Part 1 : I Know

Fake Love

AUTHOR POV

Lee Seunghoon berlari cepat sebelum gerbang Seoul National High School ditutup. Untunglah kaki kirinya masih sempat menginjakkan daerah itu, walau kaki kirinya hampir saja terjepit. Security hanya melihatnya jengkel, sementara Seunghoon tersenyum tak bersalah.

 

Ia berjalan cepat menuju kelasnya, lalu, ia bertemu Song Mino, teman karibnya, saat melewati lorong lantai 3.

 

“Terlambat lagi?” Cibir Mino. Seunghoon hanya tersenyum malu, sementara Mino menggelengkan kepalanya. Mereka berjalan bersama menuju kelas.

 

Kelas sedang bising saat itu. Kim seosaengnim, guru sekaligus wali kelas mereka yang akan mengajar hari itu, belum datang. Anak-anak perempuan bergosip ria, merapikan rambut, berkaca, dan membicarakan cowo-cowo kebanggaan sekolah, sementara anak laki-laki ribut sekali menjahili satu dengan yang lain.

 

Seunghoon duduk di baris ke-3 bangku ke 4, bersama Kang Seungyoon, teman satu gengnya. Di belakangnya, Mino duduk dengan Nam Taehyun. Sementara itu, di sebelah Taehyun, ada Kim Jinwoo, teman segengnya pula, salah satu cowo yang paling famous seantero sekolah.

 

“Tumben sekali Kim Seosaengnim belum datang.” Ucap Seunghoon sembari menaruh tasnya.

“Entah, mungkin dia sedang sakit.” Timpal Taehyun. Ia sedang fokus dengan iPhonenya.

“Mungkin, dia sedang mengurusi anak baru.” Sela Seungyoon enteng.

“Anak baru? Cewe apa cowo? Siapa” Tanya Mino penasaran. Ia memang paling bersemangat kalau ada orang baru dikelas. Kalau cewe, pasti bakal jadi gebetan baru. Kalau cowo, pasti bakal diajak masuk ke geng mereka ini.

“Katanya sih cewe. ” Ucap Seungyoon sambil memancing (?) Mino. Seungyoon tau persis isi otak teman se-gengnya ini.

Mino mulai berbinar-binar, membayangkan ia bisa menggaet keduanya berjalan bersama. Sungguh suatu kebanggaan seorang cowok.

“Tapi kau tak boleh terlalu senang, Mino,” timpal seungyoon lagi, sambil menunjukkan smirknya. Baru saja mau mengelak,

“Ha, pasukanmu kalah lagi Mino. Kau memang payah.” Sela Taehyun enteng. Ia baru saja mengalahkan pasukan Mino, karena ia tidak fokus daritadi. Mino menjadi putus asa. Baru saja mau mengumpat Taehyun, Kim seosaengnim masuk diikuti 2 orang perempuan. Yang satu lebih tinggi, dan lebih sipit. Sementara yang satu lagi lebih pendek namun matanya tidak terlalu sipit.

 

“Anak-anak, mulai hari ini, kita kedatangan 2 murid baru. Silahkan memperkenalkan diri.” Ucap Kim seosaengnim mempersilakan.

Anyeonghaseyo, Kang Seulgi imnida.” Ujar yang tinggi-sipit.

Anyeonghaseyo, Kang Irene imnida.” Ujar yang satu lagi. Anak-anak bertepuk tangan, tak terkecuali 5 sekawan itu. Apalagi Mino yang paling semangat.

 

“Mereka sama sekali tidak mirip.” Ujar Seunghoon.

“Aku bahkan sulit membedakannya, dan kau bilang mereka tidak mirip?” Timpal Taehyun.

“Sayangnya mereka satu marga denganku,” ucap Seungyoon kecewa.  Mereka langsung memukuli Seungyoon yang pasti sudah ngeceng salah satu dari mereka.

 

 Selesai memperkenalkan diri, mereka duduk ke 2 kursi kosong yang terletak sangat berjauhan. Seulgi, duduk di sebelah Lee Taemin, si ketua kelas. Seulgi tersenyum manis, dan duduk sangat dekat dengan Taemin. Bahkan Mino bisa melihat mereka berpegangan tangan di bawah bangku.

 

“Aku berani taruhan mereka berpacaran,” Ucap Seunghoon kepada Seungyoon. Hal ini membuat Seungyoon makin panas saja. “Gak perlu taruhan pun aku sudah jamin.” Timpal seungyoon ketus. Senghoon langsung menyimpulkan bahwa Seungyoon memang menyukai Seulgi.

 

Sementara itu, Irene duduk di bangku paling pojok, di belakang pula. Ia duduk di sebelah Jinwoo. Irene masih ragu untuk duduk, sampai akhirnya Jinwoo mempersilahkan Irene duduk disebelahnya.

 

“Gak usah takut. Saya gak gigit kok.” Ucap Jinwoo ramah. Irene pun tersenyum, lalu duduk disebelahnya.

 

*FAKE LOVE*

 

IRENE POV

 

Hari ini, Aku dan Seulgi resmi pindah dari Busan. Lebih tepatnya, resmi di sekolah baru sih. Pelajaran sebenarnya tidak sulit, aku sudah mempelajarinya kemarin sewaktu di Busan. Namun yang sulit, adalah,

 

-Flasback ON-

 

“Irene-ah! Cepat ke sini!” Ujar Taemin kepadaku. Ia mengajakku ke rumah pohon lagi. Dan ini untuk yang terakhir kalinya. Besok Taemin sudah pergi ke Seoul untuk melanjutkan sekolah. Sementara aku, disini, di Busan. Aku hanya perlu bersabar 4 tahun. Ya, 4 tahun, dan kami berjanji akan 1 kampus di Seoul National University.

 

Aku naik ke rumah pohon, dan duduk di salah satu dahan yang lebar. Mengayunkan kakiku, sementara Taemin masuk ke dalam untuk mengambil sesuatu. 10 menit kemudian, barulah Taemin keluar dan duduk di sebelahku.

 

“Yak! Kau lama sekali hanya untuk mengambil kotak kecil itu!” Ucapku sewot.

“Aku menyimpannya dengan baik! Maka itu sulit untuk mengambilnya kembali!” Balas Taemin. Aku penasaran apa isi kotak itu. Taemin membuka gembok yang mengunci kotak itu, lalu terbukalah. Disana ada banyak sekali foto-foto. Sejak jaman aku dan Taemin berteman sejak kecil. Kami sangat karib. Bahkan, aku merasa lebih dari itu. Aku merasa,

 

 

Taemin mengeluarkan sebagian foto-foto itu. Lalu, nampaklah sepucuk kertas. Taemin memberikan kertas itu padaku.

 

“Apa ini?” Ujarku bingung.

“Bukalah.” Balas Taemin enteng. Disana tertulis, ‘Thanks to be my bestfriend. You’re the best  bestfriend in this world.’ Sontak aku senang sekali membaca isi surat itu, bahkan pipiku memerah karenanya. Aku menunduk malu, dan menjawab simpul “You’re welcome.” Taemin hanya tersenyum mendengar jawaban itu.

 

Aku mengantongi surat itu, dan sontak menemukan amplop merah hati di kotak foto tadi.

 

“Amplop apa itu?” Tanyaku heran.

“Ahh, bukan apa-apa.” Jawab Taemin gelagapan, dan segera menutup kotak itu.

 

=BESOKNYA=

 

Aku, Seulgi, dan kedua orangtuaku, membantu membereskan pindahan Taemin ke Seoul. Setelah semua beres, berangkatlah mereka. Namun sebelumnya, Taemin mendekati Seulgi, dan memberikannya amplop merah yang kemarin aku temukan di kotak foto. Barulah, Taemin benar-benar pergi.

 

-Flasback OFF-

 

Sontak aku meneteskan airmata.  Untunglah sekarang aku sedang berada di toilet. Jujur, aku masih sakit hati dengan apa yang dulu terjadi. 13 tahun aku dan Taemin berteman, kukira apa yang kami rasakan sama. Namun, ia hanya menganggapku teman. bukan, ia menganggapku sahabat. Namun Seulgi, bahkan yang tidak terlalu dekat, bahkan Seulgi mengaku tidak menyukai cowok secantik Taemin, justru menjadi kekasihnya. 2 tahun mereka LDR, sampai akhirnya eomma mengabulkan rengekan Seulgi untuk pindah ke Seoul. Selama ini, aku menyukai Taemin. Namun, Taemin menyukai saudaraku sendiri.

 

/Bug bug bug/ “Hey! Siapa sih yang di toilet! Lama banget!” suara anak lain menggedor pintu toilet tempatku berada. Sontak aku berdiri dan menghapus airmataku, lalu keluar dari toilet itu. Dan dihadapanku berdiri, Kim Jiyeon. Atau biasa dipanggil Kei. Teman satu geng Seulgi yang baru.

 

“Hey, kau kira ini toilet milikmu! Lama banget sih di toilet saja!” Bentaknya.

“Jangan-jangan, dia menguping semua yang kita omongin tadi,” ujar anak yang lain, kalau tidak salah namanya Joy. Wajahnya seolah terkejut-saat-menemukan-seorang-pelaku.

“Hei,  anak baru sudah berani nguping rupanya.” Ucap Seulgi.

“Kau sendiri anak baru, bodoh!” Umpatku pada Seulgi. Joy perlahan menarik kerahku keatas. Leherku mulai terasa sesak.

“Beraninya kau mengumpat kekasih seorang ketua kelas paling terkenal se-antero sekolah, heuh?” Ejek Seulgi meremehkan.

“Aku masih sahabatnya. Ingatlah hal itu.” Balasku tak mau kalah. Joy makin menaikkan tangannya, kakiku mulai gelagapan menginjak tanah. Persetan tubuh pendek ini!

 

“AKAN KUBUAT DIA MELUPAKANMU!” Bentak Seulgi. Matanya melotot dan suaranya melengking. Setelah menarik napas panjang, ia mulai berbicara dengan manis lagi. “Aku sedang malas berurusan denganmu, Irene. Girls, urus dia.” Ucap Seulgi. Anak-anak yang lain hanya mengangguk, lalu Seulgi pergi dari toilet itu.

 

“Kita apakan dia?” Tanya Joy sembari mengeluarkan smirknya.

“Pastikan Seulgi puas dengan hukuman itu.” Timpal Kei, lalu ia mengeluarkan hairchalknya.

“Heum, aku punya ide.” Ujar anak yang dari tadi belum bicara, ia hanya mengikuti Seulgi kemanapun, macam anjing penjaga.

“Oh iya, kita belum kenalan. Kenalkan aku, Son Wendy. Senang bertemu denganmu, Bae Irene.” Ucapnya mengejek. Dia sudah tahu kami bukan saudara.

 

Wendy lalu mengeluarkan lipsticknya, lalu memoleskannya ke seluruh wajahku. Saat aku mau berteriak, Kei menutup mulutku dengan tangan kirinya, dan tangan kanannya memainkan hairchalknya dirambutku.

 

Beres merusak penampilanku, mereka tertawa puas, sementara aku masih tersengal berusaha bernapas. Belum selesai oksigen kuhirup, Joy menjambakku danm menyeretku ke salah satu toilet, lalu hendak mencelupkan kepalaku ke kloset,

 

“Kalian berhentilah, sebelum kulaporkan ke komite sekolah.”

 

TBC~

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet