Daisy

Daisy

Daisy

created By         : Archiffer (archiffaOwiqlay)
Genre         : Angst, Thriller

Demi merangkai ulang bunga-bunga musim semi yang tadi dipetiknya. Bibir kecilnya tak henti bersenandung dan tersenyum senang. Tentu saja Demi merasa senang, karena kini Demi benar-benar terbebas. Jemari lentiknya menari bebas memilah bunga yang harus diletakan pertama. 

Ceklek!

"Hai Demi!!" 

"Daisy?!! Apa yang kau lakukan disini?!!!" Demi tersentak dari duduknya, bibir tipisnya bergetar ketakutan. Bola matanya yang kecil melebar sempurna kala menatap tamu tak diundang yang menyapanya.

"Kau kenapa? Inikan juga kamarku." Tamu berparas cantik dengan rambut panjang hitam bergelombang itu duduk di sisi ranjang yang berseberangan dengan Demi.

"Jangan Dais. Tempat mu bukan disini. Aku mohon kembalilah..." Suara Demi terdengar bergetar. Parau. Jemari lentiknya menggenggam erat seprai.

"Tempatku? Memangnya dimana tempatku, KEM-BA-RAN-KU?" Daisy merangkak mendekati Demi yang tubuhnya mulai bergetar pelan. Greepp!!! dengan sekali hentak Daisy menarik lengan kiri Demi yang bebas. Didorongnya Demi hingga tubuh kecilnya membentur bagian kepala tempat tidur yang keras.

"Adduuuhhh.." Rintihan kesakitan Demi mengalun pedih, membuat Daisy tersenyum lebar.

"Apa begitu sakit, Demi?" Masih dengan senyum yang sama Daisy menancapkan kukunya yang tajam pada kulit lengan Demi yang ada dalam cengkeramannya.

"Da...hisshh..isy..sshhh...i-ni sakkkiiiiiitttt." Keluhan Demi terdengar lirih. Butiran air mata terlihat mengaliri pipi putihnya.

"Cihh, Sakit katamu? apa yang kau pahami tentang kata sakit? tidak ada!!! kau dengar itu? tidak ada!!!" Daisy menusukkan kukunya leih dalam lagi. Lelehan darah segar mengucur dari sela-sela jemari Demi.

Demi tak dapat melawan, bibirnya hanya dapat bergetar menahan perih luka yang ada di pergelangan tangannya. Pandangannya terasa kabur karena air mata yang membendung. Daisy tersenyum senang melihat saudara kembarnya tak berkutik. Suara kekehan nyaring terdengar dari bibir tipis milik Daisy. Seringaian Daisy masih terpatri manis di wajahnya, seolah dia tak tersentuh dengan air mata Demi yang kian deras menetes. Daisy hanya menatap jengah Demi yang masih berusaha menahan isakkannya agar tak terdengar jelas. 

"Kau tahu Demi? Aku sungguh ingin melenyapkan MU! Karena kau telah berani melanggar janji kita. JANJI MU!!" Daisy menarik paksa rambut Demi yang serupa dengan miliknya. Daisy tertawa lebar memandangi jemari lentiknya yang dipenuhi oleh helai rambut saudaranya.

"Jan-ji app-pa?" Demi berusaha menstabilkan deru nafasnya, belum kering luka di pergelangan tangannya. Daisy sudah menambah luka baru. Demi merasakan sakit di kulit kepalanya. Rasanya seperti dikuliti dengan kuku.

"Cih! Kau tidak mengingatnya? Sayang sekali, kau harus mendapatkan hal yang lebih menyenangkan dari ini. Karena kau sudah berani melupakan janji MU!!"

"Argghhh!!! Sakittt Daisy!! Lepas!! Jangan tarik tali itu!! Aku mohonnn" 

"Hahaha!!! Itu tidak seberapa Demi sayang!!! Kau. Harus. Rasakan. Sakitnya. Digantung. Hahaha" Daisy menarik kencang tali yang melingkari leher Demi. Demi mencoba berontak dalam sisa tenaga yang ia miliki.Sorot mata lelah terpancar dari Demi yang nafasnya kian tak terdengar. Daisy tersenyum senang melihat sang kakak tidak berontak lagi. Daisy membersihkan luka-luka yang membekas di tubuh Demi. Mengganti pakaian Demi dengan Gaun putih yang cantik. Tubuh Demi yang terkulai di baringkannya di tempat tidur. Dengan tenang Daisy menyisir helai demi helai rambut kakak yang sangat disayanginya.Wajah pucat Demi dipoles bedak berwarna cerah dengan taburan blush on yang membuat warna pucatnya tak terlihat. Sentuhan terakhir, Daisy menorehkan lipstik berwarna soft pink ke bagian bibir Demi yang telah membiru.

"Kau harusnya tidak boleh melupakan janji kita. Janji untuk selalu bersama." Dengan lembut Daisy mengusap pelan wajah Demi yang membeku. Kaki jenjangnya bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju jendela kamar mereka. Daisy melompat dengan berani keluar jendela yang terhubunglangsung dengan taman rumah keluarga Demi.

Suara riuh rendah orang-orang di luar rumah menggema nyaring meneriakkan sebuah nama, Daisy. Terlihat beberapa orang dengan seragam putih khasnya. Kendaraan putih mereka yang bertuliskan Rumah Sakit Jiwa tertulis jelas dengan cat warna merah. 

 

Di singgasanaku, 11 November 2014_19.25 WIB

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet