Florem Fairy

Florem Fairy

Florem Fairy

Created By     : archiffaowiqlay
Genre            : Romance

Archi melangkah pelan menyusuri bahu jalan disebuah pertokoan. Matanya memerah sendu. Bibirnya melengkung tak senang, sesekali bibir tipisnya mengeluarkan gumaman kekesalan. Kaki jenjangnya menendang setiap benda yang ditemuinya. Entah kerikil, kaleng minuman, bahkan bangku taman yang sekarang di dudukinya pun sempat ditendang.

Matanya terpejam rapat. Bersandar pada tubuh kursi, Archi menghela nafasnya. Bulir-bulir cairan bening menghiasi pipi tembamnya. Dadanya tampak naik turun tak berturan. Isakkan kecil terdengar di sela-sela tangisnya. Panas sinar matahari siang menohok wajahnya tepat ketika Archi menengadahkan kepalany. Tangisnya terdengar jelas. Sendiri. Tak ada pengunjung lain yang mengisi taman ini. Hari masih terlalu panas untuk bermain di luar. Tangisnya berhenti ketika rasa panas yang semula menerpa wajahnya hilang. Matanya terbuka untuk melihat apa yang terjadi. Seorang laki-laki berperawakan tinggi berdiri di belakang kursi dengan posisi kedua telapak tangan terbuka menutupi wajah Archi.

"Ehem." Archi berbalik dan memandang laki-laki itu.

"Eh, kau sudah selesai." Laki-laki tadi berpindah dan duduk disebelah Archi.

"Apa yang sedang kau lakukan?" Archi berkata seraya melipat tangannya di dada.

"Memayungi mu. Hari ini matahari terlalu bersinar." Jawab laki-laki itu tenang seraya tersenyum hangat.

"Pergilah. Aku ingin sendiri." Archi memalingkan wajahnya. Malu dan kesal mendominasi perasaannya.

"Hem, baiklah. Tapi tolong terima ini. Kalau sempat, aku ingin bertemu lagi dengan mu." Sahut laki-laki itu seraya bangkit dari duduknya dan berlalu.

Archi tertegun memandang bunga yang ada dipangkuannya. Bunga berwarna pink cerah dengan bagian tengah berwarna putih agak putih. Bunga dengan kelopak berlapis ini tampak indah. Bunga yang akrab dipanggil anyelir ini terlihat cantik dan segar. Anyelir pink. Benak Archi berusaha mengingat arti tentang bunga dengan warna ini. Butuh beberapa menit untuk Archi mengingatnya. Dan ketika ingatan itu sudah memenuhinya, ketika itu juga sosok tadi hilang tak tertinggal. Hanya setangkai bunga anyelir pink ini yang membekas.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Hari ini mentari bersinar terang. Tak seterang tiga hari yang lalu. Mentari hari ini terlihat hangat dengan awan berarak membentuk berbagai hal indah. Seindah suasana hati Archi. Suasana tenang dan bahagia tengah menyelimuti peraaan gadis berusia tujuh belas tahun tiu. Tangisan tiga hari yang lalu berakhir bersamaan dengan datangnya laki-laki pemilik bunga anyelir pink. Dan karena bunga itu juga Archi jadi kesulitan tidur. Tapi alasan Archi tidak bisa tidur bukan karena penolakan cinta yang ia terima, tapi lebih karena bunga anyelir pink itu.

Tak terasa langkahnya berhenti di taman favoritnya. Taman tempat ia menangis tiga hari lalu. Taman tempat ia mencari inspirasi, melepas penat dan tempat ia bertemu dengan sosok itu. Laki-laki yang menolak perasaan suka Archi--Keichi. Tidak untuk hari ini, hatinya sedang ingin mencari hal baru. Kakinya beranjak meninggalkan gerbang masuk menuju taman. Berbelok di persimpagan jalan.

Archi terperangah menatap kios-kios serta suasana jalan yang ada di dekat persimpangan. Ramai, tapi tidak menyesakkan. Berisik, tapi tidak memekakan. Archi baru sadar bahwa selama tiga tahun ini dirinya begitu tidak peduli dengan keadaan sekitar. Sejak hati ini memutuskan untuk menjadi stalker dari laki-laki yang disukainya. Saat-saat yang membuat Archi harus menjatuhkan bulir kesedihan dan menjadi pribadi yang jauh dari pergaulan. Mengingatnya membuat Archi menggelengkan kepalanya kuat. Mengucap janji dalam hati untuk tidak menutup diri hanya karena perasaan suka. Ya. Archi harus move on.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Archi beresandar pada badan pohon yang ditanam di bahu jalan di depan sebuah kios camilan. Sejenak menghirup udara sejuk sore hari. Kakinya digoyangkan pelan guna mengendurkan saraf yang sempat menegang karena banyaknya kios yang ia singgahi. Senyum bahagianya terus terukir manis di wajah cantiknya. Pandangannya berkeliling melihat kios-kios lain yang ada di seberang jalan. Binar matanya tak dapat disembunyikan. Decakkan kagum terlontar kala ia membaca satu persatu papan nama yang tertempel pada kios.

Iris hitamnya berhenti pada sebuah papan nama 'Florem Fairy'. Alisnya bertaut bingung. Tapi, jika dilihat dari banyaknya bunga yang ada di depan kios, pastilah ini sebuah kios bunga. Wajahnya tersenyum senang mengetahui itu. Dengan segera kakinya beranjak dan menghampiri kios tersebut.

TRIINNG!

"Selamat sore! Ada yang bisa dibantu?" Suara ramah khas laki-laki menyapa Archi.

"Loh, kamu anyelir pink itu kan?" Archi tersentak kaget mendapati sang penjaga kios adalah orang yang sama denganyang memberinya bunga.

"Iya, bagaimana kau bisa ada disini?" Ujar laki-laki beriris mata Coklat pekat--Lorenchio dengan senyum hangat menghias wajahnya.

"Hem, hanya mengikuti kaki melangkah." Jawab Archi sekenanya dengan pandangan yang mengedar memperhatikan kios.

"Kau mencari sesuatu?" Pertanyaan itu membuat Archi teringat dengan bunya Anyelir pink pemberian laki-laki itu.

"Ng.. Bunga Anyelir pink itu untuk apa? Syang ku tahu bunga Anyelir pink itu berarti 'Aku tidak akan pernah melupakan mu', Benar bukan?" Tanya Archi dengan pandangan yang masih fokus kearah bunga yang baru saja bermekaran.

"Ya, itu benar." Jawab Lorenchio tenang seraya beranjak dari tempatnya dan mengikuti langkah Archi.

"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" Archi menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Lorenchio.

"Tidak." Sahut  Lorenchio dengan senyum yang masih menghias wajahnya.

"Tidak? Ah, apa itu bunga Aster?" Archi berteriak histeris dan berjalan cepat kearah kumpulan bunga yang menarik perhatiannya.

"Ya. Ater itu baru saja mekar. Kau menyukainya?" Kekehan kecil Lorenchio yang melihat tingkah Archi mengalun lembut, sayangnya Archi tidak memperhatikan, Archi terlalu sibuk dengan bunganya.

"Sangat suka. Aster adalah lambang keagungan dan cinta. Bunga pertama yang berhasil menyentuhku." Jawabnya senang dengan pandangan mata menerawang.

"Apa kau tahu? Aster juga diibaratkan bintang oleh bangsa Yunani. Utara adalah arah Aster." Lorenchio memetik setangkai bunga Aster dan memberikannya kepada Archi.

"Benarkah? Wahh, tak salah aku sempat menobatkannya sebagai yang terbaik."

Perbincangan diantara mereka pun terus berlanjut. Lorenchio mengajak Archi duduk dan menikmati teh hangat di sudut kios yang memang diperuntukkan untuk bersantai. Canda tawa sesekali menguar dari keduanya. Menciptakan suasana hangat bagi siapa saja yang melihat mereka.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Pertemuan mereka tidak hanya di sore itu saja. Mereka sering menghabiskan hari bersama. Lorenchio yang gemar bertanam bunga selalu mengajak Archi berkeliling taman yang ada di kota mereka. Tak jarang Archi menitikkan air mata bahagianya karena terpukau dengan keindahan bunga-bunga yang ada di taman itu. Dan yang Lorenchio bisa lakukan hanya mengulurkan sapu tangan untuk menghapus bulir cairan bening itu.

Archi lebih senang memanggil Lorenchio dengan Chio. Menurutnya hal itu lebih mudah dan terdengar akrab. Lorenchio adalah sosok yang tegas, dewasa dan menyenangkan. Lorenchio banyak mengajarkan tentang hal kehidupan kepada Archi. Tiga tahun terisolasi membuat Archi benar-benar lupa bagaimana carauntuk hidup. Hampir saja Archi melupakan kodratnya sebagai manusia kalau saja Lorenchio tidak memberikan bunga anyelir pink itu. Dan Lorenchio senang sekali menyebut Archi dengan 'fairy' karena menurutnya Archi seperti peri--peri bunga.

"Archi?" Lorenchio menatap dalam Archi yang masih berkutat dengan bunga-bunga yang baru bermekaran ini.

"Ya?" Sahut Archi singkat.

"I will never forget you. Anyelir pink itu adalah isi hatiku. Sejak tiga tahun yang lalu. Saat aku melihat mu untuk yang pertama. Tubuh mungil mu dudu bersandar pada bangku taman. Pena berbulu dan buku bersambul emas menjadi teman setia mu." Tanpa sadar Lorenchio tersenyum mengingat kejadian itu.

"Chio.." Archi terperangah dengan perkataan Lorenchio yang tiba-tiba. Iris hitamnya menatap lekat laki-laki yang telah mengubah rasa pedihnya menjadi kebahagiaan.

"Aku masih mengingat dengan jelas ekspresi mu saat itu. Alis tebal mu akan bertaut saat kau bingung. Bibir tipis mu akan mengerucut ketika kau kesal. Kau akan menghentakkan kaki mu saat tahu kau tidak menemukan apa yang kau inginkan. Tapi yang paling aku sukai adalah saat kau memejamkan matam dan menengadah kepala." Iris pekatnya menatap dalam Archi yang juga tengah menatapnya. Sebelum akhirnya ia beranjak dari duduknya.

"Kau tahu Archi? Bunga pertama yang menyentuhku adalah akasia kuning, simbol perasaan cinta tersembunyi untuk mu. Lalu ketika aku tahu kau memiliki cinta lain, bunga lily putih bertahan di vas kamar ku"

"Lalu bunga apa yang sedang menyentuh mu saat ini?" Archi menghampiri Lorenchio yang sedang bergelut dengan bunga anyelir.

"Anyelir putih yang berarti cinta yang murni. Seperti rasa cintaku kepada mu, Archi, my florem fairy, peri bungaku."Chio mengenggam erat jemari Archi. Menghadapnya dengan senyum penuh ketulusan.

"Archi membalas gengaman Chio pada jemarinya. Senyum hangat dan binar kebahagiaan Archi sunggingkan untuk Chio. Archi mengeluarkan setangkai bunga ambrosia untuk Chio. Chio tersenyum senang melihat bunga yang tengah mekar itu. Cinta terbalaskan. Ambrosia.

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet