Oneshot

I hate with 'US' especially YOU!
Please Subscribe to read the full chapter

 

Oh gosh, aku benar-benar menyesal menyaksikan musikal Kyuhyun kali ini. Bagaimana tidak, Kyuhyun berpasangan dengan idol yang banyak digosipkan berkencan dengannya, Seo Johyun. Pantas saja bocah ini tak pernah bercerita bahkan sampai membujukku untuk datang ke musikalnya. Paling-paling dia hanya berkata “Oh, latihan tadi sangat melelahkan. Aku ingin musikal ini segera selesai.” Atau “Uhm, aku lelah latihan terus.” Tapi, jika kutanya bagaimana musikalnya, dia pasti akan menjawab “Musikalku sangat membosankan, kuharap kau tak datang karena kau pasti akan mati bosan melihatnya.” Dan bodohnya aku karena tidak bertanya ‘mengapa kau mengambil perannya jika musikal itu membosankan?’ yang ada aku hanya diam dan menganguk tanda mengerti.

Aku yang awalnya datang untuk sekedar memberi kejutan pada Kyuhyun malah merasa sangat marah karena Kyuhyun tak pernah memberitahuku. Kau siap untuk mati rupanya, Kyu?

Musikal ini bukan hanya membosankan, tapi sangat memuakkan. Jujur saja jalan ceritanya memang bagus, hanya saja semua menjadi berubah saat tersadar bahwa Kyuhyun dan Seohyun menjadi pasangan yang saling mencintai hingga akhir.

Tubuhku serasa menegang melihat banyak adegan romantis diantara mereka. Bunga yang sedari tadi ada di pangkuanku kini mulai layu karena terlalu sering kuremas-remas menahan amarah yang mungkin akan meluap jika Kyuhyun melakukan adegan yang lebih ‘ekstrim’ lagi dengan Seohyun.

Apa bocah tengik itu masih tak menyadari kehadiranku? Padahal aku duduk di bangku VIP yang notabanenya ada di barisan depan. Apa mungkin aku terlalu kecil sehingga aku tak kelihatan dari atas panggung? Apa mungkin karena posisi kursiku hampir di pojokan sehingga Kyuhyun tak melihatku? Atau karena dia terlalu asyik dengan perannya sehingga tak menyadari bahwa aku sedang menahan emosi melihatnya di atas panggung bersama Seohyun ? Cho Kyuhyun... kau benar-benar ingin membuatku gila ya?

Dan Oh... adegan terakhir ini...

Cho Kyuhyun...

Aku mati rasa, tubuhku menegang dan aku tak dapat merasakan pijakan kakiku lagi. Bahkan tanganku terlalu lemas untuk sekedar meremas bungaku lagi. Aku lupa caraku bernafas untuk sesaat. Hingga aku sadar bahwa adegan itu telah berakhir, adegan yang terjadi hampir benar-benar di depan kursiku. Air mataku luluh saat sepasang mata itu menatapku dengan ekspresi kaget untuk sesaat hingga mata kami dipisahkan oleh tirai pertunjukan yang digelar, menandakan bahwa Drama musikal kini telah berakhir.

Seperti aku yang kini telah berakhir. Aku hancur, benar-benar hancur.

Aku masih terduduk di kursiku saat semua yang lain telah pergi meninggalkan kursinya. Aku tak memiliki kekuatan untuk berdiri, bahkan hanya untuk mengusap air mata yang semakin lama semakin deras. Tubuhku bergetar dan aku masih tak dapat menghilangkan adegan itu di pikiranku. Itu semua terus saja berputar dalam memoriku.

Aku mencoba berdiri dan berjalan meski harus tertatih dan berkali-kali hampir terjatuh. Aku menghapus air mataku yang sedari tadi tak sedetikpun mau berhenti mengalir. Aku tak peduli lagi dengan bunga untuk Kyuhyun yang kini telah tergeletak entah dimana. Aku tak peduli lagi dengan Kyuhyun.

Aku segera mencari taksi menuju apartemenku. Aku ingin menangis sekeras-kerasnya tanpa ada seorangpun yang tau. Aku ingin melepaskan rasa sakit ini. Aku benci dengan hubungan antara aku dan Kyuhyun. Semua memang salah dari awal. Aku dan Kyuhyun seharusnya memang tak bersama sejak awal.

Sesampai di lobi apartemen aku melihat seseorang yang begitu familier buatku. Lee Donghae menungguku dengan mimik wajah khawatir.

“Hey, kenapa wajahmu sekusut itu? Kau darimana?” Aku tau dia hanya berpura-pura tidak tau aku darimana.

Aku hanya menatap wajahnya sebentar lalu kembali melanjutkan langkahku menuju apartemenku tanpa menjawab pertanyaan darinya. Ia mengikutiku dari belakang tanpa berkata apapun. Saat akan masuk lift, tiba-tiba saja keseimbanganku hilang dan untung saja ada Donghae oppa yang berhasil menahanku agar tak terjatuh.

“Gwenchananeyo?”

“Gwenchana. Gomawo, oppa.” Aku segera melepaskan diri dari tangannya dan segera masuk lift. Dia mengikutiku naik lift. Entah apa yang akan dia perbuat, kelakuannya kini bisa saja ketahuan oleh netizen dan bisa-bisa besok akan beredar gosip tentang kedekatanku dengan Donghae oppa. Tapi aku benar-benar tak memperdulikan itu. Aku sudah tak peduli dengan hidupku.

“Kau sebaiknya pulang ke rumah orangtuamu saja, kau sedang tak baik-baik saja. Ayo kuantar kau pergi”

“Ini sudah malam, tak mungkin jika akan pergi ke Mokpo, oppa.”

“Tak peduli kapan akan sampai, yang penting kau sampai di mokpo. Aku ingin kau pulang dan melupakan masalahmu untuk sejenak. Kau bisa bermanja dengan eommamu dan pergi memancing dengan appamu. Meski mereka berdua adalah pengusaha yang sibuk, aku yakin mereka akan meluangkan banyak waktu jika melihat anak gadisnya seperti ini.”

Dia segera memencet tombol lift menuju lobi untuk mengantarku ke Mokpo sekarang juga. Aku hanya pasrah mengikutinya. Sesampai di mobil dia segera memakai masker dan kacamata hitamnya. Sebenarnya berkendara seperti itu di Seoul adalah sesuatu yang berbahaya, apalagi saat malam hari. Tapi akupun tak peduli jika terjadi kecelakaan saat ini juga.

Kami berdua masih dalam keadaan hening hingga perbatasan kota Seoul. Donghae oppa melepas masker dan kacamatanya. Sehingga memperlihatkan sepasang mata yang sangat mendamaikan hati, tapi tak cukup untuk menenangkan hatiku saat ini.

“Ah, akhirnya aku dapat melepasnya. Berkendara seperti itu membuatku was-was. Setelah keluar dari Seoul, rasanya berbeda sekali. Jalanannya tak seramai Seoul ya? Jadi aku tak perlu khawatir akan dikenali.”

Aku hanya diam dan masih saja memandang keluar kaca mobil tanpa menanggapi ucapannya barusan. Dia benar, ini semua telah berbeda dengan Seoul. Tak ada lagi Kyuhyun di sini.

“Hey, kau tak sadar saat tadi kau hampir terjatuh di depan lift, kau menjatuhkan ponselmu.” Aku menoleh saat ia mengulurkan ponsel kepadaku.

“Ponsel itu bergetar berkali-kali. Hanya saja aku tak memiliki hak untuk melihatnya. Selain itu, ponselmu disandi kan?”

Aku mengangguk pelan dan mencoba memasukkan rangkaian sandi yang telah kubuat sendiri. Hari dimana seseorang yang begitu berarti untukku dilahirkan. Ulang tahun Cho Kyuhyun.

            You have 79 Missed Call and 31 New text message.

Dan kau tau, semua dari nama yang sama Uri chagiya~. Cho Kyuhyun

            Eodisso?

            Han Eunrim, Eodisso?

            Eunrim, kumohon angkat teleponku. Aku bisa gila jika tak menemukanmu saat ini juga

            Eunrim-ah, aku bisa mati jika kau seperti ini

Aku tak sanggup lagi membaca pesan yang lain darinya, segera aku menghapus semua pesan darinya. Air mataku mengalir lagi.

“Kau baik-baik saja?”

“Bagaimana aku bisa baik-baik saja jika aku melihat kekasihku berciuman dengan gadis lain di depan mataku sendiri.”

“Aku tau.”

“Kau tidak tau. Kau tidak tau seberapa hancurnya aku.”

Donghae oppa lalu menepikan mobilnya lalu memelukku erat. Aku tak memberontak. Memang ini yang aku butuhkan, sebuah sandaran untuk menangis. Aku hanya terus menangis dalam pelukan hangatnya hingga aku merasa bahwa aku mulai terlelap dalam pelukannya.

***

Aku terbangun saat jam menunjukkan pukul 10 pagi. Astaga, berapa lama aku tertidur? Aku menemukan secarik kertas di samping jam bekerku. Dari Donghae oppa.

            Hey, jam berapa saat kau bangun? Kau lelap sekali tidurnya.

Menggendongmu dari turun mobil hingga kamarmu benar-benar sangat melelahkan. Ingat, kau berhutang padaku Han Eunrim-ssi. Badanku remuk semua setelah menggendongmu. Sepertinya kau perlu mengikuti program diet. Hahaha~

Aku hanya bercanda. Semoga kau baik-baik saja disana dan cepat sembuh dari lukamu itu. Aku akan merahasiakan kepulanganmu ke Mokpo dari semua orang, aku janji. Semoga kau dapat memutuskan apa yang akan kau lakukan setelah ini. Jangan pernah kembali ke Seoul jika kau masih menangis, aku benci melihatmu seperti itu. Aku juga sakit melihatmu sakit Eunrim-ah. Oppa mu yang paling tampan ini menyayangimu.

Aku tersenyum membaca suratnya itu. Aku jadi mengingat saat-saat dimana aku sering bermain dengan Donghae oppa saat masih kecil. Dia memang sangat membenci saat dimana aku menangis. Dan dia sangaattt narsis. Walau masih kalah dengan... Kyuhyun.

Mengingatnya membuat dadaku sesak lagi. Tapi aku berusaha menahan tangisku dan segera turun ke lantai bawah. Dan apa yang kulihat adalah sesuatu yang sangat jarang kulihat.

Eomma dan Appa berdua menonton televisi. Mereka terlihat begitu mesra. Senyumku mengembang seketi

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet