicara entah apa. Jarak dari tempat Kris dan Kai bersembunyi tidak memungkinkan mereka bisa mendengar apa saja yang Krystal dan Chanyeol katakan.

"Sepertinya mereka akan berpisah sebentar lagi.." gumam Kai melihat Chanyeol yang sudah melangkah menjauhi Krystal.

"OPPA!"

Krystal berteriak dan berlari menghampiri Chanyeol yang berbalik karena mendengar teriakannya.

Chu~

Hampir saja Kai berteriak melihat Krystal yang berjinjit lalu mengecup pipi Chanyeol. Kris pun sama namun ia berusaha menahannya untuk nanti saja. Mereka melihat Chanyeol yang sama kagetnya namun sedetik kemudian wajah pria itu berubah sangat lembut. Chanyeol membelai pipi putih Krystal dan tersenyum kecil lalu kembali melangkah menjauhi tubuh Krystal yang sedang tersenyum.

"Sepertinya Krystal sangat senang..."

"Aku pikir juga begitu."

...

Sepanjang perjalanan tidak ada yang mau membuka suara. Kai terus memandang ke luar jendela mobil. Kris masih fokus untuk menyetir. Sepertinya tidak ada topik yang bisa mereka angkat dalam suasana sekaku ini.

Kris memutuskan untuk mengantar pulang Kai yang sempat tertidur pulas di kursi cafe setelah menyantap makan malam porsi besarnya. Gadis itu terlihat berpikir terlalu keras karena kejadian sore tadi. Bahkan Kai melamun sepanjang makanan yang masuk ke dalam mulutnya. Tidak ada satupun kata yang keluar dari mulutnya sejak tadi.

Sekali lagi Kris menjadi pihak yang sekedar menemani. Ia tidak habis pikir untuk membiarkan Kai tertinggal sendiri di cafe seperti orang kurang waras. Ia membayar semua bil pesanan Kai lalu menggendong tubuh cukup ringan Kai ke dalam mobilnya.

Gadis itu terjaga ketika setengah perjalanan menuju rumah keluarga besarnya. Kris bukan orang yang terlalu kurang update hingga istana keluarga terkemuka di Seoul pun tak ia ketahui. Ia cukup tahu beberapa informasi penting mengenai inflasi-deflasi perusahaan tertentu dan tentu saja beberapa di antaranya pernah ia temui di kediaman masing-masing. Termasuk ayah Kim Kai sendiri. Jadi tanpa bertanya pun Kris sudah tahu Kai harus ia pulangkan kemana.

"Jangan terlalu dipikirkan. Nanti kau pusing sendiri karena urusan orang lain." Ucap Kris pelan berhasil menyadarkan Kai dari dunianya sendiri karena gadis itu kini memandang Kris tanpa berkata apapun.

Kris benar. Ia tak seharusnya ikut campur dengan urusan cinta Krystal. Bagaimana pun juga si Jung itu pasti enggan bercerita padanya. Kai sangat tahu bahwa pertemuannya dengan Park Chanyeol bodoh itu di cafe adalah sebuah rahasia besar. Seperti kebiasaan mereka yang selalu menyempatkan diri saling memberi kabar kemana pun mereka bertiga pergi. Dan Kai sempat kecewa Krystal membohonginya tadi. Ya..Kai mengirimi Krystal pesan yang menanyakan sedang dimana gadis itu pada saat Kai dan Kris membuntutinya. Lalu Krystal membalas bahwa ia sedang ada di pusat perbelanjaan menemani ibunya.

Mobil Kris berhenti tepat di depan pagar rumah Kai yang menjulang tinggi. Gadis itu kembali tertidur setelah mencoba menghapus hasil penguntitannya hari ini. Badannya terasa sangat lelah padahal mereka hanya bersembunyi tidak lebih dari setengah jam tadi, lalu Kai dan Kris menghabiskan sisa malam itu di dalam cafe. Nyatanya hari ini pria itu full berperan sebagai tukang antarnya. Poor Kris.

Dua orang penjaga di masing-masing sisi pagar yang terbuka mempersilahkan Kris untuk masuk. Ia tengah menggendong Kai sepanjang jalan setapak menuju pintu depan rumah itu. Begitu sampai di depan pintu, benda besar tersebut membuka dengan sendirinya seakan-akan tahu bahwa nona muda mereka sudah kembali dari petualangan melelahkannya seharian ini.

"Kai!"

Seseorang berseru ketika Kris berhasil merebahkan tubuh Kai di salah satu sofa panjang ruang tamu. Ia berbalik dan segera menemukan sosok wanita dewasa yang berlari ke arahnya –tepatnya ke arah Kai-

"Kai..apa yang terjadi?" wanita itu duduk di sisi sofa tempat Kai tertidur. Ia membelai rambut legam Kai dengan raut wajah yang tampak sangat khawatir.

"Emm...Kai hanya sedang tertidur, sepertinya sangat lelah karena kegiatannya seharian ini."

Kris memberanikan diri menjelaskan kondisi Kai pada wanita yang dapat ia tebak adalah si nyonya rumah, ibu Kai.

"Ah terima kasih sudah mengantarnya pulang. Maaf merepotkanmu, anak ini memang tidak pernah berubah. Selalu merepotkan orang lain." Wanita itu tersenyum dan membungkuk berterima kasih pada Kris.

"Tidak nyonya, saya tidak merasa direpotkan sama sekali."

"Kau anak muda yang baik. Apa kau satu kampus dengan Kai?"

"Kebetulan saya dosen di kampus yang sama dengan Kai." Kris hanya memberi senyum seadanya. Secara tidak langsung wanita ini sudah memuji dirinya masih kelihatan cukup muda untuk orang seumurannya.

"Omo! Maaf kalau saya lancang." Wanita itu kembali menunduk. Lebih parahnya Kris merasa tidak enak karena mendapat begitu banyak tanda hormat dan minta maaf dari nyonya rumah tersebut.

"Tidak nyonya, tidak apa-apa. Justru saya yang harusnya minta maaf karena mengantar Kai terlalu larut. Saya minta maaf."

Kali ini giliran Kris membungkuk memberi tanda maaf pada ibu Kai. Wanita itu tersenyum dan menepuk punggung Kris membuat pria tinggi di hadapannya kembali mendongak.

"Jangan terlalu merasa bersalah. Saya justru sangat berterima kasih. Biasanya anak ini akan pulang lebih lama diantar supir taxi. Untungnya kali ini ada yang mengantar langsung jadi saya merasa lebih lega."

Pukul 10 malam kurang beberapa menit, Kris keluar dari kediaman Kim. Sedikit tersenyum bangga karena sudah bisa berinteraksi setidaknya dengan kedua orang tua Kai. Sebelumnya ia pernah berbincang mengenai bisnis dengan ayahnya dan tadi ibunya malah membicarakan beberapa hal mengenai keluarga mereka. Perkembangan yang pesat untuk lebih dekat pada calon keluarga baru.

Kris tak henti-hentinya memasang wajah idiot pria yang tengah dimabuk cinta. Hingga berada di kasur empuk kamarnya sendiri pun ia sudah tidak sadar dan melupakan segala bentuk kemarahan dan keputusasaannya terhadap Kai tadi sore. Kembali terpesona oleh wajah dan senyum Kai yang senantiasa berputar mengelilingi otaknya.

...

Dalam seminggu, Kai bisa saja menghitung jari berapa kali mereka bertiga bisa berkumpul atau sekedar bertemu di koridor kampus. Sampai saat Hara berpamitan padanya untuk menemani ayahnya ke Cina mengurus saham keluarga mereka di sana, Krystal tak juga muncul. Kai cukup prihatin karena Hara terlihat sangat kecewa. Jangan sampai sahabatnya yang satu itu tahu bahwa Krystal sudah lebih parah berbohong ini-itu padanya. Kai cukup mengerti dengan sikap sentimen Hara jadi lebih baik kalau dia tidak tahu lebih banyak.

"Kau tidak berusaha bicara padanya?"

Saat ini sebagian besar kelas sudah kosong dan hanya menyisakan beberapa yang dihuni tidak setengah dari daya tampung ruangan. Termasuk ruangan dosen tempat Kai melamunkan masalah kerenggangan hubungannya dengan Krystal. Tepatnya ruangan Kris.

"Kau akan dapati aku gila karena bicara sendiri. Bagaimana caranya sementara bertemu pun sudah tidak pernah. Dia selalu punya kesibukan sendiri akhir-akhir ini. Hara setiap hari menghubungiku dan bertanya tentang Krystal, aku bingung harus menjawab apa."

Kris melirik Kai yang duduk tidak seberapa jauh dari meja kerjanya. Gadis itu menyangga dagunya pada lengan sofa, bergerak sesekali untuk mendapat spot duduk yang nyaman. Terlihat sangat lucu di mata Kris. Mau tidak mau pria itu pun tersenyum dengan tingkah menggemaskan Kai.

"Bersabarlah..Krystal pasti punya alasannya sendiri kenapa sampai mengabaikanmu dan Hara."

"Pasti tak jauh-jauh dari teman bodohmu..."

Tawa renyah Kris menggema di seluruh ruangannya. Ia tak tahan untuk tidak tertawa ketika Kai dengan gaya bicaranya yang cuek menyebut 'bodoh' sosok seorang Park Chanyeol. Meskipun jauh hari setelah Kris tahu tentang hubungan tanpa status antara si Park dan Jung, Kris sudah menganggap julukan itu cukup tepat dengan keadaan mereka yang sekarang.

Kris takut kalau sampai Chanyeol mengacaukan kehidupannya sendiri. Ehem...berselingkuh? Kris takut hal itu benar-benar terjadi sementara ia tahu betapa Chanyeol sangat mencintai istri dan anaknya yang bahkan masih kecil. Akibat fatalnya adalah perceraian. Bisa-bisa posisi psikolog-client mereka tertukar nantinya.

"Hei Mr. Wu..."

Kris tidak juga mengalihkan perhatiannya meskipun suara lembut Kai menyapa gendang telinganya. Satu alis matanya terangkat refleks dengan tutur kata Kai yang sangat bertolak belakang dari biasanya. Sementara gadis itu juga enggan menatap Kris yang masih sibuk dengan beberapa lembaran tugas mahasiswa. Kai tahu Kris mendengarnya dengan jelas. "Aku minta maaf.."

Entah terantuk dimana kepala Kai sebelumnya sampai bibir menawan itu sanggup mengucap kata maaf untuk seorang Kris. Dosen yang beberapa waktu lalu selalu mengusik hari-hari indahnya. Yang sudah mendapat sumpah serapah secara gratis dari mulutnya dan yang sudah ditamparnya hingga tiga kali tanpa belas kasihan.

"Aku minta maaf atas apapun salahku padamu. Aku tidak punya daftarnya jadi jangan berharap aku akan mengatakannya satu persatu. Dan lagi..kau harus memaafkanku."

Kai yang semaunya sudah kembali. Tapi Kris cukup lega, gadis itu berani meminta maaf untuk segala kesalahan fatal yang menurut orang lain mungkin akan sangat sulit untuk dimaafkan.

"Bohong jika selama ini aku tidak sanggup untuk memaafkanmu." Ucap Kris mengundang tatapan kaget dari Kai di ujung sana. Matanya menelusuri perawakan Kris yang tidak buruk. Jika diperhatikan baik-baik mungkin saja pria itu sedikit berdarah bule. Wajahnya tegas dan tubuh tingginya sangat mendukung persepsi awal Kai. Jika saja penampilannya sedikit diperbaiki mungkin Kai tidak akan keberatan menjalin hubungan dengan salah satu dosen di kampusnya itu. Kai yakin Kris bisa tampak lebih dari yang sekarang. Bohong kalau aku tidak mulai tertarik padamu...

"Beberapa minggu ini aku belum bisa bertemu Chanyeol."

Topik mengenai Chanyeol sepertinya menyedot seluruh perhatian Kai. Kali ini gadis itu fokus untuk mendengar kelanjutan apa yang akan dikatakan Kris.

"Sama seperti temanmu yang banyak alasan, Chanyeol mengatakan sangat sibuk akhir-akhir ini. Ingatkan aku untuk memotong gajinya..."

Mereka berdua terkekeh. Kris berhasil membawa suasana jadi lebih rileks. Ia yakin Kai butuh disegarkan pikirannya saat ini.

"Oh ya, aku ingin bertanya satu hal padamu..."

"Apa?"

"Kau...tertarik pada Chanyeol? Yang aku lihat selama ini kau akan begitu bersemangat jika pembicaraan kita sudah mengarah pada si bodoh itu."

Kai memutar bola matanya malas. "Ternyata kalian sama bodohnya.."

"Ya! Hei! Kim Kai, mau kemana kau?!" Kris beranjak dari kursinya tiba-tiba. Ia mengejar Kai yang sudah lebih dulu keluar dari ruangannya.

Gadis itu berbalik menatap Kris yang hampir saja terjatuh di tengah lorong. "Aku mau pulang. Ada masalah?" ucapnya malas.

"Tunggu sebentar lagi sampai aku menyelesaikan semua kertas-kertas itu. Aku akan mengantarmu pulang."

"Tidak perlu."

"Bukankah tadi kau masuk ke dalam ruanganku sambil marah-marah ingin diantar pulang? Sekarang bersabarlah menungguku di dalam sana."

Kris menunjuk ke arah ruangannya membuat Kai berjalan sambil menghentakkan kakinya kembali masuk ke dalam ruangan Kris.

"Orang tua bodoh!"

"Aku mendengarnya..."

Kai kembali sibuk dengan tatapannya keluar jendela setelah cukup berdumel tentang betapa menjengkelkannya seorang Kris. Namun tetap saja akhirnya matanya selalu terpaku pada sosok Kris. Akkhhh~ aku bisa gila kalau seperti ini terus...

...

"Ibu ingin kau sekali-kali datang dan makan malam bersama." Kai berujar setelah ingat beberapa hari lalu ibunya sempat menanyakan soal Kris dan tidak lupa untuk Kai mengundangnya makan malam di kediaman Kim.

"Oh benarkah?"

Kai mengangguk sambil membongkar isi tasnya dan akhirnya menemukan ponselnya.

"Hmm...sepertinya ibu tertarik padamu. Tiap pulang kuliah yang ia tanyakan bukan keadaan anaknya sendiri malah bertanya kapan kau punya waktu untuk berkunjung." Kai memoles sedikit lipstick berwarna peach pada bibirnya tanpa menggunakan cermin. Hal itu mengundang tawa Kris karena garis yang ia buat pada bibirnya ada yang keluar dari batas.

Mobil Kris berhenti perlahan di pinggir jalan. Sang pemilik sama sekali tidak menggubris tatapan bertanya dari Kai. Ia sibuk mengambil beberapa helai tisue di jok belakang lalu kembali menghadap ke arah Kai. "Lipstick mu belepotan.." Kris tersenyum lalu meraih wajah Kai dan mulai membersihkan pewarna bibir itu.

"Bibirmu sudah cantik warnanya. Tidak usah dipoles lipstick pun aku yakin semua pria akan berkata demikian."

Blush~

Ya Tuhan..ingatkan Kai untuk bernafas normal. Jantungnya sudah memompa terlewat kencang dan sekarang dadanya merasakan degupan keras dari dalam sana. Pipinya merona, Kris sadar akan hal itu namun ia tak ingin membuat gadis itu lebih malu lagi. Sesegera mungkin ia menyalakan mesin mobil dan kembali fokus untuk menyetir.

Hari sudah sangat sore ketika Kris dan Kai tiba di kediaman Kim.

"Mampirlah sebentar. Aku yakin ibu akan sangat senang kalau bisa melihatmu."

Kris menemani Kai melewati jalan setapak yang pernah ia lalui sambil menggendong gadis itu. Namun kali ini Kai dalam keadaan tidak sedang tertidur jadi dia bisa berjalan sendiri.

Aku harap kau juga senang...

"Baiklah..."

Mereka berdua memasuki rumah mewah itu dengan dua orang pelayang yang membukakan pintu. Kai masuk lebih dulu sementara Kris mengucapkan terima kasih pada pelayang tersebut. Ketika sampai di ruang tamu Kris disuguhkan pemandangan yang hampir membuatnya menganga lebar.

"Kaiku sudah tumbuh besar rupanya hehehe..."

Seorang pria sedang memeluk Kai sambil mengusap rambut hitam gadis itu yang tergerai.

"Kapan oppa pulang? Kenapa tidak mengabariku lebih dulu? Aku kan bisa menjemputmu di bandara." Kai terlihat sangat bahagia. Senyum cerahnya terulas begitu mudah saat memandang pria itu lalu memeluknya lagi berulang-ulang sampai pria di dekapannya tertawa pelan.

"Siapa dia Kai? Pacarmu?" atensi pria itu beralih ke arah Kris yang sedari tadi terdiam memandangi adegan saling peluk mereka. Ia membawa Kai ke hadapan Kris dan untuk pertama kali dalam hidupnya, Kris bersumpah bahwa Kai kini tengah tersenyum sangat manis di hadapannya meskipun ia tidak tahu kepada siapa senyum itu dialamatkan. Mungkin saja karena keberadaan pria di hadapannya.

"Dia dosen di kampusku. Kebetulan kami sering pulang bersama. Oh ya, oppa ini Kris dan Kris ini sepupuku dari China namanya Yixing." Kai memperkenalkan lelaki itu pada Kris. Mereka saling berjabat tangan dan Kris tidak ragu untuk melontarkan senyuman lega karena pria itu ternyata hanya sepupu Kai. Sedikit membuatnya lega.

"Wu Yifan, aku juga orang Cina tapi sudah lama menetap di Korea. Kau bisa memanggilku Kris."

"Yixing...Zhang Yixing. Aku sedang bertugas di sini. Senang berkenalan denganmu."

Pria ini terbilang manis. Ia mempunyai lesung pipit yang sangat dalam. Pantas saja Kai bisa berubah drastis ketika di hadapan Yixing, wajahnya memang sangat teduh. Tipikal pria baik-baik.

Tak lama setelah itu, ibu Kai menghampiri mereka sekaligus mengajak Kris untuk ikut makan malam sekaligus merayakan kedatangan sepupu Kai.

"Sepertinya lain kali saja nyonya. Saya masih harus mengurus sesuatu. Saya minta maaf..."

"Tidak apa-apa kok. Tapi lain kali kau harus ikut makan malam dan sering-seringlah berkunjung. Suamiku juga senang begitu tahu kau sempat datang ke rumah..."

"Terima kasih tawarannya nyonya. Kalau begitu saya pulang dulu.."

Kris membungkuk sekali lagi memberi hormat sebelum benar-benar melangkah keluar dari rumah Kai. Ia sedikit berharap bahwa Kai akan mengantarnya sampai di depan pagar tapi sepertinya angan-angan saja. Kai pasti sibuk dengan sepupunya yang baru tiba itu. Kris memasuki mobilnya. Perlahan ia hembuskan nafas beratnya sebelum memasang seatbelt. Hampir saja kakinya menginjak pedal gas kalau bukan karena suara Kai yang menggema di sekitarnya.

Oh..gadis itu berlari tergesa-gesa ke arahnya.

"Kris!"

"Ada apa?"

"Besok bisa kau jemput aku?"

"Tumben minta jemput? Ngomong-ngomong apa yang terjadi dengan mobilmu hingga hampir sebulan aku selalu mengantarmu pulang?" Kris melirik helaian rambut Kai yang terkena angin malam. Gadis itu pasti sangat merawatnya. Terbukti saat Kris menyentuhnya untuk ia sematkan di belakang telinga Kai.

Kai terpaku dengan perbuatan Kris. Tenggorokannya tiba-tiba tercekat sehingga tak bisa menjawab pertanyaan Kris mengenai mobilnya yang disita oleh ayahnya karena kredit cardnya yang melampaui batas limit.

"Baiklah...besok kujemput pukul 7. Jangan sampai terlambat."

Beberapa detik berlalu setelah insiden rambut Kai yang disentuh oleh Kris. Kai sampai tidak sadar bahwa mobil Kris sudah tidak ada lagi di hadapannya.

"AAAKKKHHHH! AKU BENAR-BENAR SUDAH GILA!"

...

Trak!

Sebuah suara yang berasal dari jok belakang mobilnya, mengalihkan perhatian Kris.

"Astaga! Aku lupa mengembalikan sepatunya."

Kotak sepatu berwarna hitam itu diletakkannya di bawah jok sehingga tidak mudah untuk ditemukan. Sepasang high heels berwarna krem yang ia temukan di dalam mobil pagi berikutnya setelah mengantar Kai ke rumahnya. Kris malam itu tidak sadar kalau Kai melepas sepatunya lalu tertidur di atas mobilnya. Padahal ia sudah berniat mengembalikan sepatu itu dari hari-hari sebelumnya dan ternyata ia masih saja lupa hingga saat ini.

"Besok saja lagi..."

Oke..jangan sampai Kris melupakan lagi hal seperti itu. Ia mulai berpikir kapan waktu yang tepat untuk memberikan kembali sepatu itu pada Kai. Entah kenapa Kris tidak ingin saat bertemu Kai nanti sama sekali tidak ada kesan di antara mereka.

"Ah aku tahu!" Kris tersenyum membayangkan rencana yang akan ia lakukan. Sudah melayang-layang di pikirannya bagaimana reaksi Kai ketika menerima kotak sepatunya kembali.

Drrtttt~

Ponselnya di dashboard bergetar pelan. Kris meraih benda persegi panjang itu dan cukup kaget ketika mendapati pengirimnya adalah Park Chanyeol.

"Halo.."

"Halo Kris."

"Ya, ada apa?"

"Tidak..hanya ingat bahwa aku akan sangat senang kalau kau bisa hadir di perayaan anniversary kami minggu ini. Sekaligus ulang tahun anakku yang keempat. Bagaimana?"

"Undangan yang menarik. Eum Chanyeol?"

"Kenapa?"

"Boleh aku mengajak seorang teman?"

"Tentu saja."

"Baiklah. Terima kasih aku pasti datang."

"Oke...sampai jumpa Kris."

Sambungan telfon terputus dan Kris mulai menyusun rencana baru yang lebih menarik dari sebelumnya.

To : Kim Kai

Baru saja Chanyeol mengundangku ke perayaan anniversary dan ulang tahun anaknya minggu ini. Dia bilang aku bisa membawa seorang teman, mungkin saja kau berminat kalau tidak sedang sibuk?

...

.

.

.

.

.

.

TBC

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet