FIRST STORY

PASTEL : The Story About EXO

The winds direction just changes from right to left
But with a Poker face, I hide my own weakness
Doing things very well just to deceive others no, no, no Hate it
But even so, continue moving forward! 'Till I get hold of something Keep movin' on (My World – Hey! Say! JUMP)

Aku Sudah menyembunyikan semua kelemahanku sekuat yang aku bisa. Menggantinya dengan senyuman yang terbaik, kenapa kau masih tak menghilang dari bayangku. Tak bolehkah aku hidup lebih baik dari ini?

 

======================================================================

 

CAST :

ZHANG YIXING (LAY)

 

ZHANG THEIA

226c10beb9f4e23a62d51426ce2ed0b4.jpg

========================================================================

 

 

Kau tahu? Sejak kecil aku mempercayai bahwa dalam permainan yang aku mainkan akan selalu ada perubahan dalam detik terakhir. Maka dari itu aku tak pernah menyerah. Aku melakukan semua sebaik yang aku bisa. Dan berharap aku mendapatkan hasil yang sebanding dengan yang aku perjuangkan.

“Kau akan baik-baik saja, Lay.” Suara Kris menyemangatiku. Aku menangguk. Tersenyum singkat dan aku kembali menatapmu dari kejauhan yang pasti. Dimana aku kini berdiri.

Aku tersenyum sekaligus menangis saat melihatmu. Kau nampak tersenyum. Teramat cantik. Teramat bahagia. Dan teramat tenteram. Kau dengan balutan gaun putih kesukaanmu. Aku ingat bagaimana aku selalu menggodamu setiap kau mengenakan rok. Dan kau hanya akan berkata, “Kau saja yang tak melihatnya, Yixing! Semua laki-laki mengejarku dan menginginkanku.”

Lalu aku akan membalas kalimatmu, “Itu karena hanya aku yang normal didunia ini. Jelas sekali kau tidak cantik. Rambutmu panjang dan legam dan ikal, lalu kulitmu tak jauh berbeda dengan batu yang sering kita lewati. Kau tak special. Tak cantik.”

Dan kemudian aku melihat air matamu mengenang lalu kau akan berbalik pergi, “Cih! Terserah saja!”

Begitu saja. Kau memilih menghindariku berhari-hari, sampai akhirnya harus aku yang membujukmu untuk berbaikan denganmu.

“Katakan, Yixing! Kau membutuhkanku hanya karena tugas matematika kan?” kau berusaha menebakku. Dan tentu saja, aku akan membalasmu dengan mengatakan “Ya.” Kalau tidak, mungkin kau tak akan memaafkanku selamanya.

Aku kembali menyeka air mataku. senyummu yang terulas dan pipimu yang merona bahagia. Kulitmu tak lagi legam. Kau merawatnya dengan baik. Itu yang dikatakan Luhan padaku setelah mengantarkanmu ke salon kecantikan itu.

Ah! Kalau saja kau tahu, tak perlu kau melakukannya. Kau akan tetap terlihat cantik dimataku meskipun aku tak mengatakannya.

Ah Iya. Ada yang belum aku katakan padamu. Aku tahu kalau kau menyukaiku jauh sebelum kau mengatakannya padaku di puncak gunung itu. Dan bagiku, hari dimana kau mengatakan mencintaiku diatas puncak gunung itu adalah hari terindah yang kualami. Aku mengenangnya selalu.

“Aku mencintaimu Zhang Yixing.” Kau berteriak lantang sekali waktu itu. Aku tertegun selama beberapa detik. Tak percaya kau merasakan hal yang sama denganku. Tapi aku merasa ada yang salah dengan keadaan kita.

“Zhang Theia. Maaf. Lebih baik kau melupakanku.” Aku membuatmu terluka hari itu. Lalu kau menghindariku sampai hari kelulusan kita berdua. Aku memberanikan diri mengucapkan selamat padamu, bahkan aku memberikan bunga untukmu. Kau tersenyum menerimanya namun lagi-lagi kau menghindariku.

Aku tak mengerti. Aku pikir aku telah melakukan yang benar. Aku malu jika terus mencintaimu. Bagaimana aku bisa berani mencintai bidadari sepertimu. Bagaimana aku bisa berani menerima cinta tulus darimu. Aku takut. Kebahagiaan kita tak akan pernah kekal. Karena kelemahanku.

Aku selalu menyembunyikan kelemahanku dibalik wajah pokerku. Aku pikir kau mempercayainya.  Tapi, Aku tak pernah tahu kau selalu mengetahuinya. Dan kau memilih mengikuti permainanku. Maafkan aku.

“Dia akan bahagia, Lay.” Kali ini suara Suho yang membuyarkan lamunanku tentangmu. Aku mengangguk singkat. Kakiku melangkah sekali. Mencoba mendekatimu. Aku masih melihatmu tersenyum dan tubuhmu terbalut gaun putih itu.

Aku masih juga ingat hari aku mengakui kalau aku menyukaimu, sejak dulu, selamanya. Hari itu kau sebelum memejamkan matamu. Tubuhmu bersimbah air hujan. Air hujan juga yang menyamarkan luruhan darah merah yang keluar dari setiap luka disekujur tubuhmu. Dan aku menangis.

Kenapa malam itu kau bersusah payah mengantarkan ponselku yang tertinggal didepanmu? Bukankah hari itu adalah kedua kalinya aku menolakmu? Bukankah harusnya kau justru membenciku dan menangis ditempatmu? Lalu kenapa kau masih peduli padaku?

Tahunan aku mati-matian menghindarimu, membuatmu membenciku dengan sikap brengsekku. Harusnya kau benar-benar benci padaku setelah malam kau memergokiku dengan gadis lain. Aku sekotor itu. Aku sebrengsek itu. Tapi kenapa kau masih menerimaku apa adanya?

Dan aku mendapatkan jawabanmu, “Karena aku tahu, kau tak seburuk itu. Masa lalumu memang kelam, tapi tidak denganmu. Kau tak boleh menyesali dari siapa kau dilahirkan, karena ibumu bahagia saat memilikimu. Dan aku harusnya berterima kasih pada ibumu, karena beliaulah aku memilki kesempatan mencintaimu sejak tahunan yang lalu.”

Aku ingat nafasmu mulai terengah. Dan aku bisa menangkap serombongan polisi entah jumlahnya berapa berdatangan dan menangkap orang yang menabrakmu. Dan kau tersenyum sambil menyentuh pipiku, “Katakan sekali saja kau mencintaiku, Zhang Yixing. Aku sudah tahu.” Suaramu tersengal. Aku tak kuasa menahan air mataku.

Aku mengangguk berkali-kali sambil memeluk tubuhmu yang melemas. “Aku mencintaimu, selalu, Zhang Theia. Bertahanlah. Bantuan akan datang.” Aku menyemangatimu. Tapi aku dapat meraskan kau menggeleng. Dan tubuhmu makin melemah.

“Aku mencintaimu, Zhang Yixing. Kita akan bertemu kembali nanti. Janji?” kau berujar. Nafasmu tertahan dan kau terbatuk kecil. Air mataku tak mau berhenti. Aku mengangguk kuat-kuat. “Ya! Aku mencintaimu Theia. Kita akan bertemu kembali. Jadi bertahanlah.” Ujarku takut-takut. Kau tak tahu betapa mengerikannya saat aku dapat merasakan detak jantungmu perlahan melemah.

Dan kemudian kau pergi.

“Lay, aku menerima surat ini dari Theia satu minggu yang lalu. Dia datang ke kantor tapi kau sedang ke China. Jadi aku menyimpannya untukmu. Maafkan aku.” Xiumin hyung mengulurkan sepucuk surat berwarna ungu padaku. Aku tersenyum mengangguk. Memasukkan surat pemberianmu dan bermaksud membacanya nanti.

Aku kembali menatap jasadmu yang terbungkus gaun putih. Kau nampak cantik dan senyummu berseri. Bahagiakah engkau?

Perlahan sepasang mataku dan tanpa air mata, (kau ingat itu, tanpa air mata) mengantarkan kepergian tubuhmu yang mulai mendekati bara apa kremasi. Kau nampak cantik. Bahkan peti kaca yang membalutmu nampak tak kuasa menutup kecantikanmu.

“Aku mencintaimu, Zhang Theia. Selalu. Selamat jalan.”

……

 

To : Zhang Yixing

Jangan pernah melakukan yang terbaik untuk melukai orang lain dan jangan pernah mencoba lagi melukai dirimu sendiri. Percayalah kebahagiaan itu selalu sempurna untukmu. Aku mencintaimu, Zhang Yixing. Selalu.

(Zhang Theia)

(END)

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet