Day 39

Notre Kaléidoscope

=39=

 

Aku membencinya hingga ke ubun-ubun. Aku membenci cewek gila itu sampai tidak berdaya. Aku benci namanya yang selalu memantul-mantul dalam kepalaku, aku khawatir nama cewek itu akan menciderai ingatanku. Aku lebih benci senyumnya yang terlalu lebar dan penuh tipu muslihat. Aku tidak sukanya caranya tertawa yang membuat telingaku berdengung ngeri. Apalagi matanya yang ikut tersenyum saat sudut-sudut bibirnya melengkung. Padahal jelas sekali hal itu hanya menunjukkan aura keji.

“Baekhyun-ah, kenapa wajahmu kusut begitu?” Dia berjalan di sebelahku sambil bersedekap layaknya mandor bangunan yang sedang meninjau pekerjaan anak buahnya.

Aku menoleh pada cewek itu, tersenyum lembut, lalu menggelengkan kepala. “Tidak apa-apa, raut wajahku memang seperti ini sejak lahir. Beruntung sekali ya kau mau jadi pacarku ha ha ha.” Aku tertawa getir. Diam-diam mengutuk mulutku yang sepertinya sudah disetel otomatis untuk mengeluarkan kata-kata manis untuk para gadis. Aku rasa ada baiknya meng-upgrade definisi ‘gadis’ agar mulutku tahu diri. Cewek itu bukanlah seorang gadis, tapi monster ganas yang sedang bersembunyi di balik sosok gadis berambut sebahu yang mengeluarkan aroma mawar dan peach yang begitu wangi.

“Benarkah?” tanya cewek itu seraya menghentikan langkahnya tepat di depan tangga menuju atap sekolah. Dia memutar tubuhnya, ujung-ujung rambut hitamnya nyaris menusuk wajahku. Aku menahan diri untuk tidak mengeluarkan kata apapun karena semilir angin lewat di antara kami tanpa permisi. Rambutnya—yang terurai—bergerak mengikuti sang angin, membuat beberapa helai poninya yang ia jepit ke belakang perlahan mendarat di pelipis cewek itu. Dan yang menyebalkan adalah aroma samponya mulai menggoda hidungku.

“Ah, aku sudah tahu kalau kau ini pembual,” dia mencibir namun aku masih sibuk berdamai dengan mulutku yang ingin mengeluarkan kalimat gila (“Rambutmu wangi sekali, aku jadi ingin menghirupnya dalam-dalam.”) dan sengaja kukeluarkan cengiran tolol sebagai kamuflase. Sial, tidak bisakah kau diam saja wahai otak?! Jangan mempengaruhi mulutku! Aku tahu, aku juga bingung kenapa wanginya menyenangkan, tapi aku tidak mau mengatakan hal-hal aneh padanya!

Cewek itu melanjutkan langkahnya menaiki tangga. Aku menunggunya melewati dua atau tiga anak tangga supaya jauh-jauh dari aroma rambutnya. Pacarku berencana menghabiskan waktu makan siang di atap sekolah. Dia menyuruhku membawa bekal makan siang, earphone, dan pemutar musik. Aku tidak punya pemutar musik seperti ipod jadi aku hanya membawa ponselku.

Brak!

Dia membanting pintu tanpa belas kasihan sedikit pun. Aku berjalan ke sebelahnya sambil membawa barang-barang kami yang tersimpan dalam tas jinjing bergambar Domo dengan gigi-giginya yang runcing. Sebuah senyuman (keji) perlahan terbentuk di wajah pacarku ketika angin datang ke arah kami. Pandangannya menyapu seluruh penjuru berbentuk bujur sangkar yang dikelilingi oleh pagar kawat. Aku yakin dalam hitungan detik dia akan merentangkan tangannya seperti di video musik pop. Namun senyum kejinya perlahan memudar. Aku mengedipkan mata saat dia berjalan dengan cepat menuju sebuah sofa rusak yang membelakangi kami di ujung tempat ini.

“Yak! Siapa yang suruh kau merokok di sini?! Dasar tidak tahu diri! Matikan rokokmu sekarang dan pergi jauh-jauh dari sini!”

Bulu kudukku meremang ketika melihat pacarku menarik kerah siswa malang yang tertangkap merokok olehnya. Meski tubuh anak lelaki itu tinggi menjulang, dia sama sekali terlihat tidak berdaya di hadapan pacarku yang terus berteriak-teriak padanya. Aku tidak berani mendekati mereka, jadi aku hanya berdiri mematung di dekat pintu masuk dan memandang burung berterbangan di langit sambil berkicauan. Kulirik mereka sesekali.

“Bocah nakal,” omel cewek gila itu sambil menoyor kepala tersangka, “kalau bosan hidup tinggal loncat saja dari sini! Untuk apa susah-susah melubangi paru-parumu, hah? Pergi sana!”

Toyor lagi, lagi, dan lagi. Aku menelan ludah. Sudah kupikirkan bahwa aku akan mengaku saja kalau aku punya bisnis video xxx sebelum dia menangkap basah file-file tersebut bersarangdi laptopku dan menjeduk-jedukkan kepalaku hingga otak atau hidungku bergeser.

Anak lelaki tersebut kemudian membungkukkan badannya dan berjalan pergi meninggalkan pacarku yang sedang berkacak pinggang.

“Yah! Jangan membuang puntung rokok di sini, bodoh! Cepat kembali dan buang pada tempatnya! Kalau kau tidak kembali, aku akan melaporkan—hei Baekhyun! Cegat anak lelaki itu atau kau akan kutendang!”

Aku mengerjap. Kupikir diam adalah emas, tetapi bila bersama cewek gila itu maka diam akan terasa seperti air kencing. Masam. Dengan cepat aku menghalangi pintu keluar sebelum anak malang itu kabur. Kami saling bertatapan.

“Sudahlah turuti saja perintahnya daripada urusannya panjang,” aku membujuknya dan berhasil. Bocah malang itu kembali menghadap pacarku dan memungut puntung rokok itu. Aku mengekor di belakangnya.

“M-maafkan aku, sunbae. Jangan laporkan aku. Maaf ya, maaf,” ujar bocah itu sembari membungkukkan badannya berkali-kali kepada kami lalu berlari secepat kilat keluar dari tempat ini. Terdengar suara pintu terbanting.

“Ah benar-benar anak zaman sekarang tidak tahu pentingnya kesehatan, tsk!” gerutu pacarku.

Dia berjalan mendekati pagar pembatas lalu mendudukkan dirinya di lantai dan bersandar. Aku mengikuti cewek itu dan duduk di sebelahnya.

“Aku tidak pernah merokok. Mencicipi ujungnya yang manis saja tidak pernah,” ujarku membela diri sebelum dia menuduhku yangmacam-macam.

“Lalu bagaimana kau tahu kalau ujung rokok itu manis, eoh?”

“Aku...,” ah sial kenapa aku bisa salah ucap seperti itu, “... googling.”

Cewek itu mengangkat alisnya lalu menarik hidungku. “Dasar nakal! Ayo kita makan saja.”

Aku mengangguk seraya mengusap-usap hidungku yang mungkin memerah. Kami membuka kotak makan yang kami bawa masing-masing. Biasanya kami akan menukar sebagian porsi dari makanan yang kami bawa. Kali ini dia membawa japchae—bihun yang ditumis dengan berbagai macam sayuran seperti wortel, bayam atau jamur yang diiris panjang tipis-tipis dan diberi irisan cabai—sedangkan aku membawa nasi dan chamchijeon—sejenis pancake berbahan dasar ikan tuna.

“Baekhyun-ah, kau harus lebih banyak makan sayur kalau tidak mau sembelit. Banyak orang yang susah eek karena tidak cukup serat pada ususnya. Tentu saja serat itu berasal dari sayuran,” gumam pacarku dengan mulutnya yang sedikit menggelembung karena mengunyah chamchijeon buatan ibuku.

Aku berhenti mengunyah seketika itu juga. Bagaimana bisa cewek itu membicarakan tentang BAB dengan bahasa yang vulgar seperti itu saat makan?

“Ibuku selalu bilang begitu,” jawabku setelah berhasil menelan bihun yang telah kupisahkan dari segala macam sayuran, “omong-omong tumis bihunnya enak—”

Pacarku langsung memekik pelan, “Aniya! Aku tidak memasaknya sendiri. Jangan berpikir yang macam-macam! Kalaupun aku memasak untukmu, aku akan memasukkan benda-benda aneh.”

“Aku tidak bilang kau yang memasaknya.”

Rasanya aku tidak menyatakan bahwa japchae ini adalah masakannya. Aku yakin seribu persen bahwa yang memasak makan siang si cewek gila selama ini adalah ibunya atau pembantunya. Jika cewek itu yang memasak, mungkin aku harus mencari donor lidah.

Dia memalingkan wajah ketika aku menatapnya dengan bingung. Saat itu juga aku tersadar, bisa jadi memang dia yang memasak japchae enak ini. “Wah, kau benar-benar memasaknya untukku yah?”

“Aish tutup mulutmu, Baekhyun!”

Dan yang terjadi kemudian adalah dia menjejalkan sayuran-sayuran laknat itu tiap kali aku membuka mulut sedikit saja sampai makan siang kami habis. Aku mual. Rasanya ingin kusembur wajah cewek gila itu dengan makanan yang susah payah aku kunyah, tapi aku bertahan untuk menghindari kematian konyol. Tidak lucu jika nanti ada berita dengan judul ‘Seorang Siswa SMA Mati Digencet Pacarnya Karena Tidak Menghabiskan Sayuran’. Tanpa terasa makanan kami sudah habis. Dia membereskan kotak makan kami lalu bersandar lagi pada dinding.

“Hei, aku penasaran bagaimana kau tahu soal diriku. Kita tidak pernah berkenalan sebelumnya. Apakah ada seseorang yang mengenalkanku padamu?” Aku menyandarkan punggungku di sebelah punggungnya.

“Yeah, ada seseorang.” Ekspresi cewek itu terlihat tenang, tangannya sibuk menarik kabel earphone yang sedikit kusut.

Aku mengerjap. “Benarkah? Siapa orang itu? Aish dia pasti sangat membenciku hingga memberikanku cobaan seperti ini.”

“Yah jaga mulutmu!” dia menoyor kepalaku, “—orang itu sama sekali tidak membencimu. Jika kau merasa seperti di neraka maka itu bukan salahnya.”

Cewek itu menatapku dengan galak. Earphone telah terpasang di telinganya. Aku hanya mengangguk pelan sambil mengusap-usap belakang kepalaku, lagi-lagi tidak berdaya. Rasa penasaranku makin bertambah seiring terkuaknya fakta bahwa ada orang—sinting—lainnya di balik ‘kekacauan’ dalam hidupku akhir-akhir ini.

“Kenapa aku?”

Mwo?”

“Kenapa harus aku yang menjadi pacarmu? Kenapa tidak Park Chanyeol atau Kim Jongin misalnya?”

Bahunya naik beberapa senti kemudian kembali seperti semula. Aku bisa mendengar helaan napasnya. Dia memiringkan kepalanya untuk menatapku. “Aku akan menjawabnya seperti salah satu adegan film My Sassy Girl.”

Aku mengertukan kening, tidak mengerti apa yang dimaksud cewek itu. Jawaban seperti adegan film? Apa yang ada dalam otak cewek ini?

“Kau tahu kenapa langit itu biru?”

“Karena,” aku terdiam sejenak untuk mengingat-ingat ucapan Jaesuk ssaem saat pelajaran fisika. “ ....hamburan cahaya dari matahari sehingga—”

“Bukan. Itu untukku!” Pacarku mendongak sambil menunjuk langit di atas kami. “Aku menginginkannya berwarna biru, jadi biru deh! Mengerti?”

“....”

“Kau tahu kenapa api panas? Semuanya karena aku menginginkannya. Aku ingin api panas, jadi diapun panas!”

“Apa—”

“Kau tahu kenapa Korea punya empat musim?”

Aku mendengus pelan karena jawabannya sudah pasti akan sama. “Ya, ya, ya, karena kau menginginkannya.”

“Betul! Dan kenapa kau lahir di sini? Itupun untukku juga, mengerti?!”

Dia berhasil membuatku tutup mulut. Aku mengusap-usap belakang kepalaku lagi ketika angin menerpa kami, membuat aroma cewek itu menggelitik hidungku untuk yang kesekian kali. Jawabannya benar-benar tak terduga. Aku sama sekali tidak punya antisipasi atas ucapannya barusan. Kenapa tiba-tiba pipiku menjadi hangat, ya? Pasti aku akan demam.

“Cepat pakai earphone-nya dan berikan ponselmu,” perintah cewek itu.

“Ini,” kataku seraya menyodorkan ponselku pada cewek itu. Dia telah mengulurkan tangannya.

“Aku punya banyak lagu baru yang harus kau dengar dan terjemahkan.” Cewek itu membuka ponselnya juga dan sepertinya mulai mengirim lagu-lagu yang ia maksud.

“Mwo? Pasti lagu bahasa Inggris lagi. Aih, kau kan tahu aku sangat bodoh dalam bahasa asing itu. Lidahku tidak diciptakan untuk melafalkan kalimat berbelit,” keluhku.

“Kau mau mati? Jangan kekanak-kanakan! Bahasa Inggris itu penting untuk masa depanmu, percayalah padaku.”

“Siapa yang—”

Katok!

Suara pemberitahuan pesan masuk kakaotalk-ku berbunyi. Ponselku masih ada di tangan cewek gila itu. Aku tidak tahu apakah dia adalah tipe cewek yang suka mengotak-atik ponsel pasangannya, tapi aku tidak akan khawatir karena paling-paling pesan itu berasal dari Chanyeol yang mencariku.

“Coba dengarkan.”

Aku meraih ponselku. Alih-alih langsung mendengarkan lagu yang baru dia kirim, aku membuka notifikai SNS-ku.

 


Taeyeon nuna

Baekhyun-ah, apa kau tidak ada kegiatan akhir pekan ini? Jika kau tidak sibuk, ayo kita bertemu di perpustakaan kota jam 10.


 

Tiba-tiba aku merasa petir menyambar tubuhku. Ajakan Taeyeon nuna membuatku terkejut tapi yang lebih mengejutkan adalah pacarku sepertinya tidak tahu isi pesan itu. Padahal ponselku jelas-jelas berada di tangannya saat pesan tersebut masuk. Aku melirik sekilas padanya. Dia tampak asyik dengan musik yang ia dengarkan lewat earphone dan... normal. Argh! Kenapa aku bodoh sekali sih? Kenapa aku menggunakan simbol hati pada kontak nama Taeyeon nuna?! Haruskah aku mengaku padanya? Lagipula akhir pekan ini kami sudah berencana akan pergi ke toko buku dan bioskop.

“Hei—”

“Akhir pekan ini,” cewek itu langsung memotong ucapanku. Aku terbelalak. Aku belum siap menyambut malaikat maut. “—aku sibuk latihan,” lanjutnya sambil mengikat rambut.

“B-begitu ya?” aku menghela napas lega. “Jam berapa aku harus ke tempat latihanmu?”

Pacarku mengundang keheningan hadir di antara kami untuk beberapa saat. Dia sama sekali tidak memalingkan pandangannya untuk sekedar melirik padaku. Kedua matanya terpaku pada layar ponsel.

“Tidak usah. Kau hanya akan merepotkan saja. Lebih baik kau dengarkan semua lagu yang kuberikan hari ini dan terjemahkan, arasso?”

Aku menatapnya dengan bingung. Apa makanan yang dimasak ibuku tadi telah meracuninya? Ini benar-benar aneh. Mungkinkah Dewi Fortuna sedang merangkak ke arahku? Bisa jadi keberuntungan akan mendatangiku terus-menerus nanti. Aku tidak punya pilihan selain membuka SNS-ku dan membalas pesan Taeyeon nuna dengan kecepatan penuh.

 


Byun Baekhyun

Ya ya ya~ tentu saja aku akan datang untukmu nuna! Kkkkk..


 

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Petrichor79
Moga-moga endingnya udah fix dan gak ada perubahan lagi fufufu~

Comments

You must be logged in to comment
yeollshin
#1
Chapter 20: Ff ini udah complete kah? atau masih ada harapan akan ada update lagi??? I'm dying because of waiting ㅠㅠㅠㅠ
yeollshin
#2
Chapter 20: baca lagi baca lagi baca lagi. Gak ada bosennya baca ini, malah makin nambah kadar kecintaanku sama cowok sableng itu kkkk. Dan sebenernya ini tuh moodbooster banget. Bikin suasana lebih ceria (walaupun masih harus jadi cengeng tiap baca surat hyerim). Selagi baca... masih terus berharap dan bertanya-tanya, yaluhan kapan ini update lagi ㅠㅠ kangeeeeen authornim :(
bloomblebee
#3
Hai!! *waves* i'm new reader >_< tertarik banget baca ini tapi belum ada waktu. Alu subscribe dulu ya ^^ tapi agak kesel karna commentnya spoiler semua jadi terbaca deh -_- tapi tenang, aku bukan tipe spoiler kok hehe ><
TOP_CLASS #4
Chapter 20: Author kenapa bikin penasaran lagiiii ??? T.T kirain udah selese, sekarang jd penasaran lg dehhh
yeollshin
#5
Chapter 20: Tunggu..... i-ini prolog??? Seneng banget ini update dan membawa.... Prolog??? Terus cerita yg kemaren apa? Pra-prolog?! Jadi yg kemaren itu mimpi?? kehidupan baekhyun dan si cewek gila selama ini cuma mimpi?? Ahhh ini teka-teki dan bikin penasaran sebenernya cerita aslinya kaya gimana... Next chapternya ditunggu :)
AreumdaunBaek
#6
Chapter 20: Aaak...ditunggu update.nya authornim..^^
jeanitnut
#7
Chapter 19: hello authornim! new reader here.

ini mungkin fanfic indo yang kubaca lagi setelah berhenti selama hampir setahun uggh. dan sejujurnya aku tipe pemilih banget kalo fict indo hehe pas baca you used jagiya instead of baby rasanya udah mau berhenti aja karena aku ngerasa aneh banget bacanya maafkan. tapi nyatanya aku menemukan diriku sampai chapter terakhir dan aku sendiri kaget lol

aku suka gimana kamu bikin cerita ini acak dan itu unik banget. meski di part awal udah hari ke 260 aku masih belum menemukan kejanggalan. lalu di tengah-tengah udah feeling kalo the sassy girl sakit udah yakin 133654775699% tapi ternyaata.....
twist banget endingnya.

penggambaran karakter tokohnya omg aku suka semua dan siapa siapa aja tokoh disini itu bias aku TuT baekhyunnya lucu banget dan emang dia pacarable banget. aku berharap sisi baekhyun yang lain bakal ditunjukin (re: the hottest guy) tapi mungkin akan susah karena seluruh cerita menggunakan baekhyun pov.

plotnya twist dan terstruktur. rasanya masuk akal kenapa selama ini the girl semangat dan tetep bisa main basket karena dia memang gak sakit. yaah aku masih berharap bakal ada penjelasan tentang banyak hal. seperti apa hubungan the girl dan taeyeon, bagaimana perasaan dia sesungguhnya ke baek, apa semua yang ia lakukan selama ini murni seperti yang kakaknya inginkan. perhaps, you will write from diff pov? ehehehe

diksinya oke banget untuk cerita comedy fluff gini cocok sama temanya. tanpa mengurangi feel yang didapet. i found out i was crying at the midnight when they went back to neverland. dan cerita persahabatan exo member disini punya poin plus plus sendiri menurutku. menghibur dan khas remaja banget. dan aku suka istilah random(??) yang kamu pake untuk menggambarkan perasaan baekhyun. cute.

banyak typo, banyak yang belum jelas, tapi fict ini tetep worth untuk dibaca apalagi kalo lagi stress beraaat. good job authornim. ditunggu fictnya yang lain. maaf kalo komennya agak annoying (banget). tons of love<3
AreumdaunBaek
#8
Chapter 19: Fin?? Kayaknya kenal nama ini deh? di S.A.Y-kah?
whatever....mbak..aku suka tulisanmu yang mengaduk-aduk hatiku.
sequel peuhliiiiiis....
jraena #9
Chapter 19: Lanjut di sini lagi authornim, yang tadi kepenuhan wkwk
Pendapat udah, tinggal kritikan dikit deh '-' eh bukan kritik sih, soalnya karyamu ini bener-bener keren, aku cuman mau nambahin saran sedikit aja biar lebih sempurna hehe
Penulisan bahasa asingnya jangan lupa di italic alias di garis miringin yaa, soalnya aku sering nemu bahasa inggris yang ngga di miringin. Dan aku juatru nemuin bahasa baku yang malahan di miringin hehe. Cuman itu aja sih, selebihnya udah bagus. Sama masih ada typo sedikit, ya secuil aja sih. Tapi typo ya hal yang wajar, jadi di maklumin hehe. Udah sih, segini aja komentar aku. Maaf kalo kepanjangan authornim. Maaf juga kalo ada yang ngga berkenan di hati '-' jujur ini pertama kalinya aku ngasih komentar secara langsung alias ninggalin jejak setelah membaca. Biasanya aku siders wkwk, tapi udah tobat kok, sekarang udah ngga gitu lagi. Terlebih setelah membaca karyamu yang membuatku terkagum-kagum, benar-benar berdosa rasanya kalau tidak rcl wkwk. Sekian authornim, aku nungguin tulisan berikutnya ya ^^ terus berkarya~