01. Final

Dream

Dream

By : D_Noviangyus

 

Main Cast:

Nam Woohyun & Park Chorong

Other Cast:

 

Happy Reading ^^,


Semburat oranye telah menerpa sekitaran kamar Woohyun. Cahayanya terlihat menyilau. Seolah meminta Woohyun untuk ditemui. Sontak ia melangkah menuju balkon dan menikmati senja yang baru saja menyapa.

Mata tajamnya memperhatikan satu kamar tak jauh dari kamarnya. Berseberangan darinya dengan korden tak tertutup sempurna. Angin seakan mengerti pikiran Woohyun membantunya untuk mampu leluasa memandang apa yang ada di dalamnya.

Seorang gadis tengah berkutat dengan beberapa barang-barang. Wajah cantiknya terlihat alami dengan rambut diikat sekenanya. Tampaknya ia kelelahan memindah perabotan kamar. Ah, Woohyun ingat. Gadis itu sempat mengatakan kalau ia akan menata ulang kamar kesayangannya.

“Chorong- ah !!” Woohyun mengalah untuk memanggil namanya setelah beberapa menit memperhatikan tak mendapatkan tanggapan balik.

Gadis itu mendongak dan keluar menuju balkon. “Wae ?”

“Kau sedang apa ?”

“Menata ulang kamarku. Apa kau mau membantuku ?” permintaan Chorong terdengar penuh harap. Ia bahkan menatap Woohyun dengan ekspresi memohon.

Woohyun mengangguk. “Aku akan kesana.” Namun belum sempat ia berbalik, Chorong berseru kembali.

Ah aku lupa !! Bukankah kau harus latihan sepak bola ?”

Ng ??” Woohyun melirik jam yang menggantung bersebelahan dengan kalender. “Ah, kau benar. Maaf yahh Chorong- ie, aku tidak bisa membantumu.” Tukas Woohyun bersalah.

Dapat Woohyun tangkap sebuah senyum manis merekah dari bibir tipis Chorong. Ia mengangguk. “Latihan yang giat Hyun- ie !!” serunya kemudian.

Woohyun tersenyum mendengar teriakan Chorong. Setiap sore saat akan latihan ia selalu mendengar seruan itu. Penyemangat yang selalu membakar emosinya untuk giat berlatih demi cita-citanya.

Gadis itu adalah tetangganya juga sahabat sejak kecil. Namun ada sesuatu yang rupanya mendesak di dalam diri Woohyun. Entah sejak kapan, rasa yang lebih itu tumbuh di hati Woohyun. Ia tak yakin dan sempat ragu. Meskipun ia tahu hal itu merupakan sesuatu yang lumrah terjadi mengingat keduanya memiliki intensitas bertemu yang tinggi. Tetapi, untuk mengakui bahwa ia ‘mulai menyukai dan jatuh cinta’ kepada Chorong sebisa mungkin ia tepis jauh-jauh.

Keduanya telah terjerembab dalam wilayah ‘friendzone’ yang akan sulit untuk keluar. Jika salah satu tak berupaya keluar dan mengakhiri semua. Tapi, kembali lagi. Woohyun tak menginginkan dengan pengakuan yang ia lakukan akan membuat semuanya runyam dan berakhir kekecewaan. Pemuda tampan itu masih belum siap untuk semua itu. Sebatas teman cukup baginya daripada harus berpisah jauh dari Chorong.

Walaupun sebenarnya hal itu bisa saja tak terjadi jika Chorong juga menyukainya. Tapi... Woohyun tak mengetahui itu.

∞∞∞

Bel tanda istirahat telah berdering beberapa saat yang lalu. Chorong masih bergelut dengan tulisan-tulisan itu. Dua kali tak mengikuti pelajaran Kim Seonsaengnim merupakan hal buruk baginya yang harus menyalin catatan dari Yo Ara.

“Chorong- ah !! Kau tidak makan siang ?” Ara beranjak dari duduknya dan menatap sebentar Chorong.

Gadis itu mendongak lalu menggeleng kecil. “Masih banyak yang harus aku salin. Tolong belikan aku banana milk saja.” Sahutnya seraya mengulurkan beberapa lembar uang kepada Ara.

“Baiklah. Yang kuat yaa..” candanya lalu meninggalkan Chorong.

Sementara Chorong hanya berdecak kesal. Setelahnya ia meneruskan kembali kegiatan yang sempat tertunda. Cukup lama hingga sebuah suara dari pertemuan antara lantai dan kursi kayu itu mendengung pendengarannya. Sontak ia mendongak.

Pemuda tampan dengan cengiran khas terpampang jelas di wajahnya. Ia tak luapa meletakkan satu kotak banana milk di hadapan Chorong.

“Kau pasti melewatkan makan siangmu lagi. Apa begitu banyak tugas ?” tanyanya seraya memperhatikan buku yang tengah dibaca Chorong.

“Woohyun.. Ada apa ?”

Sekilas Woohyun tersenyum tipis. “Apa sepulang sekolah kau ada kegiatan ?”

“Sepulang sekolah ?? Aku ikut club musik. Kenapa ?”

Yahh...” raut muka Woohyun berubah kecewa. “Nanti sepulang sekolah aku akan ikut seleksi pemain sepak bola yang pernah aku ceritakan kepadamu.”

Mata cantik Chorong melebar dengan tatapan tak percaya. Bahkan mulutnya ikut terbuka. “Kau ? Seleksi yang diadakan klub Arsenal ?? Kenapa kau tak bilang jauh-jauh hari kalau itu diadakan hari ini..” Suara Chorong melemah.

Woohyun hanya terkekeh pelan seakan ia puas mengerjai gadis cantik itu. Keduanya sangat dekat hingga perihal apapun yang akan dilakukan mereka biasanya akan sangat terbuka mereka ungkap. Hampir tak ada yang disembunyikan. Kecuali perasaan masing-masing. Namun kali ini Woohyun sengaja tak memberitahu lebih dulu. Ia ingin memberikan kejutan kepada Chorong.

Chorong menutup bukunya. “Aku akan bilang kepada Sungkyu sunbaenim tidak ikut club musik hari ini. Aku akan menemanimu nanti.” ujar Chorong disertai lengkungan cantik dari bibir juga kedua matanya.

Setiap kali lensa kelam Woohyun menangkap lengkungan itu, hatinya selalu tergores menimbulkan sensasi aneh di perutnya. Jantungnya berdegup tak karuan. Seluruh nadi yang mengalirkan darah rasanya ikut menggelitik dirinya untuk segera sadar dari tatapan yang sempat membuat Chorong melongo melihatnya.

“Woohyun !!” seru Chorong heran dengan kediaman tiba-tiba Woohyun.

Ng ??” Woohyun terkesiap. “Ah.. Gomawoyo my best friend. Kau selalu saja ada untukku.” Tangan Woohyun bergerak cepat mencubit pipi Chorong dengan gemas. Setelahnya ia mengusap-usap puncak kepala Chorong.

“Aku akan kembali dulu.” pamitnya. Detik berikutnya ia menghilang dari pandangan Chorong.

Kepergian Woohyun sekejap membuat dada Chorong mencelos. Bukan karena ia menjadi kesepian sendiri. Melainkan akibat perkataan yang sempat terlontar dari bibir Woohyun. My Best Friend. Sering bahkan setiap kali bertemu Woohyun selalu mengucapkan itu. Padahal terbesit harapan di dalam diri Chorong agar status itu berubah.

Memang, pertemanan yang terlanjur lama seolah mengikat mereka untuk tak bergeming dari status itu. Rasa yang tumbuh seolah hanya hiasan dalam kehidupan Chorong tanpa ada keinginan untuk merubahnya. Bukankah menjadi sepasang kekasih adalah hal yang terindah ?

∞∞∞

Riuh rendah suara segerombol manusia yang memenuhi lapangan itu terasa berdengung di telinga Chorong. Seperti yang ia janjikan, saat ini Chorong berada di sebuah lapangan yang hanya ada satu di daerah itu. Mengingat kedua bocah ini tinggal di pegunungan yang jauh dari gemerlap kota.

Dengan tangan membawa kamera, Chorong memperhatikan pemuda yang mengenakan kaos Arsenal merah berlarian di lapangan sana. Tampaknya Woohyun sedang melatih tubuhnya agar lebih lemas lagi nanti. Sekilas ia melirik jam yang melingkari tangannya. Senyumnya mengembang cantik. Lima belas menit lagi seleksi akan dimulai.

Tepat lima belas menit kemudian pemuda-pemuda yang akan ikut seleksi dibagi menjadi dua tim dan mereka saling bertanding. Siapa yang bermain baik dan cantik akan mendapatkan kesempatan belajar di Inggris.

Energinya cukup banyak untuk meneriaki nama Woohyun kala pemuda tampan itu menggiring bola hingga ke garis pertahanan lawan. Namun kembali menghela nafas ketika bola itu hanya membentur gawang ataupun pemain belakang lawan. Walaupun begitu Chorong masih terus menyerukan nama Woohyun dengan keras.

“Ayoo Woohyuuuunn.... giring bolanya... Ayo tembak sekarang tembak....” Pekik Chorong dengan semangat. Hingga satu teriakan menggema bersama dengan yang lain ketika bola yang ditendang Woohyun membentur lengan pemain sayap lawan di kotak terlarang.

“Ayoo Woohyuuunn.. Kosentrasi !! Kau pasti bisa..” Teriakan Chorong seolah tak pernah dipengaruhi oleh kekuatan dirinya. Teriakan itu semakin lama semakin meninggi.

Entah karena teriakan itu terdengar gendang telinga Woohyun atau Woohyun memang sengaja melakukan itu. Sebelum ia menendang bola karena pinalti, lebih dulu ia melihat ke arah Chorong. Tangannya mengepal ke atas disertai senyum lebar mengulas manis. Chorong ikut  tersenyum manis dan memberikan flying kiss.

Setelah itu Woohyun berkosentrasi penuh. Sejenak ia memejamkan mata dan menghirup nafas dalam kemudian menghembuskan pelan. Sorot matanya tajam menatap sang penjaga gawang. Dengan bibir sedikit berdo’a ia mengayunkan kakinya. Dan....

Gooaaallllllllll........” Seru Chorong berbaur dengan jeritan para penonton lainnya. Chorong tersenyum senang ketika Woohyun memberikan love sign untuknya.

Tak lama kemudian, Woohyun memberikan beberapa umpan untuk Minho –teman satu timnya-. Beberapa kali mendapatkan umpan dari Woohyun akhirnya Minho mampu menciptakan goal indah. Kesempatan rupanya juga menghampiri Woohyun. Satu assist diterima dari Hoya untuk menambah koleksi goal timnya.

Woohyun menggiring bola sejenak sebelum ia melesatkannya. Ia menggoda Luhan agar menjauh dari gawang. Benar saja, pemuda itu sedikit menarik diri. Kali ini tak disia-siakan Woohyun.

Satu tembakan keras dilesatkan oleh Woohyun dan berakhir...

Goaallllll....” Seru Chorong kegirangan. Bahkan ia juga terlonjak senang dan membalas love sign yang diberikan Woohyun.

Hati Chorong sangat senang sekali hari ini. Seleksi yang dijalani Woohyun berjalan lancar. Tim Woohyun menang telak 4-0. Ia berharap semoga dengan ini akan membawa Woohyun mencapai mimpinya sebagai seorang pemain sepak bola profesional. Meskipun pada akhirnya nanti ia akan berpisah dengan Woohyun.

“Minumlah.. Atau kau ingin makan ?” tawar Chorong setelah Woohyun berganti pakaian dan menghampirinya di tempat penonton. Nyaris lapangan itu menyepi kembali.

Woohyun menghembuskan nafasnya secara kasar. Ia merebahkan dirinya di pundak Chorong. “Ijinkan aku istirahat di pundakmu.”

Eum, atur kembali nafasmu Woohyun. Kau sangat hebat hari ini.” Tangan Chorong menyingkirkan poni Woohyun yang menutupi wajah tampannya. Ia menyukai posisi ini, aroma tubuh Woohyun yang didominasi oleh keringat terasa menenangkan. Sangat manly bagi Chorong.

Beberapa menit berlalu Woohyun menarik kepalanya. Ia menatap dalam wajah Chorong yang entah mengapa terlihat sangat cantik di matanya. Senyum manis melengkung dari bibir tebal itu. Untuk sesaat, Chorong tak mengalihkan pandangannya meskipun tanda-tanda telah mengganggu kosentrasinya. Degup jantung juga desiran yang menggoda dari nadinya.

“Kapan pengumuman seleksi ??”

Woohyun meneguk pelan minumnya. “Besok. Siapa yang terpilih akan ditelpon oleh penyelenggara. Semoga aku menjadi salah satunya.” Sahut Woohyun.

“Berapa banyak yang diambil ??” Tangan Chorong mengusap keringat Woohyun yang masih menetes.

“Setahuku tiga anak.”

Mata cantik Chorong terbelalak sedikit besar. “Tiga ? Hanya tiga ? Waahh, tidak sebanding dengan pesertanya.” Keluh Chorong.

“Hahahaha, itu cukup banyak untuk ukuran anak pedesaan seperti kita.”

Ahhh, aku tidak tahu menahu tentang hal itu. Semoga kau termasuk salah satu diantara ketiga anak itu.”

Keduanya meneruskan perbincangan mereka sampai rasa lelah menghilang dari diri Woohyun. Bahkan hingga mentari nyaris menghilang dari balik cakrawala. Keduanya larut dalam candaan dan kegreasean yang biasa diberikan Woohyun kepada Chorong.

Dalam hati Woohyun sangat berharap moment seperti ini bukan hanya sebatas pertemanan melainkan sebagai sepasang kekasih. Berulang kali ia mencoba melirik wajah Chorong yang terkadang bersemu merah akibat kata-katanya. Sedikit merasa bahwa Chorong ada rasa untuknya. Apakah mungkin ?

Begitu juga dengan Chorong, gadis itu berharap bahwa pemuda yang berada di sebelahnya ini bukanlah seorang sahabat. Ia ingin Woohyun adalah kekasihnya. Andai saja ia memiliki keberanian untuk mengatakan, pasti ia akan segera mengatakannya. Ah, ia ingat. Ada waktu dimana ia akan mengungkap semua.

∞∞∞

Ini masih siang, bel pulang sekolah juga baru saja berdering. Chorong dengan sangat sabar menunggu kehadiran pemuda tampan itu. Mereka memang tak sekelas sejak naik tingkat dua. Sedikit memainkan blazzernya, Chorong melirik penuh harap gerombolan siswa laki-laki yang berjalan kearahnya.

Hanya butuh waktu lima detik senyum manisnya melengkung. Mata cantiknya telah menangkap sosok yang ditunggunya.

“Apa kau menunggu lama ?” Woohyun mendekati Chorong lalu membenarkan letak tasnya.

Chorong menggeleng. “Baru saja. Kajja, nanti keburu sore.” Tak mau mendengar protesan Woohyun, Chorong segera menarik tangan pemuda itu dengan antusias. Ada sesuatu yang telah ia siapkan untuk Woohyun.

Woohyun menurut saja ketika tangannya ditarik oleh Chorong. Pertanyaan yang nyaris sama setiap kali dilontarkan tak mendapatkan jawaban yang memuaskan dari Chorong. Gadis cantik itu hanya tersenyum. Senyumannya membuat Woohyun mengunci kembali bibirnya.

Pandangannya mengedar pada tumbuhan teh yang berjejer di lereng gunug. Mereka memang tinggal di pegunungan. Tak heran jika setiap hari jalan yang ia lewati selalu saja pohon teh ataupun tembakau. Apalagi musim semi seperti ini.

Berulang kali juga kepala keduanya menunduk kepada orang-orang yang tengah memanen daun-daunan itu. Mereka melambai dan meneriakan nama mereka apabila mereka saling mengenal. Sampai Woohyun tertegun sejenak saat Chorong menghentikan langkah dan menatap aneh jalanan menuju hutan.

“Kenapa kita kesini ?”

Alih-alih menjawab, Chorong berjalan kesisi sebelah jalan menuju hutan. Sisi itu tampak ada lapang yang cukup luas dengan tumbuhan ilalang di sekitarnya. Woohyun mengerutkan keningnya. Masih, ia tak paham dengan apa yang ada di pikiran gadis itu.

Sisi yang diambil Chorong merupakan tempat yang sangat jarang mereka kunjungi. Lapangan luas itu bekas tempat bermain yang saat ini tak pernah lagi dijamah. Mungkin hanya beberapa anak-anak sekolah dasar yang memanfaatkannya, atau bagi mereka yang ingin membolos dari kejamnya guru mereka. Woohyun tak lagi kesana semenjak ia sibuk latihan bola. Cukup dibuat terpukau dengan apa yang ada di hadapannya saat ini.

Sebuah rumah terpampang di salah satu pohon besar, bisa dibilang rumah pohon. Sejenak Woohyun tercengang juga tertegun dengan keberadaan rumah itu. Sejak kapan ada rumah disana ? Seingatnya tidak ada yang membangun itu. Bukan hanya itu saja, di sebelah rumah terdapat satu ring basket juga sebuah taman kecil penuh bunga-bunga. Woohyun hanya bisa memandang penuh tanya dan rasa tak percaya.

Sementara Chorong, gadis itu lebih dulu berdiri di bawah pohon tepat sebelah tangga yang bisa membawa mereka naik ke rumah tersebut. Gadis cantik bersurai hitam panjang itu melambaikan tangannya pada Woohyun yang masih membatu di tepi lapang.

“Kemarilah Woohyun- ah­ ..” Seru Chorong tak sabaran. Ia berlari kembali ke arah Woohyun kala sosok itu menyakini Woohyun tak akan bergerak cepat.

Pipinya menggembung lucu dengan ekspresi kesal. “Kajja Woohyun –ie..” Seret Chorong kemudian.

Pemuda tampan itu masih berkutat dengan pertanyaan yang bergelayut manja di pikirannya. Belum ada jawaban yang bisa memuaskan hatinya sampai saat ini. Bahkan ketika ia menaiki satu persatu tangga itu, pertanyaan yang muncul semakin bertambah.

“Kenapa kau membawaku kemari ? Lalu ini punya siapa ?” Woohyun mengayunkan kakinya di sisi rumah pohon menghadap hamparan tanaman teh yang membentang.

Chorong tersenyum manis. “Ini punyaku. Appa membuatku satu bulan yang lalu. Semenjak kau sibuk dengan latihanmu, aku sering menghabiskan waktu disini. Berlatih basket sendirian.” Sahut Chorong.

“Kau ? Berlatih basket ? Hahahahaha...”

Yaa !! Kenapa kau malah menertawaiku huh ??”

“Maaf-maaf .. Aku mendengar kau berlatih basket itu rasanyaa~. Lalu kenapa kau baru membawaku kemari ??” kerutan di dahi Woohyun semakin jelas.

Chorong menghela nafas pelan. “Karena hari ini kau tidak sibuk latihan. Ah, iya !! Bagimana dengan seleksimu ? Apa kau lolos ?”

Untuk sesaat Woohyun memberikan kesempatan bagi angin yang berhembus lirih membelai kasar wajahnya, ia menengadah dengan sorot mata memperhatikan setiap lekuk langit yang meluas di atas sana. Hembusan nafasnya terdengar pasrah dan terkesan tak ada semangat. Lalu ia mengangkat kembali kaki dan menyilakannya kemudian.

“Bagaimana ?” Chorong penasaran dengan hasil dari seleksi yang diikuti Woohyun kemarin sore.

Woohyun menggeleng pelan. Air muka itu jelas mengatakan hal yang tak baik-baik saja. “Aku tidak tahu.” Gumamnya lirih.

“Hey !!” Chorong menatap intens pemuda itu dengan tatapan tak suka. “Kenapa begitu ?”

“Aku belum mendapatkan telepon dari pihak sana. Mereka bilang akan menelpon kita apakah kita diterima atau tidak. Tadi waktu di sekolah, Minho sudah mendengar kabar dia tidak diterima sedangkan Hoya, dia diterima. Hhahhh, aku tidak tahu bagaimana denganku nantinya.” Jelas Woohyun dengan wajah murung.

Chorong ikut menghela nafas panjang. “Masih ada kemungkinan. Semangat !! Kau pasti akan lolos. Ah, iya.. Kau tunggu dulu disini eum ?”

Tak butuh jawaban dari Woohyun, Chorong kembali masuk ke dalam rumah pohon itu. Ada sesuatu yang sengaja ia siapkan untuk sahabat baiknya itu. Sepertinya Woohyun tidak ingat dengan hari ini dan apa yang seharusnya terjadi pada hari ini. Kemungkinan besar pikirannya terlalu tersita dengan harapan lolos di seleksi tersebut.

Chorong tersenyum manis melihat apa yang tengah ia siapkan. Dalam hati ia berharap semoga apa yang ia siapkan memberikan kekuatan tersendiri dan mengembalikan semangat yang selalu menggebu-gebu di dalam diri Woohyun. Di tangannya saat ini bertengger sebuah tart  yang cukup mungil dengan hiasan indah di sekelilingnya, tak lupa angka 18 yang berdiri tegak dengan api menyala. Huruf-huruf alphabet bertuliskan Woohyun juga menempel di atasnya. Sepelan mungkin Chorong kembali keluar dengan tart tersebut.

Saengil chukkahamnida~~ , saengil chukkahamnida~~ , saranghaneun Woohyun -ie, saengil chukkahamnida~~

Woohyun tersentak ketika mendengar suara Chorong yang menyanyikan lagu ulangtahun. Ia kaget dan nyaris tak berkutik. Bahkan kenyataan ia ulangtahun sama sekali tak diingatnya. Woohyun masih mengerjabkan kelopak matanya ketika Chorong mulai duduk di depannya.

Chorong memberikan kode untuk Woohyun agar ia segera kembali ke alam sadar.

“Woohyun !!” Sentak Chorong.

Woohyun tersenyum kikuk. “Aku lupa kalau aku ulang tahun hari ini. Ahh, gomawoyo Chorong –ie,” reflek ia memeluk tubuh Chorong hingga tart itu akan terjatuh.

Yaa !!”

Woohyun hanya terkekeh. “Jinjja, aku sama sekali tidak ingat. Ahh, sekali lagi terima kasih Park Chorong.” Tukas Woohyun senang.

 

Ia tak menyangka jika sahabatnya ini masih mengingat hari kelahirannya. Walaupun hatinya masih kalang kabut karena kesimpangsiuran hasil seleksi untuknya, ia tak menampik rasa yang tiba-tiba membuncah kala dengan raut muka bahagia gadis yang selama ini dicintainya menyanyikan lagu untuknya. Membawakan kue dan memberikan perayaan hari ulangtahun kecil-kecilan yang sebenarnya sering ia rayakan ketika tiba dengan Chorong.

Tapi kali ini, sosok cantik ini seolah menjelma bagaikan seorang malaikat yang menghilangkan sejenak kekalutannya dan mengubah rasa gelisah itu menjadi tawa juga perasaan bahagia. Sekecil apapun yang diberikan akan menjadi sesuatu yang membahagiakan jika itu dilakukan oleh orang yang kau cintai. Benar bukan ?

“Ucapkan harapanmu Woohyun, sebelum kau meniup lilin ini.” Senyum Chorong menitah Woohyun untuk menangkupkan kedua telapak tangannya. Sebentar ia memejam, dalam hati banyak sekali harapan yang ia inginkan agar terwujud di usianya yang ke delapan belas ini. Menjadi seorang pemain sepak bola profesional, lulus dengan nilai memuaskan, membahagiakan kedua orangtua satu lagi, sebuah keinginan yang lama sekali ia harapkan untuk terwujud bila saja keberanian ia miliki. Menjadikan Park Chorong, sahabatnya sebagai seorang kekasih.

Pelan namun pasti ia meniup api yang menyala di atas lilin angka itu. Kedua sisi bibirnya terangkat lebar ketika ia menangkap senyum indah yang tertoreh di wajah cantik Chorong.

“Kau meminta apa ?” tanya Chorong pelan.

Pemuda tampan itu tersenyum manis. “Banyak, banyak sekali harapanku yang aku inginkan.” Jawabnya antusias.

“Aku juga berharap untukmu.”

Huh ?”

“Aku berharap apa yang menjadi mimpimu dapat terwujud seperti apa yang kau inginkan.” Kembali, sekali lagi dan entah keberapa kalinya senyum yang bertengger di antara pahatan karya Tuhan itu membuat Woohyun merasa tentram dan tenang. Hatinya sekejap berubah suasana hanya karena senyum itu.

Sekarang saatnya Nam Woohyun, ia tak mau membuang-buang waktu lagi. Kali ini Woohyun bertekad untuk menyatakan perasaannya. Ya, Woohyun sudah lelah hanya berstatus ‘sahabat’ ia ingin lebih. Tak ada salahnya kan ia mencoba ?

Eum, Park Chorong !” panggil Woohyun ragu.

Chorong menghentikan kunyahannya dan mengangkat sebelah alisnya.

“Ada yang ingin aku katakan kepadamu.” sebentar ia menunduk, menghirup udara untuk mengisi paru-paru yang terasa sangat kosong saat itu juga. Ia tarik nafas lalu menghembuskan pelan. Tingkah Woohyun membuat Chorong sedikit bingung.

“Kenapa Woohyun ?”

Chorong tersentak dan terkejut kala tangan kekar Woohyun menggenggam lembut pergelangan tangannya. Chorong dipaksa menatap penuh tanya kepada Woohyun. Meskipun deru jantung dan rasa gugup yang seakan tak berhenti mempermainkannya, Woohyun tetap ingin mengungkapkannya saat ini juga.

Eung, Park Chorong ! Maaf sebelumnya, apa kau~.”

Dorawajwo, I want you back, back, back, back,

Back, back, back..

 

Belum sempat Woohyun meneruskan apa yang akan ia bicarakan, ponselnya berdering. Dahinya mengerut ketika melihat siapa yang menelpon. Nomor yang terpampang bukan dari kontak di ponselnya lalu siapa ?

Segera ia mengangkat ponsel itu dan menjauh dari Chorong. Gadis bersurai panjang itu hanya memandang nanar Woohyun dengan helaan berat berhembus dari bibirnya. Kata-kata Woohyun yang menggantung berhasil membuatnya penasaran. Dengan sabar, ia menunggu Woohyun selesai telepon dan mengatakan apa yang ingin ia katakan.

Sekitar lima menit Woohyun meninggalkan Chorong. Ia kembali dengan raut muka kusut, murung juga menghitam. Aura menyedihkan berkumpul di sekitar wajah Woohyun membuat Chorong khawatir jika penelpon itu adalah pihak panitia seleksi kemarin.

Langkahnya lunglai duduk di sebelah Chorong, Woohyun menggigit bibir bawahnya dan memandang sayu Chorong yang merasa sangat penasaran.

Desahan lirih memburu sejenak di bibir Woohyun. “Sepertinya aku harus meninggalkan... nya..” tukas Woohyun pelan nyaris berbisik.

Chorong menautkan alisnya. “Apa maksudmu Hyun ? Apa itu pengumuman seleksi ? Bagaimana ?” Pertanyaan cemas dan takut terlontar dari Chorong.

Woohyun hanya bisa menggeleng diiringi helaan nafas panjang. Ia menunduk dalam. Chorong bisa merasakannya, sepertinya pemuda di hadapannya ini gagal untuk mewujudkan mimpinya saat ini. Hatinya ikut mencelos dan segera ia memeluk tubuh Woohyun dari samping. Ia berbisik lirih. “Kuatkan hatimu Hyun...”

Woohyun masih terdiam lalu melepaskan pelukan Chorong. Membuat gadis itu bingung. Sesaat pemuda tampan itu membiarkan Chorong bingung dengan pemikirannya. Setelah puas melihat pahatan karya Tuhan itu tertekuk tak karuan, ia menyunggingkan senyum lima jari. Semakin membuat Chorong bingung dan keheranan juga sedikit marah.

Yaa !! Kenapa denganmu Park Chorong ? Kenapa kau cemberut seperti itu ?” Woohyun mencubit kedua pipi Chorong dengan gemas.

Chorong menepis tangan Woohyun lalu mendesis. “Kau ! Kau membohongiku ya ? Kau ini !!” Sungut Chorong.

“Hahahahaha....”

Sejenak Woohyun kembali menatap Chorong dengan tatapan berbeda dari sebelumnya lalu ia tersenyum. “Aku memang akan meninggalkan sesuatu. Aku harus meninggalkanmu Park Chorong.”

“Hahahaha, kau lucu sekali Woohyun. Lalu kenapa kalau kau meninggalkanku ?”

“Kau tidak marah kalau aku meninggalkanmu ?”

Sekejap kedua kelopak mata tipis milik Chorong mengerjab berulang. Merasa ada yang aneh dengan kata-kata Woohyun. Atau ia sendiri yang salah pertanyaannya tadi ?

“Tidak.”

“Sungguh ?”

Eoh.”

“Kau bohong !”

Uh ?”

Senyum Woohyun merekah manis sekali. Tatap matanya menggoda Chorong untuk menatapnya kembali. Rupanya bukan hanya godaan yang ia terima, bahkan sorot itu menyihirnya untuk sejenak saling beradu pandang. Hingga wajah polos Chorong secara nyata menuntun Woohyun agar menyentuhnya.

Degup jantung itu kembali tak berirama dengan baik. Terkesan menggebu-gebu dengan desiran panas yang menyengat dari aliran darah di nadinya. Membuat nafas Chorong tercekat di tenggorokan sampai menyebabkan ludah yang akan ditelan tertahan.

“Aku memang harus meninggalkamu Chorong. Mereka memintaku untuk bergabung.”

“Mereka ? Kau ?”

Hu-uh, aku lolos seleksi.”

“Sungguh ? Waahhhhh, chukkaeyo.”

Meski terdengar sedikit kikuk, Chorong mencoba memecahnya dengan sebuah pelukan hangat untuk Woohyun. Sedikit tersentak, ia menerima pelukan itu dan membiarkan waktu berlalu begitu saja dengan tubuh saling berpagut. Woohyun mengusap lembut punggung Chorong yang sepertinya tak akan bisa ia nikmati dalam jangka waktu panjang.

“Kau benar-benar akan meninggalkanku.” Chorong menunduk dalam. Entah mengapa tiba-tiba kekecewaan merangkak naik dan menggoyahkan dirinya.

Woohyun tersenyum pahit. Lantas ia memegang tangan Chorong. “Aku minta maaf. Sepertinya aku memang tidak bisa memenuhi janjiku. Tapi....”

Gadis cantik itu mendongak dan melihat wajah tampan Woohyun tengah menampakkan ekspresi serius.

“Aku tidak ingin menyia-nyiakan waktu lagi. Kau tahu ? Ada dua mimpi yang ingin aku capai saat ini.”

“Dua ?”

Eum. Kau tahu ??”

Chorong menggeleng.

“Kau !”

“Aku ?”

Woohyun menangkup wajah Chorong yang telah memerah sempurna. Deburan jantung yang seolah tak pernah mendengarkan Chorong semakin lama semakin mengeras. Desiran darah yang melewati setiap jalur nadi juga seakan melengkapi rasa aneh dalam diri Chorong. Hingga ribuan kupu-kupu berterbangan dan menggelitik setiap sisi rongga perut Chorong.

“Aku mencintaimu. Selama ini aku telah memendam perasaan ini karena kita adalah sahabat. Aku mencintaimu. Seandainya aku menginginkan kau bersamaku untuk saat ini lebih dari sahabat apakah kau mau ?”

Chorong mengerjab dengan kata-kata Woohyun. Ia cukup dibuat tercengang dan nyaris tak mampu berkata.

“Se-seandainya ?”

Lengkungan tipis terbentuk dari tebal bibir Woohyun. “Bukan, aku bersungguh-sungguh kali ini. Park Chorong, apakah kau mau menjadi pelengkap mimpiku ? Apakah kau mau menjadi kekasihku ?”

“Woo ?”

Kelu, lidah Chorong berubah kelu akibat godaan bertubi-tubi dari detak jantung juga sengatan yang menjalar di sekujur tubuh. Tubuhnya memanas tiba-tiba disertai rasa senang dan terkejut yang tumpah dalam dirinya. Untuk sesaat ia menghentikan semua itu. Kemudian secara reflek ia mengganguk antusias.

Tanpa babibu segera ia menarik wajah Chorong agar mendekat kepadanya. Ia meletakkan dahinya di atas dahi Chorong. Menghirup sejenak aroma yang menguar dari lembutnya kulit wajah Chorong hingga kedua ujung hidung mereka bergesekkan. Perlahan namun pasti Woohyun menggerakkan bibir tebalnya untuk mengecap lembutnya bibir Chorong yang telah lama ia inginkan. Menari-nari dan bergerak lincah seiring dengan rasa kasih sayang yang telah tertimbun selama ini. Ia tuangkan dengan penuh perasaan dalam setiap lumatan yang ia berikan.

Bukan hanya Woohyun yang menikmati saluran kasih sayang itu. Chorong juga menikmatinya. Ia tahu bagaimana Woohyun sangat mencintainya hanya melalui kecupan lembut yang ia berikan. Hal itu menyihir Chorong untuk mengimbangi lumatan lembut dan hangat dengan penuh perasaan. Hingga ia tak menyadari lengan kecilnya telah melingkar manis di tengkuk Woohyun.

Keduanya saling berpagutan sampai nafas terasa menghilang untuk beberapa saat. Woohyun tersenyum melihat rona merah di wajah Chorong. Sejenak ia mengusap lembut pipi itu lalu memeluknya.

“Terima kasih Chorong- ie, kau mau mengabulkan mimpiku. Aku berjanji sebelum aku benar-benar meninggalkanmu, aku akan selalu ada untukmu dan membahagiakanmu. Sekali lagi terima kasih.”

“Nam Woohyun ? Kau tahu ? Selama ini aku juga sangat mencintaimu, aku tidak berani untuk mengatakannya. Karena aku takut kau akan menjauhiku. Tapi sekarang, aku yakin kau tak akan menjauhiku. Walaupun kenyataannya, fisikmu akan pergi dariku. Namun aku percaya, hatimu tak akan pernah pergi.”

Woohyun terkekeh pelan. Ia mengeratkan pelukannya. “Kau benar, jangan khawatir. Saranghaeyo, Park Chorong.”

Nado saranghaeyo Nam Woohyun.”

Woohyun merasakan kebahagiaan yang tiada tara di ulangtahunnya kali ini. Bukan hanya impiannya menjadi sepak bola terwujud, tetapi juga impian menjadikan Chorong sebagai kekasihnya. Hidupnya lengkap dengan ini semua. Dirinya sangat bersyukur atas karunia Tuhan yang satu ini. Tak pernah ia menyangka hal ini akan tiba.

Mimpi, dua mimpi yang membuat hidup Woohyun terasa lengkap. Dua mimpi yang terus menorehkan senyum di wajahnya. Dua mimpi yang tak pernah ia bayangkan akan terwujud dalam hari yang sama. Dua mimpi yang tak akan pernah ia lupakan kapan terwujudnya. Dua mimpi yang selalu membangun semangat dalam hidupnya lagi.

Semuanya akan terwujud jika kita mau mewujudkannya dengan berusaha keras. Semuanya akan tercapai jika kita berpegang teguh dan percaya. Semuanya pasti akan terwujud.

“Terima kasih Tuhan, atas segala anugerah terindah dalam hidupku. Sekali lagi terima kasih.”

Saranghaeyo Park Chorong.”

Saranghaeyo Nam Woohyun.”

 

The End.


Bagaimana?

Ini ff oneshoot woorong pertama yang saya buat, hahahahha

okehh, komen, subscribe juga upvote ditunggu~~~

Kamsahamnida~

 

Regards

~Denovia~

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
eonnifan
#1
Chapter 1: lagi tergila2 sama woorong
trus ubek2 ffnya
trus nemu ini

aku sukaaaaaaa
haahaha
bikin ff woorong lagi dong hehehhe
kimfey12 #2
Chapter 1: keren thor(y) penghilang dahaga akan woorong :v
zairotul_putri #3
Chapter 1: aish, daebak!!! seandainya lebih banyak chap-nya
babyhoon #4
Chapter 1: baguuuus banget thor. .
next story..
kawaiigurl7 #5
Chapter 1: i like this ff >_< sweet friendship and sweet romance~ :D
ikondom #6
Cool story