JUST ONE DAY

COMA (THE FACT THAT WE ONLY HAVE ONE CHANCE)

I want to stay because of you

Junhong menatap gadis yang bernama Oh Hayoung itu dengan pandangan tak percaya. “Kau yakin Hayoung? Bukan karena kau sedang mengerjaiku kan?” tanya Junhong memastikan. Hayoung mengangguk, “Aku memang membencimu Junhong. Tapi aku tak pernah berbohong apa lagi jika ini berkaitan dengan pesan seorang guru. Aku tidak sejahat itu.” Junhong akhirnya mengangguk.

“Gomawo Hayoung.” Hayoung berjalan kembali ke bangkunya dibagian depan. Berkebalikan dengan Junhong yang akhirnya lebih menyukai duduk di barisan belakang. Junhong kemudian mengeluarkan ponselnya. Mengetikkan sebuah pesan dan mengirimkannya pada seseorang. Pesan terkirim dan Junhong kembali tertidur dimejanya. I want to stay because of you

……

 

From : 0817-337-1510

Kau yakin tak mau bertemu denganku? Bukankah hukuman itu adalah alasan kau ingin menatap wajahku yang tampan?

 

Jihye meletakkan ponselnya dengan gemas. Sebersit perasaan kesal namun juga takut muncul dihatinya. Bagaimana bisa Choi Junhong mendapatkan nomer ponselnya dan bagaimana bisa dia kemudian memilih mengiriminya pesan singkat disaat Jihye dengan tekad yang bulat tak ingin lagi bertemu dengan Junhong berdua saja.

Jihye takut. Aku takut jadi berbalik memiliki perasaan yang tidak seharusnya.

…..

 

Junhong mengerucutkan bibirnya saat membaca siapa teman duduknya selama perjalanan menuju Pantai Sokcho, Kangwon-do selama 4 jam ke depan. Siswa dan siswi dikelasnya semuanya tepat berpasangan tapi tidak dengan Junhong. Sejujurnya Junhong senang saja dengan pasangannya. Namun dia tidak mengerti bagaimana pasangannya begitu terlambat sepagi ini.

“Maaf, Han Songsaenim. Saya tadi mengantarkan barang saudari saya terlebih dulu karena tertinggal. Maaf.”

“Song Saongsaenim. Tidak apa-apa, kita masih ada waktu 5 menit kok. Tapi maaf, anda tidak duduk dibagian depan. Kursi penuh. Hanya satu yang tersisa. Anda bisa duduk dengan Choi Junhong.” Ujar Han Songsaenim. Kalimatnya sukses membuat tubuh Jihye gemetar dan berkeringat dingin. Jihye melirik pojok bus dimana anak laki-laki yang bernama Choi Junhong yang tengah menatapnya dengan bibir mengerucut.

Jihye menghela nafasnya kemudian berjalan mencapai kursi kosong disebelah Choi Junhong berada. Jihye membanting tubuhnya dikursi dan mulai memejamkan matanya. Mengabaikan Junhong. Disampingnya, Junhong tersenyum puas mendapati sikap guru mudanya yang baru. I don’t know why God so kind to me, He makes our fate seems colorfull. Batin Junhong sambil matanya mulai terpejam.

……

 

Jihye menggeliat bangun dari tidurnya, matanya membulat ssat menyadari dia hanya berdua saja dengan Junhong disampingnya. Semua siswa termasuk guru-guru sudah menghilang entah kemana. Jihye melongokkan kepalanya dan menyadari kini mereka sudah sampai dihalaman penginapan mereka, namun tak seorang membangunkannya. Junhong bergerak menggeliat juga membuat Jihye bergidik takut, kemudian perlahan Jihye berjingkat namun terlambat, junhong sudah lebih dulu menggenggam pergelangan tangan kirinya.

“Aku yang meminta mereka agar kau tak dibangunkan, Saem.” Suara bass Junhong begitu merdu terdengar ditelinga Jihye, rasanya Jihye dapat merasakan perasaan hangat dan menenangkan. Namun Jihye cepat menyadarkan pikirannya. “Lepaskan.” Hanya kata itu yang keluar dari bibir mungil Jihye. Junhong menyeringai lalu melepaskan pegangan tangannya. You know what Jihye, I want to stay  here because of you.

……

 

I am totally jealous

Jieun merapihkan tumpukan kertas didepannya dan mengecek ulang semua dengan hati-hati, berusaha agar tak sedikitpun ada yang dia lewatkan sehingga menjadi salah dan berantakan semua pekerjaannya. Berkas itu adalah tumpukan panjang perjanjian kerja B.A.P satu tahun ke depan sehingga dia tidak mungkin membacanya hanya selewat saja seperti yang biasa dia lakukan saat membaca novel Harry Potternya.

“Here you go.” Jieun menoleh saat suara bass seorang laki-laki yang sangat familiar menghampirinya. Jieun tersenyum.  “Iced Americano with wiped cream for you miss.” Jieun tergelak sambil menerima uluran gelas carton berisi minuman favoritenya. “Gomawo Yongguk-ssi” lelaki yang dipanggil Yongguk itu tersenyum dan duduk disamping Jieun.

Ruang rapat mereka nampak begitu besar saat hanya mereka berdua didalamnya. Yongguk menggeser duduknya lebih dekat dengan Jieun yang kini sudah kembali menatap tumpukan kertas-kertasnya. Wajahnya yang putih dibingkai dengan kacamata warna coklat sehingga menampakkan wajah yang begitu menarik perhatian Yongguk.

Satu lagi wajahmu yang kulihat. Senyum manis malu-malu, Ekspresi tegas, Wajah dan mata yang bengkak karena menangis dan sekarang Wajah serius dan focus. Yongguk tersenyum sambil sesekali menyesap minumannya. Beberapa kali Yongguk membuat suara dari hisapan minuman yang dia minum, membuat Jieun akhirnya menyerah terhadap tingkah laku Yongguk yang jelas-jelas mencari perhatiannya. JIeun meletakkan bolpoin dan stabillo warna pinknya. Dia menoleh dan mendapati wajah Yongguk yang sangat lucu karena telihat begitu kaget dengan Jieun yang menoleh padanya.

Jieun tergelak lebar dan membuat Yongguk malah makin bingung. “Kau kenapa?” tanyanya. Jieun masih tertawa, susah melepaskan bayangan wajah Yongguk yang begitu polos saat minum, persis seperti anak kecil berusia 5 tahun yang mendapatkan es krim pertamanya. Karena Jieun tak berhenti tertawa, Yongguk akhirnya meraih tangan Jieun yang menutupi mulutnya. “Katakan padaku, kau kenapa? Ada apa?”

Sedikit terkejut dengan perlakuan Yongguk membuat Jieun segera berhenti dari tawanya, namun sesekali dia tersenyum. Yongguk menatap sepasang mata Jieun lalu mengangkat alisnya tanda kalau dia masih menunggu penjelasan Jieun. Jieun melepaskan pegangan tangan Yongguk dipergelangannya. Jieun menggeleng, “Kau minum apa?” dia justru bertanya.

Meskipun dahinya mengernyit karena bingung, tapi Yongguk tetap menjawabnya, “Milkshake Thai Tea. Kenapa?” Jieun kembali tersenyum tapi menggeleng, “Boleh minta sedikit, just curious bagaimana rasanya.” Yongguk mengulurkan gelasnya dan Jieun menyesap dari sedotan yang tadi digunakan Yongguk. “Ummm enak. Pantas.”

“Eh?” tapi kali ini Jieun mengabaikan Yongguk. Meninggalkan Yongguk yang mengerucutkan bibirnya karena kesal.

……

 

Yongguk mendorong pintu dan menunggu Jieun keluar melewatinya barulah mereka berjalan bersama. Saat hampir mencapai mobil hitam Yongguk, “Oppa…. Bang Oppa!!!!” sebuah suara mengentikan langkah keduanya, tepatnya menghentikan Jieun yang hendak masuk kedalam mobil Yongguk dimana Yongguklah yang membukakan pintu untuknya.

Yongguk menoleh kearah sumber suara dan kemudian tersenyum lebar. Membuat Jieun mengernyitkan dahinya dan buru-buru menoleh mengikuti arah pandang Yongguk. Seorang gadis berambut hitam legam dan panjang berlari kearah Yongguk dengan begitu sumringah. Begitu keduanya saling mencapai terlihat dengan santai Yongguk memeluk gadis itu.

“O, uri Youngieeee…” suara bass Yongguk begitu ramah memanggil nama gadis itu, membuat Jieun tanpa sadar mengerucutkan bibirnya. “Uri Bang Oppaaaaaa…” suara gadis itu makin manja saat Yongguk memeluknya lebih erat.

“Eh, bukankah harusnya kau sedang dalam perjalanan menuju Sokcho? Semalam Junhong bilang kalau kalian akan kesana.” Gadis itu menggeleng. “Aku malas ikut kalau ada Junhong.” Yongguk tertawa mendengar jawaban gadis yang lebih muda darinya yang juga seumuran dengan Junhong.

“Arraso. Arraso. Kau mau kemana?” Gadis itu nampak tersenyum saat Yongguk bertanya padanya. “Kau pasti akan cemburu kalau aku mengatakannya.” Yongguk tergelak kemudian dia mencubit pipi merona gadis yang dia panggil Youngie.

“Tentu saja aku akan selalu cemburu padamu. Kau tahu kan kau milikku selamanya.” Brak!! Begitu kalimat Yongguk selesai diucapkan saat itulah Jieun membanting pintu mobil Yongguk dengan cukup keras. Membuat tak hanya Yongguk tapi juga ‘Youngie’ terkaget karena suaranya.

Yongguk tersenyum. Aku menemukan sekali lagi wajahmu, Wajah cemburu.

“Siapa dia oppa?” tanya ‘Youngie’. Yongguk berbisik, “Gadis yang aku sukai. Tapi sepertinya dia cemburu padamu.”

‘Youngie’ tersenyum simpul. Kemudian bergerak kearah kanan mobil dimana Jieun berada. Mengetuk pelan kaca mobil sehingga membuat Jieun menoleh, “Oh??? Song Songsaenim?” ujar ‘Youngie’. Seketika kedua alis Jieun menyatu tanda tak mengerti. Perlahan Jieun membuka pintu mobil Yongguk. Kemudian turun dan berdiri tepat didepan ‘Youngie’ yang spontan membungkukkan badan tanda hormat.

“Annyeong haseyo, Song Songsaenim. Saya pikir anda akan ikut ke Sokcho hari ini.” Ujar ‘Youngie’. Kalimat ‘Youngie’ tak hanya membuat Jieun kebingungan tapi juga membuat Yongguk bertanya-tanya.

“Eh, Youngie-yaaa apa kau mengenal Song Jieun?” tanya Yongguk. ‘Youngie’ menoleh, “Eh??? Oppa ini. Beliau ini Song Jihye Songsaenim, guru sastra baru disekolahku, ya kan Saem?”

Sekketika Jieun paham, kalau gadis didepannya adalah salah satu murid dari saudari kembarnya. “Ummm Youngie-ssi, maaf aku bukan Song Jihye. Aku saudari kembarnya, Song Jieun.” Ujar Jieun sambil mengulurkan tangannya. ‘Youngie’ menoleh dan mebelakkan matanya.

“Mwo?? Maldo Andwae!!! Pantas sekali kalian sangat mirip. Eh tapi kalu diingat lagi aku baru sadar kalau rambut Song Saem itu hitam dengan dihias highlight turquoise dan ombre. Guru yang paling nyentrik dan menyenangkan. Sayangnya dia sudah sering dikerjai Choi Junhong.”

Yongguk tersenyum mendengar obrolan keduanya. Jieun meskipun tak mengerti tetap ikut tertawa sopan. “Jadi namamu siapa, Youngie-ssi? Biar kukatakan pada Jihye untuk menambah nilaimu.” Ujar Jieun. ‘Youngie’ tersenyum dan mengibaskan rambutnya pelan, “Ah jangan begitu Saem, eh saudaranya Saem. Aku Oh Hayoung. Aku calon adik iparnya Yongguk oppa.” Ujar Hayoung sambil mengulurkan tangannya menyambut tangan Jieun yang terulur.

Jieun menoleh, “Bukankah kau anak bungsu, Yongguk-ssi?” Yongguk mengangguk, “Kakak kembarku yang akan menikahinya setelah dia lulus nanti. Tahun depan mereka akan menikah.” Jawab Yongguk.

“Jadi Youngie, katakan kau mau kemana? Sekalian oppa antar.” Hayoung tersenyum, “Tak perlu oppa. Karena Yongnam oppa akan kemari. Kami akan memilih gedung resepsi hari ini.” Yongguk tersenyum kemudian menepuk pelan puncak kepala Hayoung.

“Aigoo…. Yongnam hyung senang sekali mengurusnya jauh-jauh hari. Kenapa kalian tak menikah bulan depan saja.” Ujar Yongguk.

“Mana bisa, Gukkie-ya. Dia masih terlalu kecil.” Sebuah suara yang sangat mirip dengan Yongguk sudah berdiri tak jauh dari Yongguk dan Jieun.

“Uri oppa….” Ujar Hayoung begitu bersemangat, dilingkarkannya tangannya menggelantung di lengan Yongnam yang berani bertaruh pasti sama kokohnya dengan Yongguk. Yongnam tersenyum kemudian mencium pipi pinkish Hayoung. “Uri aegi.” Membuat pipi Hayoung main memerah dan tentu saja tindakan seromantis itu membuat Jieun cemburu.

“Yo… Hyung, kenapa tak bilang mau kemari?” sapa Yongguk sambil menepuk pundak kakak kembarnya. Yongnam, si kakak kembar hanya tersenyum dan memukul kecil ke bahu Yongguk sambil mengerlingkan sebelah matanya. Seperti mengerti arti kerlingan mata kembarannya Yongguk mulai panik, “Ya!!! Hyungggg…. Waeeeeee???” (Hei hyung, kenapa?)

Yongnam hanya tertawa, sangat kontras dengan wajah Yongguk yang frustasi dan ekspresi Hayoung dan Jieun yang kebingungan. “Oppa?? Kenapa?” tanya Hayoung. Yongnam tersenyum kemudian mencubit singkat hidung mancung Hayoung. “Aniya…. Bukan apa-apa. Aku hanya ingin mengenal seseorang yang sukses membuat Yongguk jadi sering meneleponku karena jatuh..” belum selesai Yongnam menyelesaikan kalimatnya Yongguk sudah membekap mulutnya.

“Aniya Jieun.. bukan apa-apa kok. Kenalkan ini saudara kembarku, Bang Yongnam.” Tepat setelah itu Yongguk baru melepaskan tangannya dari mulut Yongnam. Jieun tersenyum melihat perilaku Yongguk yang kekanakan menurutnya. “Selamat Siang, Saya Song Jieun. Senang bertemu dengan anda.” Ujar Jieun sambil menyalami Yongnam yang sekarang tersenyum lebar. “Senang juga bertemu denganmu, Song Jieun-ssi. Cinta pertama adikku.”

“Yahhhh!!! Hyungnimmm!!!” Yongguk tidak dapat lagi menahan teriakannya dan hanya dibalas gelak tawa oleh Yongnam dan diikuti oleh hayoung. Sedangkan Jieun terpaku begitu saja.

…….

 

Jieun masih terdiam setelah berpuluh menit Yongguk mengendarai mobilnya sejak meninggalkan Yongnam dan Hayoung pergi memilih gedung pernikahan mereka. “Umm.. Jieun-ssi?” Jieun menoleh karena panggilan Yongguk, “Hummm..” Yongguk nampak ragu-ragu tapi akhirnya dia memutuskan untuk mengatakan apa yang mengganjal dipikrannya. “Ummm maafkan hyungku, tapi sejujurnya dia mengatakannya dengan tepat. Dan aku berniat mengatakan padamu nanti saat waktunya tepat.”

Wajah Jieun memerah karena malu dan diperutnya seperti ribuan kupu-kupu mengepakkan sayapnya. Senyum Jieun perlahan merekah. Dia merasa memang baru mengenal Yongguk, namun sejak pertemuan pertama mereka yang sangat berkesan itu mana mungkin Jieun bisa tidak tertarik pada Yongguk. Ada sesuatu dalam diri Yongguk yang sangat disukainya.

“Apa yang ingin kau katakan, Yongguk-ssi? Aku tak mengerti.” Uji Jieun. Jieun paling senang membuat pria yang nampak begitu Bengal dan kasar ini tak berkutik seperti ini. Yongguk memandang kearah jalanan dengan panik, dia tidak mengantisipasi Jieun akan bertanya lebih lanjut. Dia berencana mengatakan sejujurnya pada Jieun disaat yang tepat dan romantis tentang perasaannya sejak pertama kali menatap sepasang mata bulat Jieun. Bukan disaat seperti ini.

“Kalau kau ingin mengatakan kalau kau menyukaiku, aku sudah tau Yongguk-ssi. Sejak awal aku tahu. Sejak hari pertama kita bertemu, sejak saat kau sering menyela bicaraku, sejak dihari itu kau menemaniku menangis, sejak hari itu. Karena itulah aku bertahan disini.” Ujar Jieun dengan wajah yang semerah tomat. I stay because of you Yongguk.

Yongguk menoleh, senyumnya seketika merekah dan dia merasa sedikit lebih ringan didadanya. “Begitukah? Apa kau juga menyukaiku sejak saat itu?” balas Yongguk, sekarang ganti Jieun yang terdiam. Jieun tahu dengan pasti hatinya, bagaimana dia merasa tertarik dan berkat Yongguk dia bisa tetap bertahan setelah mengetahui Himchan akan bekerja sama dengannya juga. “Ummm… entahlah. Bukankah kau tadi begitu santai dipeluk-peluk Hayoung. Aku jadi meragukan perasaan sukamu padaku.” Jawab jieun.

Telinga Yongguk memerah karena malu tapi dia tahu ini adalah saat yang tepat untuk mengatakannya. “Aku tahu kau cemburu kan? Cemburu saat Youngie memelukku. Ya kan??” ujar Yongguk Jahil. Wajah Jieun memerah tapi seketika tangan Jieun memukul bahu dan lengan Yongguk, “AKu cemburu padamu? Mana mungkin.” Yongguk tertawa dan memilih tidak bertanya. Alih-alih Yongguk menarik punggung tangan Jieun dan mengecupnya.

“Gomawo sudah menyukaiku juga Jieun-ssi.” Wajah Jieun bersemu namun dia tetap membiarkan Yongguk menggenggamnya. Kau bertanya aku cemburu huh? Of course I am totally jealous with that young girl, Bang yongguk.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Febbya17
#1
Chapter 4: please update soon :)