One

Vanilla Chocolate

“tidak mauuu!” teriak seorang gadis saat memasuki kelas. Hana mendongkak melihat ke arah suara dari bangku ia sedang duduk. Sesaat kejadian itu menghentikan aktivitasnya yang sedang menulis. Terlihat seorang gadis sedang merajuk sambil menarik-narik lengan gadis lainnya, sedangkan yang satunya berusaha melepaskan genggaman orang yang terlihat ingin menahannya masuk kelas. Mereka berdua adalah Lee Jieun dan Bae Suzy. Ya, kedua gadis itu adalah teman Hana. Tepatnya teman baru Hana saat memasuki SMA Seoul 2 bulan yang lalu.

“Nan shireo (aku tidak mau), waeee(kenapa)? Naega wae (kenapa harus aku)?” tegas Jieun sambil melotot kearah Suzy. Suzy hanya memanyunkan bibir bawahnya sambil mengikuti Jieun duduk dibangku yang bersebelahan dengan Hana. Sepertinya kedua gadis itu tidak sadar kalau Hana memperhatikan kelakuan mereka berdua. Entah apa yang sedang mereka ributkan. Tetapi, Suzy terlihat sangat putus asa dan memaksa Jieun agar melakukan sesuatu untuknya.

“Jebal (aku mohon), aku tidak tahu harus minta tolong siapa lagi” akhirnya Suzy memberikan penjelasan. Jieun hanya memutar bola matanya dan seolah tak ingin mendengar apa yang akan dikatakan Suzy selanjutnya.

“Ada apa dengan kalian?” Hana mengeluarkan suaranya karena tidak tahan melihat kelakukan kedua temannya. Suzy akhirnya melihat kearah Hana dengan mata memelas.

“Jieun tidak mau menolongku” katanya terdengar seperti ingin menangis sambil menunjuk kearah Jieun.

“Memangnya dia minta tolong apa?” tanya Hana kearah Jieun sambil menopang dagunya karena bosan.

Kali ini Jieun menarik nafas pendek dan melihat kearah Hana, “Suzy memintaku memberikan surat cintanya pada Kim Jongin” katanya singkat tak menoleh sedikitpun pada gadis yang baru saja dibicarakannya. Suzy memukul lengan Jieun cukup keras “Ya! Pelankan suaramu” katanya memperhatikan teman-teman dikelas yang sebenarnya sedang sibuk menyalin PR matematika untuk mata pelajaran pertama hari ini. Jieun tidak terima dipukul Suzy dan balik memukul kepalanya dengan buku pelajaran yang baru ia keluarkan dari tasnya.

Hana terseyum tipis dan memperhatikan mereka berdua bergantian, lalu ia memutuskan untuk kembali menulis, “kalian ini ada ada saja” ucapnya pelan.

“Hey, kau tidak terkejut ha?” tanya Jieun yang tidak percaya dengan tanggapan Hana.

“Memangnya kenapa? Lagipula aku tidak tahu siapa Kim Jongin yang kalian maksud, kalian lupa? Aku kan murid baru disini” jelas Hana santai sambil terus menulis.

Jieun dan Suzy kompak mengangguk-angguk pelan menyetujui perkataan Hana. Mereka terdiam, tapi sepertinya apa yang baru saja Hana katakan memberikan ide yang sama kepada kedua gadis di sampingnya. Hana merasa heran karena mereka berdua menjadi diam, lalu dia melhat kearah Jieun dan Suzy yang sekarang sedang terseyum aneh sambil memberikan tatapan yang sedikit menakutkan kearahnya.

“Mwo? (apa)” tanya Hana bingung diberi tatapan tidak nyaman oleh Jieun dan Suzy.

Jieun menatap Suzy sebentar lalu melihat kearah Hana lagi, “aku sudah tau siapa yang akan mengantarkan surat itu pada Jongin” katanya yakin sambil terus memberikan senyuman misterius pada Hana. Hana hanya menyatukan kedua alisnya tidak mengerti dengan ucapan Jieun.

---

Sekarang Hana mengerti apa arti senyuman dan tatapan Jieun dan Suzy dikelas tadi. Karena saat ini, dia sedang berdiri di depan lapang basket sekolahnya sambil memegang surat cinta Suzy. Kedua gadis itu berhasil membujuknya untuk memberikan surat itu kepada Jongin. Ya, alasannya hanya satu. Karena Hana tidak tahu siapa Jongin dan tidak akan merasa tertekan memberikannya secara langsung kepada pria itu. Sebelum berpisah di kantin, Suzy dan Jieun memberikan penjelasan mengenai Jongin. Menurut mereka, Kim Jongin adalah salah satu murid terpopuler di sekolah mereka. Biasanya dia akan berkeliaran disekitar lapang basket untuk menghabiskan waktu istirahatnya. Dan Jongin biasanya selalu ditemani teman baiknya bernama Do Kyungsoo yang kebetulan juga satu kelas dengannya. Jieun menambahkan bahwa sudah banyak gadis yang mendekati dan memberikan surat cintanya pada Jongin. Tapi sayang, hingga saat ini dia belum pernah dikabarkan dekat dengan siapapun disekolah mereka. Oleh sebab itu, dia dijuluki si ‘pria dingin’. Herannya, itu yang membuat dia semakin terkenal dikalangan para gadis.

Hana membuang nafas pendek mengingat bagaimana Jieun dan Suzy memeberikan penjelasan yang begitu detail padannya. Ia heran, apakah selama ini mereka hanya menghafal hal-hal semacam itu? Setelah berdiri beberapa menit dan mencari murid laki-laki dengan deskripsi yang diberikan Jieun dan Suzy. Akhirnya ia melihat 2 orang murid laki-laki yang sedang bercengkrama di sisi lapang basket yang bersebrangan dengan Hana sambil saling mengoper bola basket di tangan mereka. Dan gadis itu yakin bahwa mereka adalah Kim Jongin dan Do Kyungsoo. Hana melihat jam ditangannya. Ia hanya punya waktu 5 menit lagi sebelum jam istirahat berakhir. Ia meyakinkan dirinya sendiri. Yang perlu ia lakukan adalah menyebrangi lapang basket, memberikan surat itu kepada salah satu murid yang bernama Jongin lalu pergi. Tugas selesai. Ia pun melangkahkan kakinya dengan yakin mulai menyebrangi lapang basket didepannya.

Saat jaraknya dengan kedua murid laki-laki didepannya sudah semakin dekat, salah satu dari mereka tiba-tiba pergi sambil menepuk pundak temannya dan berlalu sebelum melemparkan bola basket ditangannya. Hana yakin murid laki-laki yang baru saja pergi adalah Kim Jongin. Seketika Hana berhenti berjalan dan melihat kearah Kim Jongin pergi. Dia melihat Jongin memasuki toilet yang tak jauh dari lapang basket. Setelah ia melihat Jongin, Hana memutuskan untuk meneruskan langkahnya. Ia sempat terkejut karena murid laki-laki yang ia tebak adalah teman dekat Jongin sedang melihat kearah Hana dengan tatapan yang lekat. Hana merasa sedang diintrogasi melewati tatapan murid laki-laki itu. Walau sedikit tidak nyaman di perhatikan seperti itu, Hana tetap nekat untuk mendekatinya,

“chogiyo (permisi)..” Hana mulai berucap saat ia sudah berdiri tepat dihadapan teman Jongin. Murid laki-laki itu tidak mengatakan apapaun, ia malah sibuk memainkan bola basket ditangannya.

“ng.. ini” Hana menyodorkan surat dengan amplop berwarna pink ke depannya, “bisakah kau berikan ini pada Kim Jongin?” lanjutnya sedikit tidak yakin.

Alih-alih menerima surat itu, murid laki-laki didepannya itu malah balik menatap Hana dan mengacuhkan surat didepannya. Matanya membulat dan kedua alis tebalnya hampir bertemu. “Surat cinta?” gumamnya pelan hampir tidak terdengar.

“yye?” Hana balik bertanya.

“Ini surat cinta untuk Jongin kan?” suara laki-laki itu terdengar lebih jelas, “kenapa kalian sangat tergila-gila pada bocah tengil itu? Bahkan dia tidak pernah sekalipun membaca surat-surat yang diberikan padanya” dia menggeserkan bola basket ditangannya dan sekarang mengapit bola itu dengan lengan kirinya.

“Mwo (apa)?” tanya Hana heran. Murid laki-laki itu hanya mengibas-ngibaskan tangan kanannya, seolah tak ingin membahasnya lebih lanjut “sudahlah, sini berikan padaku, akan kusampaikan padanya, siapa namamu?” tanya murid laki-laki itu menghiraukan pertanyaan Hana sebelumnya.

Hana menyerahkan surat itu padanya,“aku Lee Hana”

“kelas?”

“2B”

“baiklah, Lee Hana dari kelas 2B, suratmu ini akan aku sampaikan pada Jongin, ada lagi yang ingin kau sampaikan padanya?”

Hana sedikit memiringkan kepalannya karena bingung, “katakan saja padanya untuk membaca surat itu” ucapnya singkat. Murid didepannya itu tampak sedikit terkejut. Tapi dia hanya mengangguk-angguk kecil tanda mengerti dengan ucapan Hana.

“kalau begitu, aku pergi dulu” Hana membungkukan kepalanya dan pergi tanpa melihat murid didepannya untuk yang terakhir kalinya.

“Hey, kau!” teriak orang dibelakannya membuat Hana kembali berbalik untuk melihatnya.

“Kau adalah gadis pertama yang langsung memberikan surat cinta pada Jongin, apakah loker bocah tengil itu sudah tak bisa memuat surat cinta lagi?” tanya murid itu sambil tersenyum. Hana hanya berkedip beberapa kali mencerna ucapan murid laki-laki itu.

“Ah, dan aku belum pernah mengatakan ini sebelumnya pada siapapun, tapi namaku Do Kyungsoo” ucapnya lagi sembil tersenyum semakin lebar. Hana hanya mengangguk dan kembali berbalik untuk pergi.

Senyum di wajah Kyungsoo hilang, “bodoh, untuk apa aku beritahu namaku padanya” ia menggaruk pelipisnya yang tak gatal. Bel sekolah pun berbunyi. Jongin kembali menghampiri Kyungsoo yang masih berdiri di sisi lapangan basket. Ia melihat Kyungsoo yang sedang memperhatikan sesuatu.

“Hey, ayo kekelas, bel sudah berbunyi” Jongin menepuk pundak Kyungsoo dan merangkul teman yang tidak lebih tinggi darinya itu. Kyungsoo tidak merespon, ia bahkan tak mengalihkan perhatiannya. Jongin penasaran dengan apa yang sedang dilihat Kyungsoo. Ia mengikuti kemana temannya itu sedang memusatkan perhatian.

“kau lihat apa ha?” Jongin celingukan mencari sesuatu yang mungkin menarik disekitar mereka. Tapi nihil, ia tak melihat apa-apa, kecuali murid yang berlalu lalang kembali kekelas masing-masing.

Kyungsoo mulai sadar dengan kehadiran Jongin disampingnya, “eh, ini ada titipan untukmu” sodornya menyerahkan surat berukuran sedang dengan amplop pink kearah Jongin.

Jongin menerimanya, lalu diselidikinya benda itu “Surat cinta?”. Kyungsoo mengangguk pelan. “Bhahaha, sejak kapan kau jadi kurirku?” Jongin malah tertawa sinis dan disambut oleh jitakan pelan Kyungsoo di kepalanya.

“Ish, bocah tengil ayo kembali kekelas” Kyungsoo melewati Jongin dan berjalan menuju kelas mereka.

“Hya! Kenapa kau memukulku? Surat ini dari siapa?”

---

Keesokan harinya, Hana, Suzy dan Jieun sedang mengobrol santai sambil menghabiskan makan siangnya di kantin sekolah. Suzy sudah ribut dari tadi menebak-nebak bagaimana nasib surat cintanya yang kemarin sudah Hana berikan pada Kyungsoo.

“Bodoh! kenapa aku lupa menyebutkan namaku di surat cintanya?” Suzy berkali-kali memeukuli kepalanya sendiri. Jieun hanya mendelik kesal dengan kelakuan ceroboh Suzy dan kembali melahap telur gulung ke mulutnya.

“Jadi kau tidak menyebutkan namamu?” tanya Hana.

“Nne (iya), aku juga lupa untuk menyuruhmu mengatakannya” Suzy semakin menyesal dan kini ia membenamkan wajahnya di kedua lengannya. Dengan posisi itu, Suzy terlihat sudah siap untuk menangis.

“Harusnya kau cek dulu sebelum meminta Hana menyampaikannya, dasar gadis bodoh!” rutuk Jieun.

“Ah.. molla (aku tidak tahu)!!” Suzy masih bertahan dengan posisinya.

Hana hanya prihatin melihat Suzy seperti itu. Ia memang tidak bisa membantu banyak. Sejauh ini, menyampaikan surat cinta Suzy lah yang bisa dia lakukan. Hana kembali mengingat kejadian kemarin. Sesaat sebelum Jongin pergi ke toilet, laki-laki itu sudah beberapa kali melihat Hana dari kejauhan. Awalanya Hana kira Jongin sengaja pergi ke toilet untuk menghindarinya. Tapi saat ia akan kembali ke kelas dan sudah cukup jauh dari lapangan basket, ia melihat Jongin kembali dari toilet dan menghamipri Kyungsoo lagi. Jadi, ia berpikir bahwa tebakannya itu salah. Hana hanya tersenyum kecil mengingat kejadian kemarin, memang tidak bisa dipungkiri. Jongin adalah murid yang berkarisma. Hana hampir kagum padanya jika tak mengingat teman dekatnya – Suzy sangat tergila-gila padanya. Lalu

“Siapa yang bernama Lee Hana disini?” tiba-tiba terdengar suara anak laki-laki dibelakang mereka. Otomatis ketiga gadis itu mendongkak dan menoleh ke belakang untuk melihat si pemilik suara. Yang pertama kali terkejut dan menutup mulut mereka adalah Jieun dan Suzy. Sedangkan Hana hanya mengedipkan matanya beberapa kali mencoba mengenali anak laki-laki yang sedang berdiri di belakang mereka. Dan dia adalah Kim Jongin. Murid popular yang dikenal dingin dan tak pernah terlihat berbicara dengan siswi manapun sebelumnya.

“Itu aku, kenapa?” tanya Hana sambil terus menatap kearah Jongin. Sebenarnya Hana terkejut, tapi ia tak menunjukan reaksi berlebihan seperti kedua teman disebelahnya.

“Bisa kau ikut aku sebentar? Ada yang ingin aku bicarakan” Jongin berlalu meninggalkan Hana yang masih bingung dengan ucapannya.

Jieun dan Suzy saling meremas tangan masing-masing. “Omo (ya ampun) ottokhae (bagaimana ini)?” Suzy menahan teriakannya. Ia terlihat sangat senang dapat melihat Jongin dengan jarak sedekat itu. Sama halnya dengan Jieun. Walaupun gadis itu tak mengagumi Jongin seperti Suzy, tapi ia juga tak dapat menyembunyikan raut bahagianya, karena Jongin – si ‘top student’ menghampiri mereka bahkan berbicara dengan salah satu diantara mereka bertiga. Berbeda dengan Hana, ia berbalik kearah kedua gadis disebelahnya, “Dia? Memintaku untuk apa?” Hana menunjuk kearah kemana Jongin pergi dengan jempolnya.

“Aku juga tidak yakin, tapi kau ikut dulu saja dengannya, dia ingin membicarakan sesuatu denganmu” Jieun berusaha untuk menjadi yang paling tenang diantara Suzy dan dirinya walaupun sekarang seisi kantin sedang memperhatikan mereka bertiga. Maklum saja, Jongin memang dikenal tidak pernah berbicara dengan siswi manapun. Dan kini tanpa ada angin ataupun hujan, dia meminta seorang siswi untuk ikut dengannya. Hal itu tentu saja mengundang tatapan iri dari semua siswi yang ada dikantin. Hana hanya menbuang nafas pendek dan kini berdiri untuk menyusul Jongin. Ia berjalan melewati beberapa meja dan melihat semua gadis sedang berbisik-bisik membicarakannya. Hana hanya bisa berpura-pura tak melihat semua kejadian itu.

Setelah membuat kegaduhan di kantin, Jongin ternyata membawa Hana ke gedung belakang sekolah. Ternyata ia tahu bahwa itu adalah satu-satunya tempat yang paling aman agar mereka tidak diganggu oleh murid lain yang ingin menguping pembicaraan mereka. Jongin berjalan terus memunggungi Hana dan Hana hanya mengikutinya dari belakang. Saat mereka sudah sampai di ujung jalan, Jongin membalikan badannya. Mereka hanya terpisah beberapa jarak saja. Dan itu adalah pertama kalinya untuk mereka saling berhadapan satu sama lain.

Jongin tidak langsung bicara. Ia mengamati Hana dari atas sampai bawah dengan seksama. Jongin yakin ia baru melihat Hana setelah Kyungsoo menunujukannya di kantin tadi. Mungkin, Hana adalah murid baru, tebaknya dalam hati.

“Apa yang ingin kau bicarakan?” tanya Hana memecah keheningan setelah ia merasa tidak nyaman dengan tatapan Jongin yang menyelidikinya. Jongin tersenyum sinis mendengar pertanyaan Hana. Seingatnya, gadis-gadis yang mengirimkan surat padanya bahkan tak berani mengucapkan sepatah katapun saat berhadapan dengannya. Tapi Hana, bahkan gadis ini tidak takut untuk beratatapan langsung dengan Jongin.

“kau yang menitipkan surat kemarin pada Kyungsoo?” tanya Jongin tenang. Hana mengangguk membenarkan.

“Kau sudah membacanya?” tanya Hana. Kali ini giliran Jongin yang mengangguk.

“Kau yakin dengan apa yang ditulis disurat?” Jongin memasukan tangannya ke saku celananya dan kini berdiri dengan sikap yang lebih nyaman. Hana mengernyit bingung, ia memang tidak tahu pasti dengan apa yang ditulis Suzy disuratnya untuk Jongin. Tapi apapun itu, Hana percaya bahwa Suzy yakin terhadap perasaanya untuk Jongin.

“Nne (iya)” jawab Hana singkat. Ia tak berniat untuk menanyakan apa yang tertulis dalam surat itu.

Jongin mengangguk-angguk kecil, “kalau begitu, jawabanku adalah iya” kali ini ia berkata sambil menarik ujung bibir sebelah kanannya. Hana tidak yakin dengan arti senyuman itu. Tapi ia merasa Jongin seperti sedang merencanakan sesuatu. Melihat Hana yang diam tak merespon, Jongin membuka mulutnya siap untuk berbicara lagi.

“Otte (bagaimana)? Jo-a (kau senang)?” kali ini Jongin melipat kedua tangannya didepan dada.

“mwo (apa)?” Hana semakin bingung dengan ucapan Jongin. Senang? Untuk hal apa ia harus merasa senang? Hana bertanya-tanya dalam hatinya.

Jongin hanya tertawa tak percaya sambil melihat ketanah dan menginjak sesuatu dengan sepatunya berkali-kali. Ia lalu mendongkak dan kembali menatap Hana yang masih kebingungan.

“Neo (kau)..” Jongin mulai berjalan kearah Hana memperdekat jarak diantara mereka.

Hana mundur karena mulai takut dengan tindakan Jongin. Ia terus menjaga jarak diantara mereka, sementara Jongin malah terus berjalan kearahnya.

“a-apa yang kau lakukan?” tanya Hana berusaha bersikap tidak panik. Tanpa ia sadari, kali ini tubuhnya sudah menempel di dinding, dan tentu saja posisi ini tidak menguntungkan baginya.

Jongin terus mendekat hingga jarak diantara mereka hanya tinggal beberapa kaki saja. Hana dapat merasakan aroma parfum yang dipakai Jongin. Hana terus menatap mata Jongin yang tak melepaskan pandangannya. Ia bisa merasakan bahwa jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Ia memang tak pernah bertatapan selama dan sedekat ini dengan laki-laki manapun. Hana merasa wajahnya menjadi panas dan ia berusaha untuk mengatur nafasnya dengan benar. Jongin tersenyum dengan santai melihat Hana seperti itu. Gila! batin Hana. Dengan keadaan seperti ini, Jongin masih bisa tersenyum? Dalam otaknya Hana sudah ingin menampar Jongin karena mendesaknya seperti ini. Tapi demi apapun yang ada di dunia ini, saat ini Hana bahkan tak bisa menggerakan jarinya.

“Mana handphone mu?” tanya Jongin sambil mengulurkan tangannya. Hana masih diam.

“Untuk apa?” Hanya itu yang bisa Hana katakan.

Tanpa izin dari Hana, Jongin langsung merogoh saku jas sekolahnya. Ternyata insting nya benar, gadis itu menyimpan benda itu disana. Jika tebakanya salah, Jongin tidak berniat untuk mencarinya di daerah lain. Untung saja, dia benar.

“Hya!” Hana hanya bisa berteriak. Jongin menatapnya sebentar lalu sibuk memencet beberapa tombol di handphone Hana. Setelah itu ia menempelkan benda itu ketelinganya dan tak lama, handphone di saku Jongin bergetar.

“cha~ aku sudah mendapatkan nomormu, aku akan menghubungimu untuk memberitahukan tempatnya” Jongin lalu memberikan handphone itu pada Hana.

Hana sudah kehabisan kata-kata bahkan untuk sekedar menanyakan maksud pembicaraan Jongin yang dari awal tidak dimengerti olehnya.

Jongin sudah siap untuk pergi, lalu ia menghentikan langkahnya, “geunde (tapi), bisakah kau bersikap lebih manis dan tak menunjukan wajah angkuhmu itu? Ck.. aku tak suka melihatnya” Jongin mengatakannya dengan senyum sinis, lalu dia benar-benar berlalu meninggalkan Hana.

Setelah mengumpulkan kesadarannya sepenuhnya, Hana langsung berlari kearah kelasnya dan segera mencari Suzy.

Ia melihat Suzy dan Jieun yang tampak cemas menunggu di bangku Hana. Hana langsung mendekat kearah mereka.

“Suzy!” Hana berdiri tepat di depan kedua gadis itu.

“Hana!” ucap Jieun dan Suzy kompak. Mereka tampak sedikit lega setelah melihat Hana baik-baik saja.

“neo gwencahana? (kau baik-baik saja)?” tanya Suzy masih tampak cemas.

Hana hanya menggeleng pelan, “kau.. apa yang kau tulis di suratmu kemarin?” tanya Hana mengacuhkan pertanyaan Suzy.

“eh?” Suzy tampak tidak yakin dengan apa yang ditanyakan Hana.

“apa?!” tanya Hana semakin mendesak.

“eh.. itu.. ng.. aku menulis, ‘Kim Jongin, aku menyukaimu. Jadi, apakah kau ingin berkencan denganku?” Suzy berusaha mengucapkan apa yang ia tulis dengan benar.

“MWO?!” teriak Hana membuat Suzy dan Jieun terkejut.

 

-to be continued- 

 

Akhirnya FF ini dipublish juga di asianfanfiction. Semoga Jongin shippers menyukainya. Untuk chapter selanjutnya akan dipublish setelah melihat reaksi dan komentar para readers. So, jangan ragu untuk memberikan saran/kritik dan support kalian, karena beberapa kata dari kalian bisa jadi penyemangat untuku melanjutkan FF ini. Love-ya

 

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet