Back

Back (Indonesian)

[Author Note]

Kata-kata yang diitalic full itu artinya klise

Terus kalau ada lirik lagi, itu artinya lirik/nada lagu itu cocok sama suasananya. 

[End]

 

.

 

.

 

 

Seorang namja sipit tengah membaca serius sebuah surat di tangannya. Namja itu adalah leader dari Infinite, salah satu gangster paling ditakuti di seluruh Korea Selatan.

 

‘Brengsek!’ umpatnya pelan sambil meremas surat itu.

 

‘Beraninya kau bermain curang. Aku tidak akan memaafkanmu!!!!’

 

“ARKKHH!!!” teriak namja sipit itu sambil menarik rambutnya kuat-kuat, tanda dia sedang mengalami tekanan yang sangat berat.

 

“………………” perlahan-lahan air mata itu mengalir dari kedua mata sipitnya. Ya, namja sipit itu menangis. Apa yang ditangisinya? Entahlah. Mungkinkah.. Itu berkaitan dengan isi surat itu?

 

“Mianhae..” isak namja sipit itu sambil menyeka kasar air matanya. “Mianhae..” isaknya lagi. “Mianhae hyung tidak bisa bersama kalian lagi. Mianhae, mianhae, mianhae..”

 

Tes. Tes. Tes.

 

Air mata itu mengalir semakin deras. Namja itu menundukkan kepalanya, membiarkan air matanya semakin banyak menetes dari mata kecilnya.

 

Namja itu menarik rambut hitamnya lagi, meratapi sesuatu yang menimpa gangsternya, lebih tepatnya salah satu dari anggota gangsternya.

 

“M-mianhae..” ucap namja itu sesenggukan. “Selamat tinggal..” namja itu meremas surat itu lebih kuat hingga sedikit-sedikit kertas itu robek.

 

“My brothers.”

 

Tes.

 

***

 

Markas Infinite. 08.00pm.

 

Seorang namja tampan berbibir tebal sedang mengelap pistolnya dengan cairan khusus untuk membersihkan pistol. Disebelahnya ada seorang namja tampan lainnya yang berwajah dingin. Namja itu tengah menatap datar kegiatan yang dilakukan oleh namja berbibir tebal itu.

 

“Woohyun hyung..” panggil namja dingin itu pada namja berbibir tebal yang sedang mengelap pistolnya itu.

 

“Hm.” sahut Woohyun tanpa berkutik dari kegiatannya.

 

Namja tampan berwajah dingin itu terdiam. Kedua mata elangnya masih menatap kegiatan yang dilakukan Woohyun dengan tajam. “Aku punya kabar buruk.” ucapnya datar tanpa ekspresi, namun tesirat sebuah kesedihan dari nada bicaranya itu.

 

“Apa itu?” tanya Woohyun yang kini telah selesai mengelap pistol kesayangannya itu.

 

“Hyung..” namja dingin itu menghentikan ucapannya. Kedua matanya terlihat sayu, dan ekspresinya kini berubah menjadi ekspresi khawatir sekaligus marah.

 

“Ne, Myungsoo? Ada apa? Apa kabar buruknya itu?” tanya Woohyun yang kini menoleh menatap Kim Myungsoo yang merupakan dongsaeng kandung dari leader gangster mereka, Kim Sunggyu.

 

Myungsoo terlihat menggigit bibir bawahnya. Ini sangat aneh bagi Woohyun. Myungsoo adalah namja tanpa ekspresi. Dia sangat jarang bahkan tidak pernah menunjukkan ekspresinya. Tapi, pagi itu sangat berbeda. Myungsoo terlihat sangat sedih. Ada apa dengannya? Dan apa kabar buruk itu?

 

“Myungsoo? Apa kabar buru——”

 

“Sunggyu hyung menghilang.”

 

Deg!

 

“Mwo?!” pekik Woohyun terkejut mendengar ucapan Myungsoo yang memotong pertanyaannya itu. “K-Kau bercanda?! Ini tidak lucu, Kim Myungsoo!” tepis Woohyun yang sangat terkejut dengan ucapan Myungsoo.

 

“Aku tidak bercanda!” tepis Myungsoo keras. “Ini. Aku menemukan ini di kamar hyung.” lanjutnya sambil memberikan surat tadi malam diremas oleh Sunggyu.

 

Woohyun mengambil surat itu lalu membacanya.

 

[Hey, bajingan Kim.

Kau tahu kan beberapa hari lalu salah satu anak buahmu menghajar tuan muda kami sampai babak belur? Tuan muda kami tidak terima dan dia ingin anak buahmu itu segera menemuinya di markas kami. Beritahu dia untuk menemui tuan muda kami besok atau keluargamulah yang menjadi taruhannya.]

 

Deg!

 

Seketika Woohyun merasa beku. Kedua matanya kini membelalak sempurna dan juga bibirnya yang terbuka menandakan dia sangat shock dengan isi surat itu. Ani, bukan isi surat itulah yang membuatnya sangat terpukul. Namun tindakan leader mereka yang memilih untuk pergi ke markas musuh mereka secara diam-diamlah yang membuatnya sangat terpukul.

 

“W-wae?” ucap Woohyun dengan nada bergetar. “Ini salahku. Kenapa Sunggyu.. Ukhh!!” Woohyun merobek-robek kasar surat itu, lalu membuangnya sembarang. “Aku tidak bisa menerimanya!” serunya setengah meringis, merasa sakit yang sangat perih di hatinya. “Kita harus segera ke markas mereka!” perintahnya dan segera mengambil pistol yang baru saja dilapnya.

 

“Hyung, jamkkanman!” Myungsoo menahan Woohyun.

 

“Apa lagi? Kita harus cepat-cepat, Myungsoo!” seru Woohyun sambil menyentakkan tangannya yang ditahan Myungsoo. “Dimana yang lainnya disaat penting seperti ini?!” marahnya entah pada siapa saat tidak ditemukannya keempat teman gangsternya.

 

“Kau tidak boleh pergi dari markas!” seru Myungsoo lagi. “Kau akan terbunuh!”

 

“Lalu aku harus diam disini dan membiarkan Kim Sunggyu mati ditangan mereka, HUH?!” pekik Woohyun yang mulai emosi.

 

“Hyung, tenanglah.. Hoya hyung, Dongwoo hyung, Sungyeol hyung, dan juga Sungjong-ah sudah pergi ke markas mereka. Mereka akan merebut Sunggyu hyung kita kembali dari tangan mereka!” ucap Myungsoo yang ikut panik, mencoba untuk menenangkan Woohyun.

 

“Mwo?” Woohyun menatap Myungsoo dengan wajah yang menahan marah. “Kau memberitahu mereka berempat tapi KAU TIDAK MEMBERITAHUKU??!!!!!”

 

Brugh!

 

Woohyun mendorong Myungsoo kuat-kuat hingga tubuh namja dingin itu menghantam tembok. “Akh!” pekik Myungsoo yang merasakan sakit di punggungnya.

 

“SIALAN KAU KIM MYUNGSOO!” umpat Woohyun lalu segera berlari meninggalkan markas dan pergi menuju markas musuh mereka.

 

Myungsoo meringis, lalu mengambil pistolnya sendiri dan berlari menyusul Woohyun sambil menahan sakit di punggungnya. “HYUNG KAU TIDAK BOLEH PERGI!!!!” teriak Myungsoo yang bersusah payah mengejar Woohyun yang kini sudah menghilang dari pandangannya.

 

“HYUNG!!!” teriak Myungsoo yang mengumpulkan seluruh tenaganya untuk menyusul Woohyun yang sudah jauh di depannya.

 

Myungsoo sudah berlari keluar dari markas mereka. Dia bisa melihat punggung Woohyun yang berlari jauh di depan sana. Myungsoo kembali berlari menyusul Woohyun. Namun, langkahnya berhenti saat dia melihat seseorang yang berada teras di salah satu rumah susun di dekat markas mereka yang tengah membidik punggung Woohyun.

 

‘W-Woohyun hyung..’ batin Myungsoo dengan kedua mata membelalak lebar. ‘W-Woohyun hyung diatasm——’

 

DOR!

 

DOR!

 

“!!!!!!!!!!”

 

“WOOHYUN HYUNG!!!!!!!!!!” Myungsoo segera berlari mendekati tubuh Woohyun yang kini terkapar di jalan beraspal itu. Dia sangat panik sekaligus marah. Dia mengeluarkan 2 pistolnya, lalu membidiknya ke arah orang yang tadi menembak Woohyun. Namun sayang, orang itu sudah menghilang entah kemana.

 

“BRENGSEK KAU!!!!” teriak Myungsoo yang terus berlari mendekati Woohyun sambil mengarahkan pistolnya ke segala arah, berjaga-jaga agar dia bisa segera menembak pelaku penembakan Woohyun itu.

 

“HYUNG!! WOOHYUN HYUNG!!!” teriak Myungsoo saat melihat darah yang keluar dari punggung Woohyun membasahi jalan beraspal itu.

 

Myungsoo melepas pistolnya lemah, lalu terduduk lemas melihat salah satu hyungnya terkapar tidak berdaya di jalan itu.

 

Tes. Tes. Tes.

 

Perlahan-lahan air mata Myungsoo pun mengalir. Dia memeluk tubuh Woohyun dengan erat, lalu menangis sejadi-jadinya untuk yang pertama kalinya.

 

“Hyung.. Lihat apa yang terjadi padamu..” ucap Myungsoo sesenggukan. “Seandainya kau menuruti kami dan tidak keluar dari markas, kau tidak akan mati seperti ini.”

 

Myungsoo menatap wajah Woohyun dengan air mata yang menghiasi wajah tampannya. “Aku akan merebut Sunggyu hyung kembali. Untukmu.. Dan juga untuk Infinite.”

 

***

 

Tempat persembunyian. Beberapa meter dari markas rival.

 

“Sekarang bagaimana?” tanya Sungjong pada ketiga hyungnya. Mereka berempat sudah berada di depan markas rival mereka. Namun mereka memilih bersembunyi agar bisa merencanakan strategi penyerangan mereka.

 

“Pertama-tama, kita akan kalahkan para penjaga bodoh itu.” ucap Dongwoo sambil menunjuk ke arah para penjaga berhoodie merah yang tampak menjaga markas rival mereka itu.

 

Ketiga teman-temannya yang lain ikut menoleh ke arah para penjaga itu. Mereka bertiga mengangguk, mengiyakan ide Dongwoo. “Setelah semua penjaga bodoh itu kita kalahkan, aku akan masuk ke tempat dimana Sunggyu ditahan. Aku akan pura-pura menyerah dan bernegosiasi dengan Kim Kibum bajingan itu.”

 

“Algesseo.” angguk Sungyeol mengerti.

 

“Tugas kalian adalah bersembunyi dan cari momen yang tepat untuk menembak Kibum. Ingat, target kita adalah Kim Kibum. Jika dia mati, maka kita akan menang. Namja itu memang lemah. Tapi dia seorang tuan muda yang selalu akan dilindungi oleh para gangster itu dan jika dia dibiarkan hidup saat kita menghajar para gangster itu.. Kemungkinan besar dia akan memanggil gangster-gangster lain untuk melindunginya.” ucap Dongwoo mengutarakan idenya lagi.

 

“Ok. Aku mengerti.” kali ini Hoya mengangguki.

 

“Geurae, kalau begitu ayo kita mulai!” seru Dongwoo dengan senyum semangatnya. “Meski kita hanya berempat, tapi kita harus yakin kita pasti akan mengalahkan mereka! Arasseo!”

 

“Ne!”

 

“Ayo kita campaign!” Dongwoo memposisikan tangannya di paling bawah.

 

Hoya, Sungyeol, dan Sungjong menumpukkan tangan diatasnya.

 

“Hana, dul, set! FIGHTING!”

 

***

 

Markas Rival.

 

Come save me, come save me

 

4 Namja berbadan kekar mencengkeram erat seluruh Sunggyu. Namja itu, namja yang dikenal sangat kuat di antara seluruh gangster di Korea itu, kini tengah dalam keadaan yang mengenaskan. Kim Sunggyu, namja itu menanggung sesuatu yang seharusnya tidak diterimanya.

