The Shy Man and y Nerd

The Shy Man and y Nerd

[hyuna pov]

Appa~ aku tidak suka semua ini. Bolehkah aku berhenti?” teriakku pada lelaki yang bisa ku sebut ‘ayah’. Aku sangat lelah! Benar-benar lelah. Di usiaku yang masih muda, aku memang tergolong beruntung. Populer? Kaya? Disukai banyak lelaki? Semuanya itu menjadi hal yang setiap hari kutemui. Tapi bukanlah itu yang aku inginkan. Aku ingin bebas~ menikmati masa mudaku dengan bermain dan bersenang-senang, bukannya malah bekerja.

“Hyuna! Dengarkan appa~ selangkah lagi kau bisa masuk industri perfilman, apa kau tak menyesal meninggalkan semuanya setelah appa melatihmu sejak kecil?” nada suaranya semakin meninggi, aku hanya menghela nafas. Barusan kau dengar? Dia bilang ‘meninggalkan semuanya yant telah kudapat sejak kecil?’ iya aku memang sudah menjadi model sejak kecil. Ini semua ambisi kedua orangtuaku yang notabene adalah pekerja seni. “Tapi appa~ aku ingin berkonsentrasi pada sekolahku!” bentakku sebelum meninggalkan ruangan tempat kami beradu mulu.

Aku berlari menuju kamarku dan menguncinya, kehidupanku serasa seperti burung dalam sangkar. Semuanya diatur oleh appaku, jika kau bertanya dimana eommaku jawabannya adalah aku sudah tidak perah bertemu dengannya, dia pergi bersama kekasih barunya. Iya, begitulah kehidupanku. Suram memang~ tapi aku masih bertahan untuk membahagiakan appaku dengan kondisi seperti ini. Perceraian mereka memang tidak diterima appaku, karena beliau sangat mencintai eommaku. Apa mau dikata? Orang lain menghancurkan keluarga kami.

----

[author pov]

“Kim Hyuna, Model remaja paling bersinar dikabarkan menghilang.” Berita macam apa ini? Tsk, seorang pemuda melempar koran yang baru saja di bacanya kedalam tong sampah. Sudah seminggu lebih berita itu menjadi Headline di media massa. Pemuda berdada bidang itu meneruskan perjalanannya menuju sebuah tempat yang tidak terlalu ramai. Dan ternyata sebuah perpustakaan dikota. Disni hanya ada beberapa orang saja yang membaca buku. ‘Tidak biasanya tempat ini sepi,’ batin pemuda tadi. Dia berjalan menyusuri jajaran buku yang bertemakan sains. Pemuda itu mengambil salah satu buku dan duduk di meja, mengeluarkan beberapa buku serta alat tulis. Dia pun hanyut dalam kesibukannya mengerjakan tugas.

‘Brukkk~’ suara tumpukan buku terjatuh. Pemuda itu refleks mencari asal keributan, tak hanya dia tapi juga pengunjung perpustakaan yang lain. “Mianhamnida~” seorang gadis yang baru saja terjatuh meminta maaf dan membungkukkan badannya berkali kali mengucapkan kata yang sama. Pemuda tadi bangkit dari duduknya, membantu gadis berkacamata memunguti buku yang jatuh tepat disampingnya. “ghamsahamnida~ tuan,” ucap gadis berkulit susu itu. Sementara pemuda tadi hanya menatapnya datar dan memberikan buku yang telah dipunguti kepada gadis itu.

---

[hyuna pov]

“Agashi~ bisakah kau mencarikanku buku yang seperti ini?” tanya seorang pengunjung padaku. “Ah, tunggu sebentar nyonya~ aku akan mencarikannya.” Aku bergegas menuju tempat dimana buku yang dimaksud berada. Ya, kau tau? Aku melarikan diri dari rumah keluar kota. Kota kecil didekat Busan. Sudah 1 minggu ini aku bekerja di perpustakaan kota, beruntung sekali aku diijinkan magang karena karyawan tetap mereka tengah mengambil cuti karena hamil. Diawal pekerjaanku disini aku memang sering melakukan kesalahan, tapi semakin hari aku datang kemari aku merasa sangat senang. Dimana tak ada fans yang mengejarku, dan aku bisa memuaskan hasratku untuk belajar, karena aku sudah tidak kuliah 2 minggu ini.

“Ini buku yang anda inginkan nyonya~ selamat membaca,” ucapku sambil memberikan buku kepada seorang ahjumma. “Agashi~ wajahmu cantik sekali, kau mirip model terkenal idola anakku.” Ucapnya sedikit berbisik dan memukul pelan lenganku, aku hanya bisa nyengir dan membuat fake smile.

“ah, kau bisa saja nyonya~ aku hanya gadis biasa dari desa.” Balasku sambil menundukkan kepala. Tak lama kemudian ahjumma itu pergi, aku melanjutkan pekerjaanku. Ya, menata buku-buku ke dalam rak sesuai jenisnya.

“Agashi~” seseorang menepuk punggungku dari belakang, sontak aku menoleh. Dan kau tau, aku menemukan sosok tampan yang telah menolongku tempo hari. “Agashi !!” nada bicaranya sedikit naik, membuyarkan lamunanku. Ah, sial ! Kim Hyuna~ jangan bermalukan dirimu!!

“ne?” jawabku segera. Kemudian dia menceritakan detail buku yang dia inginkan, ah, jinjja~ aku tak pernah mengira ditempat seperti ini ada lelaki tampan yang seperti model. Kukira hanya kutubuku saja yang aku temukan, ishhh Hyuna! Fokuslah pada pekerjaanmu. Aku merutuki diriku sendiri dan kembali mendengarkan definisinya tentang buku itu.

---

Sudah sebulan aku bekerja disini, bertemu dengan pemuda tampan itu setiap akhir pekan. Rasanya aku tidak pernah bosan menjalani semua ini, meski semasa aku tinggal dengan ayahku aku tidak pernah melakukan pekerjaan berat tapi aku menyukainya. Dari sini juga aku sadar bahwa bekerja diluar tidaklah mudah, apalagi hidup sendiri. Ayah? Aku merindukannya, tapi aku tak mungkin menghubunginya. Itu sama saja kembali kesangkar burung! Ah, bagaimana keadaannya? Semoga baik-baik saja. Hari ini hujan turun lebat sekali, dan aku tidak bisa pulang dengan segera. Tapi perutku lapar sekali. Sejak tadi siang aku belum makan, huft. Aku menendangkan kakiku ke udara, berjalan dari kanan kekiri, terus menerus sampai bosan dan hujan masih tak kunjung reda. “Haruskah aku berlari ditengah hujan? Aishh~ pasti dingin sekali, kenapa aku lupa tidak membeli payung?” gerutuku kesal. Hanya tinggal aku di depan bangunan ini, karyawan yang lain sudah pulang 2 jam yang lalu.

“Ah sebentar lagi malam akan tiba~ aku harus segera pulang!” akhirnya aku nekat untuk berlari ke sebrang jalan, aku berhenti sejenak. Badanku basah kuyup, ah aku mencium aroma kopi? Astaga, aku baru sadar aku berhenti didepan kedai kopi. Mungkin tak ada salahnya aku membeli secangkir kopi untuk menghangatkan badan. Aku memasuki tempat itu, beberapa pelanggan tengah asik berbincang ditemani secangkir kopi dengan rekannya. Ah, hanya aku sepertinya yang sendiri disini. Aku memesan secangkir latte hangat lalu membayarnya, karena tempat itu penuh aku memilih untuk langsung pulang. Hujan sudah  sedikit reda, aku melanjutkan perjalananku pulang dengan terpaan rintik hujan dan secangkir latte hangat yang barusan ku beli.

---

[author pov]

“Dompet siapa ini?” ucap seorang pemuda lirih tatkala menemukan sebuah dompet berwarna coklat, jalanan tampak sepi karena sudah malam. Ia pun memberanikan diri mengecek dompet itu untuk mengetahui identitas pemiliknya. “mwo?” mata pemuda itu membulat saat melihat foto dalam kartu identitas pemilik dompet tersebut. ‘bukankah dia gadis penjaga perpustakaan yang baru? Siapa namanya? KIM HYUNA?’ tampak pemuda itu masih kaget dengan apa yang ia lihat. Ia akhirnya pergi meninggalkan jalanan itu dan membawa dompet yang ia temukan.

---

[hyuna pov]

“aishhh sial! Dimana dompetku?” sudah berjam-jam aku berteriak sambil mengelilingi apartemen kecil tempatku tingal dan tetap saja tidak menemukan dompetku. “bagaimana ini? Apa yang bisa aku lakukan sekarang tanpa dompet itu?” aku mengacak-acak rambutku frustasi. Bagaimana aku bisa hidup tanpa dompet itu? Semua hartaku yang tersisa ada disana! Bahkan aku tak punya ponsel lagi sekarang. Aku sudah hampir menangis karena hal ini.

‘KRINGGGG~’ bunyi nyararing jam waker menyadarkanku, sekarang adalah waktunya bekerja. Ah iya, aku masih punya pekerjaan! Aku pun bangkit dan bersiap-siap untuk bekerja.

Seperti biasa, aku berjaga duduk sambil mengawasi pengunjung yang ada, tapi hari ini aku pusing sekali. Sudah jam 11 dan masih belum sempat membeli sarapan. “agashi, apa kau baik-baik saja?” tanya seorang kakek yang melihatku lesu dibelakang meja kerjaku. Aku mengulas senyum kilat dan berkata, “gwaenchana halaboji~ apakah kau sudah menemukan buku yang kau ingin?”. Kakek itu mengangguk lalu pergi meninggalkanku.

Aku menarik nafas panjang dan mengembuskannya, sepertinya aku perlu mencuci muka. Aku tak ingin orang lain melihatku seperti ini, kau harus kuat kim hyuna! Aku berjalan keluar berniat untuk pergi ke toilet, namun saat berjalan tiba-tiba pandanganku sedikit buram karena kepalaku juga terasa pusing.

----

[author pov]

‘Ah, siapa itu? Sepertinya aku melihat seorang gadis tergeletak dilantai’ batin si pemuda yang baru saja akan masuk ke perpustakaan. ‘aish~ gadis ini lagi.’ Gerutunya dalam hati, sebelum ia membawanya, ada suatu perasaan yang sangat mengusik hatinya. Ya, apa yang ia temukan kemarin masih saja mengganggu pikirannya, apa benar gadis penunggu perpustakaan ini adalah model remaja yang hilang? Rasa ingin tahunya tak terbendung, mengingat suasana sepi. Ia memberanikan dirinya melepas kacamata gadis pingsan yang ditemuinya. Dan yah! Dia menutup mulutnya karena apa yang selama ini ia duga benar. Pemuda itu segera memakaikan kacamata tebal si gadis dan membawanya pergi ke tempat kantor di perpustakaan tersebut. Pihak perpustakaan yang ikut panik membawa gadis baru itu ke rumah sakit, pemuda yang menemukannya pun ikut kesana.

“Tuan~ terimakasih atas pertolongan anda.” Salah seorang staf mengucapkan terimakasih pada pemuda itu, si pemuda hanya mengusap-usap tengkuknya sambil menunduk, “ah, cheonma~ aku hanya tak tega melihatnya pingsan di koridor.”

“baiklah, kami berniat untuk pulang lebih dulu. Apa kau ingin ikut tuan?” tanya staf itu.

“ah, aniya~ aku ingin disini sebentar lagi. Hati-hati dijalan nyonya.” Pemuda itu membungkukkan badannya dan beberapa staf yang ikut kini telah pergi. Pemuda itu segera masuk keruangan dimana si gadis dirawat. Wajahnya masih pucat pasi, selang infus meliliti tubuhnya yang terbaring.

“aish~ apa yang kau lakukan disini leo? Kau bahkan tak mengenalnya.” Pemuda itu merutuki dirinya sendiri di sofa. Sesekali ia menatap gadis yang terbaring itu, perlahan ia mendekatinya. Ia memegangi telapak tangan kanan gadis itu. Dan menemukan sebuah cincin emas putih bertengger manis, pemuda itu kemudian mengeluarkan ponselnya dan mengecek gallery-nya melihat beberapa foto dan membandingkannya dengan cincin gadis itu.

“nuguya?” tiba-tiba pemuda bernama leo terkaget mendengar suara lemah membuyarkan konsentrasinya. Ia menatap gadis yang ia yakini sebagai ‘model kim hyuna’ yang tersadar namun tubuhnya masih lemah. “neo nuguya?” gadis itu mengulang pertanyaannya.

Leo tampak sedikit gugup, ia mengulurkan tangannya “perkenalkan, namaku Jung Taekwoon. Tapi kau bisa memanggilku Leo. Tadi siang aku menemukanmu pingsan,” jawabnya dengan suara lirih. Gadis itu mencoba mengingat apa yang terjadi sehingga dia bisa ada disini. Keheningan berlanjut didalam ruangan serba putih itu.

“apakah kau kehilangan sebuah dompet?” akhirnya leo memecahkan keheningan tersebut dan mengutarakan maksudnya, hyuna membelalakan matanya mendengar pertanyaan tersebut. ‘ah, sial! Bagaimana dia bisa tahu aku kehilangan dompet itu? Ah, jika benar dia yang menemukannya....’

“agashi?” imajinasi hyuba seketika bubar, “ne?”

“aku menemukan sebuah dompet berwarna coklat, dan aku lihat itu sepertinya milikmu. Tadi aku berniat mengembalikannya tapi malah menemukanmu pingsan.” Leo mencoba menjelaskan, ‘aishhhh~ bagaimana jika dia sudah tau aku adalah seseorang yang menghebohkan kota ini sebulan yang lalu?’ batin hyuna. Ia mengumpulkan kepercayaan dirinya sebelum menjawab pertanyaan tersebut, “ah, benar.” Hyuna mengulas sebuah senyuman.

Suasana menjadi hening kembali, mereka berdua diam cukup lama. “aku mohon, jangan beritahu siapapun jika kau mengetahuinya. Aku punya alasan melakukan semua ini.” Hyuna kembali berbicara, Leo masih terpaku ditempatnya, mendengar apa yang ingin diceritakan oleh Hyuna.

---

Hari-hari berlalu, sejak kejadian itu Leo semakin sering pergi ke perpustakaan sepulang kuliah. Tak lain ingin bertemu dengan Hyuna, mereka kini menjadi dekat. Hyuna senang ketika bertemu dengan Leo dia akan sharing tentang ilmu yang mereka punya. Sebaliknya, Leo merubah pandangannya tentang Hyuna. Dulu dia hanya tau bahwa artis tak pernah peduli dengan pendidikan, tapi sete;ah mengenal Hyuna semakin jauh dia tau anggapannya salah. Dia merasa malu ketika ingat pernah membuang koran berisi berita tentang Hyuna dan menganggapnya suka mencari sensasi. Hyuna yang ia kenal ternyata adalah jauh dari imej seksi, melainkan seorang kutubuku yang berpenampilan tomboy. Mereka berdua kini tengah menikmati secangkir kopi di kedai depan perpustakaan. Hyuna dan Leo mempunyai kesamaan yaitu sangat menyukai kopi.

“oppa~ hari ini biarkan aku yang mentraktirmu.” Ucap Hyuna dengan suara khasnya.

“ah, tidak usah. Aku bisa membayar sendiri,” Leo menahan tangan hyuna yang hendak berjalan ke kasir. Hyuna yang masih kaget menatap kearah Leo, pandangan mereka terhenti sejenak. Jantung hyuna berdetak makin cepat saat menatap dalam sorot mata indah leo.

“oh, mian~” leo yang tersadar melepaskan tangannya dan membiarkan hyuna pergi kekasir. Pipinya terasa memanas, leo berulang kali menggosokkan kedua telapak tangannya karena grogi sambil menunduk.

“oppa~ kajja.” Hyuna pun sudah kembali dari kasir. Kemudian mereka berdua berjalan-jalan di trotoar, tak ada percakapan diantara keduanya karena perasaan canggung. Daun maple yang berguguran menandakan musim gugur menerpa tiap langkah yang pereka tapaki.

“hyuna~ apa kau sedang terburu-buru?”

“ani, wae?” jawab hyuna singkat. Mereka berbincang tanpa menatap satu-sama lain.

“bagaimana kalau kita ke danau dekat sini? Pemandangannya sangat indah ketika sore hari.”

“ah, baiklah, lagipula selama aku tinggal disini aku belum pernah sekalipun pergi jauh dari tempatku.” Hyuna tersenyum menerima ajakan Leo.

Mereka berdua telah sampai di tepi danau, ada sebuah dermaga kecil. Leo membawa hyuna kesana dan merekapun duduk berdua memandangi pantulan warna jingga matahari yang akan terbenam di air. “apakah kau suka?” leo menoleh kearah hyuna. Melihat senyuman manis tersungging yang semakin membuatnya terpesona, pantulan warna jingga yang menerpa wajah itu membuat bibir merah hyuna semakin berkilau.

“ne~ sudah lama sekali aku tak pernah melihat sesuatu seperti ini.” Hyuna kembali terdiam, matanya menatap langit luas dan menghela nafas, “kehidupanku yang selalu diatur oleh appaku membuatku menjadi gadis yang tak mempunyai teman, jadwalku yang selalu padat membuatku tak pernah bisa hidup menjadi gadis normal.” Hyuna mengeluh sambil melepas kacamata tebal yang sejak tadi bertengger di wajahnya.

“aku kira kau adalah gadis angkuh yang selalu hidup mewah,” celetuk leo sambil memainkan kakinya diatas air.

“aku tidak pernah punya kesempatan mencari teman, makanya semua melihatku sebagai gadis angkuh.”

---

Satu musim telah terlewati, hyuna berniat untuk mengakhiri semuanya. Ia sangat khawatir dengan ayahnya yang ia tinggalkan sendiri. Air mata tiba-tiba menetes di pipinya, segera hyuna menghapusnya. ‘hyuna~ waktumu sudah usai. Jadilah anak baik, kau adalah artis dengan sandiwara terbaik!’ hyuna mencoba menyemangati dirinya. Tangannya masih sibuk mengemasi barang-barang namun air matanya juga mengalir deras. Ia harus kembali menjadi hyuna yang orang-orang kenal demi kebahagian ayah tercintanya. “hyuna?” sebuah suara membuyarkan tangisannya, dengan segera ia menghapus airmata dan membuka pintu.

“oppa? Ada apa kau kemari?” sosok leo tengah berdiri didepan apartemen hyuna dengan sebuah senyum.

“aku ingin berjalan-jalan denganmu. Apa kau sibuk?”

“ah, mian. Aku sibuk oppa,” jawab hyuna sambil menutup mulutnya, ia tak ingin leo mengetahui bahwa ia usai menangis.

“ah begitu? Baiklah, apa kau tidak mengijinkanku masuk?”

“oh, mian. Rumahku berantakan sekali oppa.” Leo kali ini menyadari perubahan sifat hyuna, tidak biasanya dia menolak. Dan satu lagi, leo baru menyadari mata hyuna terlihat merah.

“ah tidak apa-apa,” leo masuk begitu saja dan hyuna yang tak bisa menahan membiarkannya masuk. “ada apa ini?” leo tercengang melihat banyak kardus di ruangan sempit itu.

Hyuna hanya menundukkan kepalanya, “kau mau kemana ha?” nada bicara leo mulai menunjukkan bahwa dia bingung dengan semua ini.

“aku akan kembali, aku tak bisa terus menerus meninggalkan appaku sendiri.” Hyuna menjawabnya dengan lirih namun leo masih bisa mendengarnya.

“oh begitu. Memang seharusnya kau menemaninya,” leo membalik badannya dan mengelus kepala hyuna pelan. “apakah ada yang bisa kubantu?”

Hyuna menggelengkan kepalanya pelan, ia menahan air matanya. Dalam hati kecilnya ia ingin leo menahannya, tapi itu tidak terjadi. Setidaknya dia bisa pergi dengan tenang, batin hyuna.

---

Leo menelusuri perpustakaan, namun ia merasa ada sesuatu yang hilang. Sosok innocent yang duduk dibangku pojok kini telah hilang, gadis yang membuat keributan dan selalu banyak bertanya kini pergi. Hidup leo kembali seperti semula –datar. Ia tak tau lagi kabar hyuna, ketika mereka bersama dulu dia terbiasa datang dan tak menghubungi melalu media apapun karena hyuna yang tidak mempunyai ponsel. Sebulan berlalu, namun penantian leo tak membuahkan hasil. Hyuna tak lagi kembali ke kota kecil  itu.

---

“Appa~ kau ingin berjalan-jalan denganku?” hyuna menggelayuti appanya yang tengah duduk di kursi roda. Ya, semenjak kepergiannya itu, ayahnya terserang dan kini lumpuh. Hyuna merasa sangat bersalah karena hal itu, dan dia berniat menghabiskan sisa hidupnya hanya dengan berada disisi ayahnya itu. Kini, ia tidak lagi menjadi model. Ayahnya sadar akan kesalahannya dan membiarkannya melakukan apa yang benar-benar ia sukai.

Ayahnya mengangguk pelan dan memaksakan dirinya tersenyum meski sulit karena penyakit yang telah melumpuhkan sebagian tubuhnya. Hyuna mendorong kursi roda ayahnya keluar, merea berdua berjalan menuju taman. Disana senja mulai menebar cahaya jingga. Perasaan hyuna terbawa kembali ke peristiwa satu bulan lalu. Ketika dirinya duduk berdua dengan lelaki di tepi dermaga, air matanya mulai memberontak ingin keluar. Namun hyuna masih bisa menahannya, dan tersenyum manis.

“appa~ bukankah cahaya jingga itu indah? Aku ingin membawamu kesuatu tempat yang indah nanti. Aku janji,” ayahnya hanya menagngguk pelan. Tangannya mencoba meraih jemari hyuna yang ada disampingnya. Namun itu terlalu sulit.

“Kim agashi~”

Hyuna mencari asal suara tersebut, dan mendapati seorang wartawan yang sangat ia kenal. “ne?”

“akhirnya kau kembali, kenapa kau tidak kembali ke dunia modeling yang telah membesarkan namamu?” tanya wartawan tersebut.

“ah, tidak ahjussi~ aku sudah lelah hehe.” Jawab hyuna sambil menundukkan kepalanya.

“aku dengar kau sekarang menjadi desainer pakaian termuda, banyak artis yang memakainya. Apa itu benar?” wartawan tadi terus bertanya.

Hyuna menanggukkan kepalanya, “ne, tapi aku masih belajar mendisain ahjussi. Apa yang membawamu kemari?”

Wartawan tersebut memberikan sebuah undangan kepada hyuna. Dengan senang hati hyuna menerima selembar undangan itu.

---

“Kim agashi~ kita semua dikejutkan kabar hilangnya anda 5 bulan yang lalu, sebenarnya anda ada dimana?” tanya seorang wanita cantik yang bertugas sebagai MC acara talkshow dimana hyuna menjadi bintang tamuna, perasaannya sangat gugup. Mengingat sudah lama dia tak muncul di acara seperti ini.

Hyuna menghela nafas dan menjawab, “waktu itu saya pergi mencari pengalaman baru.”

“apa benar anda menjadi petugas perpustakaan di kota kecil dekat busan? Apa saja yang anda lakukan selama kurang lebih 4 bulan itu?” MC tadi kembali menanyai hyuna tentang kepergiannya.

“ah, waktu itu aku sedang ingin memulai mencoba kehidupan baru sebagai orang biasa. Menjadi artis sedari kecil membuat saya tak pernah bisa bebas dan punya kesempatan mencari teman. Disana saya bisa benar-benar merasakan kebebasan dan tanggung jawab.” Jawab hyuna memaparkan perasaannya.

“dan saya dengar anda terkena anemia sampai pingsan, apa itu juga benar?”

“iya, saat itu ada pemuda tampan yang menyelamatkan saya tanpa pamrih. Dia mengajarkan saya banyak hal. Dan dia tidak melihat saya sebagai idol melainkan orang biasa. Darisitu saya merasakan indahnya pertemanan,” hyuna mengingat kembali kenangan indahnya bersama leo. Seseorang yang tidak pernah ia temui setiap sore hari.

“ah, sepertinya anda menemukan pengalaman yang seru sekali. Bagaimana dengan kabar teman baru anda tersebut? Dan mengapa anda memilih keluar dari modeling? Bukankah anda sudah menduduki puncak popularitas?”
“saya tidak tau kabarnya, karna kami hanya berteman tanpa media komunikasi. Modeling bukan keinginan saya, saya lebih menyukai desain.” Hyuna mulai menikmati sesi talkshow tersebut. Tak lama kemudian sang MC berdiri dan mempersilahkan seseorang bintang tamu selanjutnya untuk masuk. Hyuna memalingkan pandangannya menatap kearah bintang tamu tersebut keluar.

Sesosok pemuda keluar mengenakan pakaian rancangannya dengan muka terhalang sebuket bunga mawar merah. Hyuna semakin penasaran dengan orang tersebut. “Hyuna-ssi?” sejenak hyuna tercengang mendengar suara itu. Detak jantungnya serasa terhenti sejenak. Apa benar?

“Leo oppa?” hyuna segera berdiri. Terpaku menatap sosok yang sangat dirindukannya sekarang muncul dihadapannya dengan pakaian yang telah ia rancang. Pemuda itu mengulas seutas senyum dan kembali ke ekspresi normal, dia berjalan mendekat perlahan.

“chukkae~” hanya kata itu yang terucap dari mulut leo. Ia semakin dekat dan hendak memeluk tubuh hyuna. Sepersekian detik kemudian hyuna merasakan dekapan hangat yang sangat kuat. “oppa~ bogoshippo..” hyuna tak dapat menahan tangisnya dalam pelukan itu.

Leo melepas pelukan dan menatap wajah hyuna yang sudah memerah, ibu jarinya mengusap lembut air mata yang jatuh dipipi gadis itu. “would you be mine?”

--The end--

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
cutehyunah
squel nya belum jadi e.e

Comments

You must be logged in to comment
kaisoochild #1
Chapter 1: endingnya kayak crazy little thing called love
Hyunajs #2
Chapter 1: Aaaaaa...
So sweettt...
Ceritanya kurang panjang, endingnya nanggung :(
lnjt lg dunk :(
trus knpa leo bsa nyamperin hyuna di acra itu pa leo jd artis/model jga??
Lnjt dunk..