 

Gieokhaejwo ne seorap soge (ingatlah, di dalam laci itu)

Gieokhaejwo ne jigap soge (ingatlah, di dalam dompet itu)

 

“Haaah.. Haahhhh..Hahhhhh..” Sunggyu terengah-engah. Keadaannya kini kacau dengan luka dan darah di seluruh tubuhnya karena dihajar keroyokan oleh rivalnya.

 

Naega itdeon heunjeokdeureul(jejak yang kutinggalkan disana)

Hanado ppajimeobsi saegyeojwo(ukir semua tanpa sisa)

 

“Apa kau menikmatinya, Sunggyu?” ucap seorang namja yang tengah duduk di kursinya, menikmati bagaimana namja sipit itu dihajar habis-habisan oleh anak buahnya.

 

Sunggyu tidak menjawab. Dia terus terengah-engah, hampir kehabisan nafas akibat ulah anak buah rivalnya itu.

 

Chueokhaejwo geu sajin soge (kenanglah, di dalam foto itu)

Namaitdeon geun gonggan soge (di dalam ruang yang tersisa)

 

“Tidak menjawabku, eum?” namja itu tersenyum sinis. “Apa kau pikir aku ini patung? Hey. Jawab aku, bajingan! Apa kau menikmatinya atau tidak? Jika kau menikmatinya anak buahku akan menghajarmu lagi. Tapi kalau tidak..” lagi-lagi namja itu tersenyum, lalu mengambil sesuatu dari kotak kayu berwarna coklat dengan ukiran yang sangat indah.

 

Nae hyanggi da nae sumgyeol da (jadi semua aromaku, semua nafasku)

Sarajiji anke (tidak akan hilang)

 

Sunggyu masih menunduk. Dia memikirkan bagaimana nasib dongsaeng-dongsaengnya jika dia tidak ada? Apakah dongsaeng-dongsaengnya akan baik-baik saja jika dirinya tidak ada?

 

‘D-dongsaengdeul-ah..’ gumam Sunggyu pelan sambil meringis menahan perih di seluruh tubuhnya.

 

Jebal naneul jinachyeo on bomnaicheoreom (tolong jangan kehilangan aku)

Baramcheoreom nochi ma (seperti angin musim semi yang bersemilir melewatiku)

 

Pistol. Sebuah pistol ditodongkan ke arah Sunggyu. Namja bernama Kim Kibum menatap Sunggyu dengan tatapan kemenangannya. Lalu..

 

Can you save, Can you save me?

 

DOR!

 

“Inilah yang kau dapat.”

 

***

 

(Beberapa menit sebelum suara pistol terdengar)

 

Dorawajyo, I want you back back back back back( tolong kembalilah padaku, Aku ingin kau kembali, kembali, kembali, kembali, kembali)

Back back back back back (kembali, kembali, kembali, kembali)

 

“HYAHH! RASAKAN INI BAJINGAN!!!” pekik Dongwoo sambil memukul bagian belakang kepala salah satu penjaga dengan kayu yang dia ambil dari markas itu.

 

“AKH!!” penjaga itu terjatuh dilantai karena titik lemahnya dihantam benda tumpul.

 

Neowa nae gieok nareul sigane matgyeo duji ma (jangan menaruh waktu kenangan kita berdua padaku)

 

“TAK AKAN KUBIARKAN KAU MELUKAI LEADER KAMI!”

 

BRUGH!

 

Hoya meninju keras rahang kedua penjaga itu hingga penjaga itu terpelanting. Tinjuan keras Hoya sukses membuat rahang penjaga-penjaga itu remuk.

 

“Huh?! RASAKAN INI!”

 

BUGH!

 

Dorawajyo, I want you back back back back back( tolong kembalilah padaku, Aku ingin kau kembali, kembali, kembali, kembali, kembali)

Back back back back back (kembali, kembali, kembali, kembali)

 

Sungyeol menendang perut salah satu penjaga hingga penjaga itu terpental dan membuat penjaga lain dibelakangnya ikut terjatuh.

 

Bugh! Bugh! Bugh!

 

Sungyeol kini meninju leher kedua penjaga itu. “Kau pantas mendapatkannya! Bajingan sialan!!!”

 

Gidarige na yeogi namgyeojin chae doraseon chae (aku akan menunggumu, sebagaimana aku disini menanti kedatanganmu)

 

Sementara itu, Sungjong menggunakan pecahan botol alkohol untuk merobek-robek leher para penjaga yang hendak menyerangnya. Sungjong tersenyum senang melihat para penjaga itu kesakitan. Sungjong senang melihat penjaga-penjaga itu menderita sebelum mereka sekarat atau pun mati.

 

“Huh.”

 

Gidarige .. (aku akan menunggumu)

 

“AKH!!” salah satu penjaga berteriak saat Sungjong menusuk pecahan botol itu dileher mereka.

 

Na yeogi (aku disini)

 

“Jangan pernah meremehkan Infinite. Kami lebih dari yang kalian pikirkan.”

 

“Semua sudah dibereskan. Ayo kita segera masuk ke tempat Sunggyu hyung ditahan!” seru Dongwoo dengan senyum lebarnya.

 

Namgyeojin chae doraseon chae (menanti kedatanganmu)

 

“Ne!” seru ketiga member Infinite lainnya dengan semangat. Mereka berempat hendak memasuki sebuah ruang yang sepertinya dipakai untuk menahan leader mereka. Namun, langkah mereka terhenti saat tiba-tiba mereka mendengar suara..

 

I say save me.

 

DOR!

 

“S-SUNGGYU HYUNG!!!!” pekik keempat member Infinite itu lalu segera berlari memasukki ruangan, melupakan rencana yang sudah mereka buat tadi.

 

I say save me.

I say save me..

I say save me...

 

***

 

Can you save me?

 

“M-Myungsoo-yah...” panggil Woohyun dengan suara bergetar.

 

Myungsoo terkejut saat mendengar Woohyun memanggil namanya. Dia segera menatap Woohyun, dan dia sangat gembira karena Woohyun belum mati.

 

“Hyung! Syukurlah!!” seru Myungsoo senang sambil memeluk erat tubuh Woohyun.

 

Can you save me?

 

Woohyun tersenyum kecil lalu mengusap punggung Myungsoo. “K-kita tidak punya banyak waktu.” ucap Woohyun terbata-bata. “Kau harus membawaku ke markas mereka sebelum. Aku.. Aku ingin tahu keadaan Sunggyu hyung sebelum aku mati.”

 

“M-mwo?! H-hyung.. T-t-tapi kau——”

 

“Bawa aku.”

 

“Hajiman—— Geurae..” Myungsoo menarik nafas, tidak percaya jika dia harus mengingkari janjinya pada keempat membernya agar tidak membawa Woohyun ke markas rival mereka. Karena jika rival mereka melihat Woohyun, bisa dipastikan mereka akan membunuh Woohyun saat itu juga.

 

Woohyun tersenyum kecil. Dia merasa sangat sakit dan tidak kuat saat itu. 2 Peluru yang berada di punggungnya.. Sangat menyakitkan. Tapi Woohyun harus bertahan. Dia harus tahu bagaimana keadaan Sunggyu, leadernya yang mengorbankan dirinya untuk sesuatu yang sama sekali tidak dibuatnya. Kim Sunggyu, dia mengorbankan dirinya untuk kesalahan yang dilakukan oleh Nam Woohyun.

 

“Woohyun-ah, aku ini seorang leader. Seorang leader harus menanggung hukuman atas kesalahan anak buahnya. Karena jika anak buahnya melakukan kesalahan, itu artinya sang leader tidak berhasil memimpin anak buahnya.”

 

Ijeul beophan gieokdeureul hanadulssik doedollyeo (aku memikirkan setiap kenangan yang seharusnya kulupakan)

 

“H-hyung..” gumam Woohyun dengan air mata yang mengalir saat tiba-tiba dia mengingat kata-kata yang diucapkan Sunggyu padanya beberapa waktu lalu.

 

Gyejeori jina gyejeoreul maja (musim demi musim)

 

“Apa kau gila? Bagaimana jika kau harus mengorbankan nyawamu hanya untuk menanggung kesalahan anak buahmu?” Woohyun memberikan tatapan tak mengertinya pada sang leader.

 

Neoreul dasi nae pume (aku ingin kau dalam pelukanku)

 

“Nyawaku?” Sunggyu tampak mempoutkan bibir tipisnya. “Tentu aku akan mengorbankannya. Anak buahku sangat berharga. Karena mereka semua bukan hanya sekedar anak buah. Mereka adalah keluargaku. Saudara laki-lakiku. Tentu aku akan mengorbankan semuanya untuk mereka. Meski nyawakulah yang harus kukorbankan.”

 

Tes. Tes.

 

Woohyun semakin menangis, sadar jika dirinyalah yang akan membuat leadernya kehilangan nyawanya.

 

Jebal nareul jinachyeo on bomnalcheoreom (tolong jangan kehilangan aku)

 

‘Hyung.. neo jinjja pabo.’ isaknya dalam hati, merasakan sakit yang sangat perih.

 

Baramcheoreom nochi ma (seperti angin musim semi yang bersemilir melewatiku)

 

Myungsoo menatap Woohyun dengan tatapan yang sama perihnya dengan namja itu. Myungsoo membopong tubuh Woohyun, lalu mencari kendaraan karena mobil mereka dipakai oleh keempat member yang lain.

 

Can you save, Can you save me?

 

***

 

Dor!

 

“Inilah yang kau dapat.” ucap Kibum setelah menembakkan pistol ke arah dinding di belakang Sunggyu.

 

Jantung Sunggyu berdebar kencang. Dia sangat terkejut dengan tindakan tuan muda yang menjadi rival mereka barusan. Dia pikir dirinya akan mati saat itu juga.

 

“Bagaimana, hum?” namja bernama Kibum itu kembali bertanya.

 

Jebal nareul jinachyeo on bomnalcheoreom (tolong jangan kehilangan aku)

Baramcheoreom nochi ma (seperti angin musim semi yang bersemilir melewatiku)

 

Sunggyu mendongakan kepalanya untuk menatap namja bernama Kibum itu. Dia mengangguk pelan, memilih untuk dihajar sampai mati daripada harus mati saat itu juga. Apa Sunggyu seorang yang bodoh? Memilih mati dengan tersiksa terlebih dahulu daripada mati yang langsung saat itu juga? Bukan. Sunggyu mempunyai pikiran lain. Dia sangat tahu dongsaengnya pasti akan datang untuk menyelamatkannya. Karena itu, sebisa mungkin Sunggyu harus bertahan sampai dongsaengnya datang meski Sunggyu tahu jika dirinya pasti akan mati. Tapi bagi Sunggyu, dapat melihat semua wajah dongsaengnya sebelum dia mati itu sudah sangat lebih dari cukup baginya.

 

Can you save, Can you save me?

 

“Ah, kau menikmatinya, eoh?” tanya Kibum sinis. “Geurae, hajar dia lebih keras dari sebelumnya.” perintahnya pada para gangster itu.

 

BUGHHH.

 

BRUGHH.

 

PRANGGG.

 

Geurae nareul seuchyeo jinan hyanggicheoreom (seperti aromaku di masa lalu)

 

BUGGHH.

 

BRUGGHH.

 

PRANNGGGG.

 

Sumanheun naideul malgo (yang bersemilir melewatiku)

 

Ya, begitulah yang terjadi pada Kim Sunggyu. Pukulan, tinjuan, bahkan goresan benda tajam pun diterima olehnya. Sunggyu hanya diam tanpa ekspresi. Tidak ada ekspresi kesakitan dari wajah polosnya. Apa tidak sakit bagi Sunggyu? Sakit. Sangat sakit. Tapi mengetahui kenyataan jika dia tidak akan lagi bersama dengan dongsaeng-dongsaengnya adalah sesuatu yang lebih menyakitkan daripada apa yang diterimanya sekarang.

 

Tes.

 

Tes.

 

Tes.

 

Can you save, Can you save me?

 

Kim Sunggyu kembali menangis. Dia kembali teringat kenangan-kenangannya saat bersama dongsaeng-dongsaengnya. Kenangan indah saat mereka mandi sauna bersama, piknik bersama, membolos bersama saat mereka masih sekolah, menceritakan masalah dan menyelesaikannya bersama-sama, dan masih banyak lagi. Sunggyu tahu sebentar lagi dirinya tidak bisa lagi merasakan hal-hal itu dengan dongsaeng-dongsaengnya. Semua itu karena Nam Woohyun. Namja itu menghajar Kibum saat tuan muda itu mendorong seorang nenek tua karena nenek itu tidak sengaja menabraknya saat berdesakan di pasar malam.

 

‘Woohyun-ah..’ batin Sunggyu ditengah-tengah isakannya dengan berbagai kekerasan yang diterimanya. ‘Maafkan hyung. Hyung tidak berhasil membuatmu menjadi namja yang bisa mengontrol emosi. Mianhae, mianhae, mianhae..’ lagi, kata ‘mianhae’ itu terus saja diucapkan oleh namja sipit itu. Untuk apa, Kim Sunggyu? Untuk apa kau mengatakan itu terus? Bukankah ini salah Woohyun karena tidak pernah mengindahkan ucapanmu? Sudah berapa kali kau menasihatinya untuk mengontrol emosi dan sudah berapa kali dia meremehkan nasihatmu itu?

 

‘Woohyun-ah.. Tolong jadilah namja yang tidak cepat terbawa emosi..’ batin Sunggyu lagi sambil menyunggingkan senyum kecilnya. ‘Kita memang gangster. Orang-orang yang dikucilkan dari kelompoknya. Tapi kita harus membuktikan jika kita tidak sekeji apa yang mereka pikir..’

 

Sunggyu memejamkan kedua mata sipitnya, sementara para gangster itu terus melakukan kekerasan padanya. Sunggyu telah kehilangan banyak darah. Dan dia tidak bisa bertahan lebih lama lagi. ‘Dongsaengdeul-ah.. Maafkan hyung ne? Kalian harus bisa lebih baik lagi tanpa hyung. Hyung akan memantau kalian dari atas sana..’

 

Tes.

 

Tes.

 

Tes.

 

Can you save me?

 

DOR!

 

DOR!

 

DOR!

 

Can you save me?

 

‘Tembakan? Apa aku sudah mati?’ batin Sunggyu saat mendengar suara tembakan.

 

DOR!

 

DOR!

 

DOR!

 

DOR!

 

“SINGKIRKAN TANGAN KALIAN DARI LEADER KAMI!!!!!” pekik Dongwoo yang sudah sangat marah sambil mengacungkan pistolnya ke arah Kibum.

 

Sunggyu terkejut mendengar pekikan itu. ‘Dongwoo!’ pekiknya tak percaya lalu menoleh ke belakang.

 

I say save me.

 

“HYUNG!!!” pekik keempat namja itu, sangat terpukul dengan keadaan Sunggyu yang sangat menyedihkan itu. Wajah yang polos itu kini ternodai oleh luka dan juga darah. Kulitnya yang putih mulus itu juga ternodai oleh robekan-robekan botol alkohol.

 

“Tidak mungkin..” Sungjong meringis perih. “Sunggyu hyung..”

 

Sunggyu menyunggingkan senyum manisnya yang dipaksakan. Dia sangat senang dapat melihat dongsaeng-dongsaengnya sebelum dia mati. Tapi, dimana Woohyun dan juga dongsaeng kandungnya Kim Myungsoo?

 

“D-Dongwoo-yah!” seru Sunggyu senang sambil menatap Dongwoo dengan tatapan hangatnya sebagai seorang hyung.

 

Sunggyu kini menatap ketiga dongsaengnya yang lain. “Hoya, Sungyeol-ah.. Sungjong——”

 

Can you save me?

 

DOR!

 

Jebal nareul jinachyeo on bomnalcheoreom (tolong jangan kehilangan aku)

 

DOR!

 

DOR!

 

DOR!

 

Baramcheoreom nochi ma (seperti angin musim semi yang bersemilir melewatiku)

 

DOR!

 

 

Can you save, Can you save me..

 

“!!!!!!!!!!!!!!!”

 

“AKHH!!!!”

 

I say save me.

 

***

 

“Hyung kau tunggu disini saja. Aku yang akan masuk dan merebut Sunggyu hyung kembali.” ucap Myungsoo pada Woohyun. Mereka berdua sedang berada di tempat persembunyian yang tadi dipakai oleh keempat teman mereka.

 

“Andwae. Aku akan masuk juga.” tolak Woohyun sambil berusaha memasuki markas itu meski harus bersusah payah menahan keseimbangan tubuhnya.

 

Can you save me?

 

“Hyung andwae!” Myungsoo menahan tangan Woohyun. “Kau berdarah. Kau akan kalah jika para gangster itu memukulmu!” seru Myungsoo yang bersikukuh agar Woohyun tidak ikut masuk ke dalam markas rival mereka.

 

Gieokhaejwo ne seorap soge (ingatlah, di dalam laci itu)

Gieokhaejwo ne jigap soge (ingatlah, di dalam dompet itu)

 

“Myung, aku tidak bisa.” tukas Woohyun cepat. Woohyun meringis sambil memegangi jantungnya. Sepertinya peluru tidak bersarang di punggung Woohyun. Namun sampai mengenai jantungnya walau hanya sedikit. “Bukankah Sunggyu hyung pernah bilang jika kita semua adalah saudaranya? Apa kau pikir aku bisa tinggal diam dan membiarkan saudaraku sendiri DIHAJAR HABIS-HABISAN OLEH GANGSTER BANGSAT ITU??!!!!!” pekik Woohyun dengan nada suara yang terdengar sangat marah.

 

Naega itdeon heunjeokdeureul(jejak yang kutinggalkan disana)

 

Myungsoo terdiam melihat kemarahan Woohyun. Dia tidak punya cara lain selain membiarkan Woohyun ikut dengannya. Woohyun yang keras kepala memang tidak akan pernah bisa menuruti ucapannya. Ucapan sang leader saja tidak didengar, apalagi ucapannya yang hanya dongsaeng kandung dari sang leader?

 

Hanado ppajimeobsi saegyeojwo(ukir semua tanpa sisa)

 

“Geurae.. Kau boleh masuk bersamaku. Tapi.. Berhati-hatilah.. Firasatku buruk.” ucap Myungsoo dengan mimik wajah khawatir.

 

Woohyun tersenyum sinis. “Jangan pernah meragukan kekuatan Infinite. Kita lebih kuat dari apa yang pernah kau bayangkan.” ucapnya sambil menepuk-nepuk bahu Myungsoo.

 

Myungsoo hanya tersenyum miris, melihat hyungnya yang sudah hampir sekarat itu masih bisa bertahan hanya untuk hyungnya. Myungsoo membopong Woohyun di bahunya, lalu menatihnya masuk ke dalam markas.

 

Chueokhaejwo geu sajin soge (kenanglah, di dalam foto itu)

 

Woohyun dan Myungsoo menatap datar tubuh para gangster yang sudah babak belur karena dihajar oleh teman-teman mereka. Woohyun tersenyum penuh kemenangan, sambil sekuat tenaga menahan rasa sakit ditubuhnya yang semakin menjadi.

 

Namaitdeon geun gonggan soge (di dalam ruang yang tersisa)

 

“Sudah kubilang, bukan? Kau tidak boleh meremehkan Infinite.” ucap Woohyun senang.

 

Myungsoo hanya diam. Pikiran dan hatinya kacau. Dia punya firasat yang sangat buruk di depan sana. Entahlah, Myungsoo merasa, jika hari ini adalah akhir dari kedua gangster itu.

 

Nae hyanggi da nae sumgyeol da (jadi semua aromaku, semua nafasku)

 

“Myungsoo-ah. Ayo masuk.” ucap Woohyun datar setelah puas tersenyum kemenangan.

 

“Ne.” sahut Myungsoo lalu menatih Woohyun masuk ke dalam inti markas tempat Sunggyu dan juga para teman-temannya berada.

 

Tap. Tap. Tap.

 

Sarajiji anke (tidak akan hilang)

 

Deg!

 

Kedua namja itu membelalakan kedua matanya, terkejut dengan apa yang mereka lihat saat ini.

 

Jebal naneul jinachyeo on bomnaicheoreom (tolong jangan kehilangan aku)

 

“I-Ini.. Mimpikah?” ucap Woohyun dengan suara bergetar. Dia menatap pilu tubuh teman-temannya yang tergeletak lemah dengan darah yang mengotori tubuh mereka. Ya, benar. Kelima namja itu... Mereka semua ditembak oleh sang tuan muda.

 

“Oh? Nam Woohyun kah?” ucap seseorang yang sedaritadi duduk di kursi menonton adegan pembunuhan itu sekaligus tersangka dari orang yang menembak kelima anggota Infinite itu.

 

Baramcheoreom nochi ma (seperti angin musim semi yang bersemilir melewatiku)

 

Woohyun mendongak, menatap namja yang menatap mereka dengan tatapan sinis itu. “Kim Kibum..” Woohyun mengepalkan kedua tangannya. “Kau..” tubuh Woohyun sekarang bergetar, menahan emosi dan rasa marahnya pada namja diva itu. “Kau BRENGSEKKK!!!!!!”

 

Dor!

 

Can you save, Can you save me?

 

Dor!

 

“AKH!” pekik kedua namja itu saat peluru yang mereka tembakan mengenai tubuh masing-masing.

 

Woohyun membelalakan kedua matanya saat melihat darah yang mengalir dari lengan Myungsoo. Kim Myungsoo, namja itu melindungi Woohyun.

 

Geurae nareul seuchyeo jinan hyanggicheoreom (seperti aromaku di masa lalu)

 

“M-Myungsoo-yah..” gumam Woohyun tak menyangka. Bibir tebalnya bergetar, benar-benar tidak percaya jika Myungsoo akan melindunginya.

 

Sumanheun naideul malgo (yang bersemilir melewatiku)

 

“H-hyung.. Bunuh Kibum sekarang.. Jika tidak.. K-kita semua akan mati..” pinta Myungsoo terengah-engah, menahan rasa sakit saat peluru itu menembus dagingnya.

 

Woohyun yang mengerti, dengan cepat dia menembak sembarang ke arah Kibum yang masih meringis karena bahunya tertembak peluru Woohyun.

 

Can you save, Can you save me?

 

Dor!

 

Dor!

 

“Akh!”

 

2 Tembakan mengenai dada Kibum. Dengan cepat Myungsoo melepaskan Woohyun agar dia bisa menyelamatkan Sunggyu. “Cepat bawa Sunggyu hyung keluar dari sini! Aku akan membawa yang lainnya pergi!” seru Myungsoo sambil menutup bekas peluru di lengannya.

 

Dorawajyo, I want you back back back back back( tolong kembalilah padaku, Aku ingin kau kembali, kembali, kembali, kembali, kembali)

 

Woohyun mengangguk mengerti lalu dengan cepat dia berlari mendekati Sunggyu dan memeluk tubuhnya dengan erat.

 

Back back back back back (kembali, kembali, kembali, kembali)

 

“H-hyungg!!!!!” teriak Woohyun saat melihat keadaan Sunggyu yang sangat parah. Tubuhnya penuh luka dan goresan kaca. Ditambah dengan bagian rusuknya yang bolong akibat ditembak oleh Kibum.

 

Neowa nae gieok nareul sigane matgyeo duji ma (jangan menaruh waktu kenangan kita berdua padaku)

 

“Hyung kumohon bertahanlah!! Aku akan membawamu ke rumah sakit!” jerit Woohyun sambil berusaha untuk mengangkat tubuh Sunggyu ke dalam gendongannya.

 

“W-Woohyun-ah..” panggil Sunggyu yang perlahan membuka kedua mata kecilnya.

 

Dorawajyo, I want you back back back back back( tolong kembalilah padaku, Aku ingin kau kembali, kembali, kembali, kembali, kembali)

 

“Hyung!!”

 

“Woohyun-ah.. M-mianhae.. Hyung tidak bisa bersama kalian lagi..” ucap Sunggyu yang berusaha membuat lengkungan di bibirnya.

 

Back back back back back (kembali, kembali, kembali, kembali)

 

“HAJIMA!!! JANGAN BILANG SEPERTI ITU!!!” pekik Woohyun yang lagi-lagi kembali untuk menggendong Sunggyu. Namun, dia tidak bisa melakukannya. Rasa sakit di punggungnya semakin jadi saat dia hendak mengangkat Sunggyu.

 

“Selamatkan dirimu dan yang lainnya, Woohyun-ah.. Hyung sudah tidak bisa bertahan lagi. Hyung akan mati, Woohyun-ah..” ringis Sunggyu sambil menggenggam erat tangan Woohyun.

 

“HYUNG BERHENTI BICARA SEPERTI ITU!! KITA PASTI BISA BERSAMA LAGI! KAMI MEMBUTUHKANMU, HYUNG! KAMI TIDAK BISA HIDUP TANPAMU!!” teriak Woohyun yang kini tangisannya pecah. Dia memeluk Sunggyu erat, lalu menangis di antara ceruk leher Sunggyu.

 

Gidarige na yeogi namgyeojin chae doraseon chae (aku akan menunggumu, sebagaimana aku disini menanti kedatanganmu)

 

Sunggyu hanya diam dan menangis. Sunggyu juga ingin bersama keenam dongsaengnya. Tapi Sunggyu tahu, dia tidak akan bisa. Organ-organ vitalnya sudah tidak bisa berfungsi lagi akibat pukulan-pukulan yang diberikan oleh para gangster itu tadi.

 

“Hyung paboya?? Kenapa kau tidak memberitahuku jika mereka memintaku untuk menemui mereka? Jika kau memberitahuku, kau pasti tidak akan seperti ini hyung!!”

 

“Woohyun-ah..” Sunggyu menggigit bibir bawahnya, merasa sangat berat untuk melanjutkan ucapannya. “Hyung adalah leader—”

 

“PERSETAN!!!” potong Woohyun yang tangisannya semakin menjadi. “Meski kau leaderku bukan berarti kau harus menanggung kesalahanku! Bukankah kau sendiri yang mengajariku untuk berani bertanggung jawab atas apa yang kuperbuat????!!!”

 

I say save me.

 

Sunggyu diam. Dia sangat ingat dia memang pernah mengajari Woohyun seperti itu. Tapi, tetap saja. Mengetahui dongsaengnya akan berakhir seperti itu, sebagai seorang leader Sunggyu lebih memilih untuk mengorbankan dirinya sendiri daripada harus melihat dongsaeng tersayangnya berakhir seperti dirinya saat ini.

 

“Woohyun-ah..” Sunggyu mengeratkan pelukannya.

 

“Ne?” sahut Woohyun ditengah-tengah isakannya.

 

Ijeul beophan gieokdeureul hanadulssik doedollyeo (aku memikirkan setiap kenangan yang seharusnya kulupakan)

 

“Kau memang dongsaeng yang tidak pernah mau menurutiku. Kau selalu membangkangku, melawanku, dan tidak pernah mempedulikan ucapanku. Kau bahkan marah saat aku menasihatimu, sampai beberapa kali aku harus melindungimu saat kau berhadapan dengan musuh-musuh kita. But still, you are my best little brother ever. Kau dongsaeng terbaik dan dongsaeng yang paling kusayang. Aku.. ukh!” Sunggyu terbatuk hingga mengeluarkan darah dari mulut kecilnya.

 

“Hyung hentikan!” potong Woohyun yang dengan cepat mencium bibir mungil Sunggyu, membuat Sunggyu membelalakan kedua mata kecilnya. “Saranghae..” ucap Woohyun ditengah-tengah ucapannya, bersamaan dengan air mata yang ikut mengalir dari matanya.

 

“Saranghae, saranghae, saranghae..” ucapnya lagi.

 

Gyejeori jina gyejeoreul maja (musim demi musim)

 

Sunggyu hanya diam saat Woohyun menciumnya. “Nado.. Saranghae Nam Woohyun.. Aku..”

 

“J-jangan bicara lagi mmh.” perlahan Woohyun melumat bibir cherry yang tipis itu.

 

Neoreul dasi nae pume (aku ingin kau dalam pelukanku)

 

Sunggyu kembali diam. Dia hanya membiarkan dongsaengnya melumat bibir tipisnya. Air mata kini kembali mengalir dari mata kecilnya. ‘Woohyun-ah.. Nado saranghae, geunde.. Kita tidak akan bisa bersama lagi. Aku.. Aku akan pergi. Tolong jaga dongsaeng-dongsaengku. Aku mempercayakan mereka semua padamu.’

 

Sementara itu, Kibum mengarahkan pistolnya lagi perlahan ke arah Woohyun. Sedangkan Woohyun, dia melepas ciumannya pada Sunggyu. “Hyung, aku tidak akan membiarkanmu mati. Aku mencintaimu. Kita akan hidup bersama, arasseo?” Woohyun tersenyum lembut. Namun.. “Aku sangat men——”

 

Dor!

 

Dor!

 

Jebal naneul jinachyeo on bomnaicheoreom (tolong jangan kehilangan aku)

 

“!!!!!!”

 

Woohyun membelalakan kedua matanya. Tubuhnya terasa beku saat 2 peluru menembus dadanya.

 

Baramcheoreom nochi ma (seperti angin musim semi yang bersemilir melewatiku)

 

Tes. Tes. Tes.

 

Can you save, Can you save me?

 

Darah merah segar mengalir ke atas wajah Sunggyu. Sunggyu bergetar ngeri, bibirnya juga ikut bergetar, sangat takut dan terkejut dengan apa yang terjadi pada dongsaengnya tepat di hadapannya.

 

Geurae nareul seuchyeo jinan hyanggicheoreom (seperti aromaku di masa lalu)

 

Woohyun menunduk, lalu tersenyum kecil seirama dengan darahnya yang mengalir dari dadanya. “Aku memang nakal. Tapi tak tahukah kau jika aku nakal karena aku ingin perhatian yang lebih darimu? Aku sangat senang saat kau mengomeliku, saat kau melindungiku, dan saat kau memberiku perhatian lebih? Aku sangat merindukan saat-saat itu. Namun, tak kusangka semua akan berakhir seperti ini. Aku sangat menyesal. Seandainya aku jujur..”

 

Sumanheun naideul malgo (yang bersemilir melewatiku)

 

Woohyun menggerakkan tangannya, menggenggam pistolnya lagi lalu mengacungkannya ke arah Kibum. “Kita pasti tidak akan seperti ini. Kita pasti akan berakhir bahagia seperti pasangan normal lain—”

 

Can you save, Can you save me?

 

“W-WOOHYUN-AH ANDWAE———!!!!!!”

 

DOR!

 

DOR!

 

Sigane mathiji ma (jangan letakkan waktu padaku)

Nareul chueokharyeo hajima (jangan coba untuk mengenangku)

 

DOR!

 

DOR!

 

DOR!

 

Jebal, jebal, jebal (kumohon, kumohon, kumohon)

 

DOR!

 

DOR!

 

Hanado jiujineun ma (jangan hapus hal kecil pun dariku)

 

Bugh!

 

“Haaah. Haaahhh. Haahhhhhh..”

 

Tembakan bertubi-tubi dilontarkan oleh Myungsoo. Namja itu kini terengah-engah, masih mengacungkan pistolnya ke arah tubuh Kibum yang kini tergeletak di lantai dengan lautan darah segar di sekitar tubuhnya.

 

‘M-Myungsoo..!!’ pekik Sunggyu dalam hati saat melihat dongsaeng kandungnya, dengan wajah penuh amarah menembaki musuh mereka bertubi-tubi.

 

Brugh!

 

Woohyun yang juga terkena tembakan Kibum barusan, kini tergeletak tak berdaya di sebelah Sunggyu. Sunggyu yang terkejut, segera menarik tubuh Woohyun mendekap ke dalam pelukannya. “W-Woohyun-ah kumohon jangan mati!” ringis Sunggyu menahan sakit.

 

Dorawajyo, I want you back back back back back( tolong kembalilah padaku, Aku ingin kau kembali, kembali, kembali, kembali, kembali)

 

“Akh!” Sunggyu memekik kesakitan saat jantungnya kembali merasa sakit.

 

Myungsoo yang mendengar pekikan hyungnya, segera berlari menghampiri mereka berdua. “Hyung..” kedua mata tajam Myungsoo kini berkaca-kaca. Dia dengan segera menarik tubuh Woohyun dari pelukan Sunggyu, lalu membaringkannya di sebelah Sunggyu.

 

Back back back back back (kembali, kembali, kembali, kembali)

 

“Gyu hyung gwaenchanha??” tanya Myungsoo ketakutan sambil mengusap pipi Sunggyu yang kembali dipenuhi darah.

 

“Myungsoo..” panggil Sunggyu dengan ekspresi kesakitan. “Hyung.. sudah tidak kuat.. Hyung akan.. Ukh! Hyung akan.. M-ma——”

 

“ANDWAE HYUNG JANGAN MA——!!!!”

 

“……………………………………………………”

 

Tes.

 

Neowa nae gieok nareul sigane matgyeo duji ma (jangan menaruh waktu kenangan kita berdua padaku

 

Tes.

 

Tes.

 

Air mata Myungsoo kini mengalir saat melihat hyung satu-satunya kini sudah tidak bernyawa lagi.

 

Dorawajyo, I want you back back back back back( tolong kembalilah padaku, Aku ingin kau kembali, kembali, kembali, kembali, kembali)

 

“ANDWAE!!!!! KENAPA INI BISA TERJADI?!! ANDWAE!!!!!” teriak Myungsoo sambil menarik-narik rambutnya.

 

“ANDWAE!! SUNGGYU HYUNG!!! JANGAN MATI!!!!” pekiknya sambil mengguncang-guncangkan tubuh Sunggyu. Namun sayang, Sunggyu telah tiada. Sunggyu telah mati.

 

Back back back back back (kembali, kembali, kembali, kembali)

 

Myungsoo menangis sejadi-jadinya. Kini dia mengguncang-guncangkan tubuh Woohyun, berusaha untuk membangunkannya. “HYUNG IREONA!!! SUNGGYU HYUNG MENINGGALKAN KITA!!!!”

 

Sama seperti Sunggyu, Woohyun pun tidak merespon. Bahkan nafasnya pun tidak ada. Woohyun juga telah mati. Mendapat 2 tembakan di punggung dan kini 2 tembakan di dada.

 

Gidarige na yeogi namgyeojin chae doraseon chae (aku akan menunggumu, sebagaimana aku disini menanti kedatanganmu

 

Myungsoo menangis. Kini kedua hyungnya sudah tidak ada lagi. Siapa yang akan menjadi leader dan memimpin mereka semua? Siapa yang akan peduli dengan mereka? Tidak ada lagi leader yang mereka anggap sebagai appa mereka. Tidak ada lagi Nam Woohyun yang mereka anggap sebagai maknae karena kenakalannya. Tidak adalagi duo penghibur di antara mereka. Tidak ada lagi.. Semua sudah berakhir. Infinite tidak akan ada lagi tanpa mereka. Semua.. Berakhir.

 

“Hiks.. Sunggyu hyung.. Woohyun hyung..” Myungsoo memeluk kedua hyungnya. “Kami akan merindukan kalian berdua. Beristirahatlah dalam damai. My best brothers. My pray is with you.”

 

I say save me.

 

 

-End-

 

Whoaaah selesai juga >__<

mohon RCL ya reader? Btw maaf ne, kalau WooGyu feelnya ngga terlalu terasa di FF ini meski mereka berdua tokoh utamanya disini.

Dan untuk lirik lagunya, semoga ngga ada yang bingung ne ><

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet