EVERLASTING FRIENDS

HEAVEN LOVE STORY

“BABY! BABYKYU! KAU BAIK-BAIK SAJA?!”

“Siwon Hyung~”

Seketika Choi Siwon berseru saat beberapa pria ber-jas hitam menggiring seseorang yang sangat dicintainya. Cho Kyuhyun-nya. Kekasih manisnya itu terlihat baik-baik saja. Pakaiannya masih rapi, hanya saja pergelangan tangan yang rapuh itu terikat satu sama lain dengan sebuah tali. Mata coklat indahnya juga ditutupi sebuah kain hitam.

“Yonghwa Ahjussi, kumohon jangan sakiti dia. Dia tidak tahu apa-apa.”

Kali ini Siwon memohon kepada namja paruh baya yang berdiri tepat disamping Kyuhyun yang masih tidak bisa bergerak kemanapun. Namja tampan itu berlutut. Hal yang biasanya hanya dilakukannya saat berhadapan dengan Tuhan atau orang tua-nya, namun kali ini ia rela melakukannya kepada rekan bisnis-nya itu, asal Kyuhyun-nya bisa ia dapatkan kembali dengan selamat.

“Tentu saja, Siwon-ssi. Kau sudah menepati janjimu. Lepaskan ikatannya!”

Jung Yonghwa tersenyum ramah kepada Siwon sebelum memerintahkan pengawalnya untuk melepaskan ikatan Kyuhyun. Senyum yang bisa membuat hati seorang Choi Siwon merasa yakin dan lega.

Hal pertama yang dilihat Kyuhyun saat kain penutup matanya terbuka adalah Siwon Hyung-nya yang tersenyum lebar kepadanya. Wajah tampan itu tampak lelah. Di belakangnya, tampak namja-namja besar dengan pakaian hitam formalnya yang masih melepas ikatan di tangannya.

“Nah, Kyuhyun-ssi. Kau bisa kembali ke pangeran Choi-mu sekarang.”

Suara berat itu membuat Kyuhyun menolehkan kepalanya ke samping dan menemukan orang yang telah menculiknya. Berdiri dengan angkuh dan senyuman yang menurut Kyuhyun sangat mengerikan. Penuh kepalsuan.

“Baby! Kemarilah. Hyung disini. Semua sudah berakhir, Baby. Ayo kita pulang.”

Tap tap tap

Kyuhyun melangkahkan kakinya kearah Hyung yang paling dicintainya itu. Senyum terkembang di bibir pink itu, berusaha mengatakan bahwa dirinya bahagia dan baik-baik saja kepada Siwon di depannya. Namun kedua iris coklat karemelnya menatap waspada orang-orang di kanan-kirinya. Mengawasi pergerakan yang terlihat mencurigakan dan sembunyi-sembunyi itu.

Grep

“Babykyu! Kau baik-baik saja?! Apa kau terluka? Mana yang sakit, Baby?”

Pertanyaan itu terlontar dari mulut Siwon saat lengan besar itu berhasil mendekap namja manis yang sangat dicintainya itu.

“Hyung, ayo pulang. Aku tidak suka tempat ini.”

Kyuhyun hanya membalas pertanyaan Siwon dengan kalimat pendek dengan nada bergetar. Lengan pucatnya memeluk erat punggung kekasihnya itu. Siwon hanya mengernyit bingung, namun namja tampan itu segera membuang jauh perasaannya. Mungkin Kyuhyun hanya shock, pikirnya sambil mengusap punggung ringkih dihadapannya dengan lembut.

“Tenanglah, Baby. Semua akan baik-baik saja. Kita pulang sekarang.”

Sementara Siwon masih berusaha menenangkan kekasihnya yang gemetar, Jung Yonghwa mulai mengubah senyuman ramahnya menjadi sebuah seringaian menakutkan. Pengawal-pengawal disampingnya mulai memasang posisi siaga saat bos besar mereka berbalik untuk meninggalkan tempat.

“Bunuh mereka.”

Ucapan tegas namun pelan itu mengalun sesaat sebelum tubuh namja paruh baya itu menghilang di balik pintu.

“Kau kenapa, Baby? Kau tidak biasa–“

DOR

Siwon tidak sempat melanjutkan perkataannya saat tiba-tiba tubuhnya berputar ke samping dengan cepat bersamaan dengan suara keras yang sangat diyakininya sebagai suara tembakan itu.

“Aku ingin pulang, Hyung.”

Siwon pucat pasi. Walau kedua lengannya masih memeluk punggung ringkih itu, namun sesuatu yang basah itu mengenai telapak tangannya. Punggung ringkih itu basah, oleh darah.

“Ba-babykyu–“

DOR

Lagi. Tubuhnya yang masih dipeluk erat oleh Kyuhyun itu berotasi saat bunyi tembakan itu kembali terdengar. Mata sekelam malam basah seketika saat lengan pucat yang memeluknya erat itu juga basah oleh darah.

“Aku tidak suka suara keras itu, Hyung.”

“B-baby… APA YANG KALIAN LAKUKAN?!”

DOR

Kali ini lengan pucat yang sudah berwarna merah itu terlepas bersamaan dengan tubuh ramping itu yang berputar cepat dalam dekapannya. Tubuh yang selalu ia lindungi dengan segenap hatinya itu kini ganti melindungi tubuhnya dari peluru. Menjadi tameng terindahnya.

“BABYKYU! APA YANG KAU LAKUKAN?!”

Seruan itu bersamaan dengan tubuh Kyuhyun yang limbung ke depan. Siwon sudah tidak dapat berpikir lagi. Otaknya seakan blank. Diraihnya tubuh yang sudah lemas dan dipenuhi cairan merah yang terus mengalir dari punggung, lengan dan perutnya.

“K-kau ba-baik-baik s-saja, H-hyung?”

Kyuhyun melingkarkan kedua lengannya ke leher Siwon dengan erat. Mencoba menghalau rasa sakit di  seluruh tubuhnya. Siwon gemetar. Matanya menatap nyalang orang-orang berbaju hitam di sekelilingnya yang memegang pistol.

“Baby…”

Iris caramel itu semakin redup. Kyuhyun sudah menyadari sejak awal, hal ini pasti terjadi. Namja manis itu menenggelamkan kepalanya di tengkuk Siwon. Menikmati kesadarannya yang mulai berkurang. Namun iris caramel itu kembali melebar saat seseorang di belakang Siwon mendekat dengan sebuah tongkat kayu di tangannya.

“KITA KE RUMAH SAKIT SEKA–“

Sret

DUAG

Semuanya seperti slow motion, Siwon kembali merasakan posisinya tertukar dengan Kyuhyun dan sesaat kemudian suara keras itu terdengar. Baby-nya tetap memeluknya erat, wajahnya masih tersembunyi di lehernya. Hanya seorang namja yang baru saja mengayunkan tongkat kayu besar yang terlihat di mata kelamnya.

“Hyung, aku mau pulang sekarang~”

Siwon menundukkan kepalanya untuk menatap wajah Baby-nya. Dahi pucat itu dialiri darah. Mata indah itu  sayu, namun senyuman itu terukir di bibir yang bergetar itu. Tubuh dalam dekapannya itu kini menggenaskan. Air matanya sudah tak terbendung lagi.

“CHO KYUHYUN!”

HEAVEN LOVE STORY

Chapter 5: EVERLASTING FRIENDS

Genre: Romance, Angst

Rating: T

Main Pair: WONKYU

Other Pair: YUNJAE, HANCHUL, HAEHYUK, YEWOOK

Warning: , BOYSLOVE, OOC, TYPO

Summary:

Cinta sejati tidak mengenal batasan apapun walau banyak batasan yang menghalanginya.

DON’T LIKE DON’T READ

BabyWonKyu proudly presents

.

.

____Wonkyu____

“CHO KYUHYUN!”

Trang

Choi Siwon bangun secara tiba-tiba. Nafasnya terengah-engah dan keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya. Air mata meleleh mengaliri pipinya dengan deras.

Mimpi buruk.

Bukan. Itu bukan mimpi buruk. Itu adalah kenyataan menyakitkan yang diputar ulang di mimpinya. Peristiwa itu pernah terjadi. Dua tahun yang lalu. Peristiwa yang merenggut milikknya yang paling berharga.

Namja tampan itu terisak memilukan. Ditutupnya wajahnya dengan telapak tangan. Isakan itu tidak bisa ia sembunyikan lagi. Inikah batas ketegaran seorang manusia?

Iris kelamnya memandang segi-empat kecil yang terjatuh di samping ranjangnya. Kaca pigura itu pecah, membuat foto di dalamnya nampak tidak jelas. Dibelainya wajah bahagia dalam pigura itu dengan lembut, mengabaikan ujung jarinya yang menggores pecahan kaca itu. Air mata bercampur darah menghiasi permukaan fotonya dengan Kyuhyun-nya itu.

“Aku juga mau donor darah sepertimu, Hyung.”

“Tidak boleh, Baby. Nanti kau bisa lemas dan sakit.”

“Ck! Aku jadi terlihat lemah, Hyung!”

“Darahmu terlalu berharga untuk disumbangkan, Baby~”

“Darahku pasti berguna suatu saat nanti, Hyung.”

“Mau kau gunakan untuk apa, hmm?”

“Akan kugunakan untuk menyelamatkan nyawamu, Hyung.”

Tes tes

Air mata itu turun lagi. Semakin deras, mengalahkan derasnya hujan diluar sana. Langit seakan menangis keras menemaninya. Siwon meremas telapak tangannya kuat. Membuat jarinya yang berdarah semakin mengeluarkan darah.

“Aku tidak akan membiarkan darahmu yang berharga terbuang percuma, Baby.”

____Wonkyu____

“Nah, sudah selesai. Lain kali kau harus lebih memperhatikan dirimu sendiri, Siwon-ah.”

Dokter muda itu membereskan alat-alt P3K sederhananya kembali ke dalam kotak. Setelah menaruh kotak putih itu di meja kecil di samping ranjang, namja berkacamata itu menatap namja tampan di di depannya dengan pandangan bingung.

“Kau tidak biasanya murung seperti ini. Ada masalah? Ceritakan padaku.”

Siwon hanya menggeleng pelan dengan pandangan masih terpaku kepada sosok yang sangat dicintainya yang masih ‘tertidur’ di ranjang. Telapak tangannya yang telah dibalut perban akibat tergores kaca semalam, kini sudah menggenggan jemari lentik yang terasa dingin itu.

“Baiklah. Setidaknya jangan menyimpan beban seorang diri. Bagilah kepada yang lain agar kau merasa ringan. Kau punya Hyung dan sahabat-sahabat yang baik saat ini.”

Mendengar kata ‘sahabat’, Siwon sedikit tersentak. Namja tampan itu membelai pipi pucat Kyuhyun, terasa dingin. Seluruh tubuh Kyuhyun-nya itu terasa dingin. Tubuh yang dulu selalu terasa hangat saat dipeluknya itu, sekarang bagaikan boneka es yang indah. Walau senyum samar itu tersungging di bibirnya, namun air matanya tetap menetes. Bagaimana Kyuhyun yang dulunya sangat usil dan hangat, menjadi diam dan dingin seperti sekarang.

“Siwon-ah?”

“Apakah masih bisa disebut sahabat jika telah membuat sahabatnya terluka begitu parah?”

“Si–“

“Apakah masih bisa disebut sahabat jika telah merenggut kehidupan sahabatnya sendiri, Leeteuk Hyung?”

“Apa yang kau bicarakan? Kalian ada masalah?”

Leeteuk hanya menatap dongsaengnya yang kini terlihat rapuh itu dengan tatapan bingung. Sedang namja tampan di depannya hanya mengusap-usap punggung tangan di genggamannya dengan lembut, seakan takut kulit porselen itu akan sobek jika terlalu keras.

“Jung Yonghwa adalah ayah dari Jung Yunho.”

Leeteuk terperanjat. Ia tahu benar siapa Jung Yonghwa. Siwon sudah menganggap dokter muda itu sebagai Hyung-nya sendiri. Mereka sudah kenal sejak di bangku sekolah. Tidak jarang Siwon bercerita tentang keluh-kesahnya kepada Leeteuk. Terlebih saat peristiwa besar 2 tahun lalu. Dokter muda itu tahu semua penyebab dan kronologinya dari mulut Siwon sendiri. Maka dari itu, Leeteuk memilih sebagai dokter penanggung jawab Kyuhyun, demi Siwon.

“Apa hubungannya, Siwon-ah?! Apapun yang ada di pikiranmu, jangan pernah kau mengikutinya!”

Dokter muda itu tahu benar apa yang ada dipikiran dongsaeng tampannya itu.

Siwon melepas genggaman tangannya dengan sangat lembut. Setelah meletakkan tangan Kyuhyun di atas ranjang, namja tampan itu bangkit. Menatap iris kelam yang ditutupi kacamata di depannya dengan tajam.

“Mereka semua harus merasakan hal yang sama seperti yang kurasakan, Hyung!” ucap Siwon tegas namun dengan intonasi pelan.

“Jung Yonghwa sudah tertembak mati saat itu juga. Jangan melibatkan orang yang tidak bersalah, Choi Siwon. Jung Yunho itu bukan Jung Yonghwa yang brengsek. Dia mungkin tidak tahu apa-apa.”

Leeteuk ikut bangkit, ganti menatap iris kelam di depannya tak kalah tajam. Mata dongsaengnya itu dipenuhi amarah dan sesuatu yang menakutkan. Siwon yang seperti ini perlu dicegah dengan cepat.

“Mereka keluarga tidak ber-perikemanusiaan.”

“Kau sudah impas, Siwon. Jangan membuat masalah yang sudah selesai menjadi kembali berantakan.” Sahut Leeteuk sambil mencengkeram lengan Siwon dengan keras. Mencoba menjernihkan pikiran dongsaengnya itu.

“Mereka semua sama saja. Aku akan membalaskan dendam Kyuhyun-ku, Hyung!”

Air mata senantiasa mengiringi setiap kalimat yang keluar dari bibirnya. Mengatakan semua ini memang menyakitkan, namun saat ia melihat seperti apa Baby-nya yang terbaring lemah di ranjang itu, membuatnya lupa apa yang namanya belas kasih.

“Bukan Kyuhyun yang dendam, Siwon. Itu dendammu! Lupakanlah! Semuanya sudah terbayar!”

“AKU BERSUMPAH UNTUK MENGHANCURKAN SELURUH KELUARGA JUNG, SEPERTI MEREKA MENG–“

TIIIIIIIIIIIIIIIIT~

Kalimat keras itu terputus saat suara dengingan keras itu terdengar. Dua namja yang sejak tadi berdebat itu terlonjak. Mata mereka melebar saat elektrokardiograf di sisi ranjang Kyuhyun menunjukkan garis lurus tunggal.

“Baby?”

Dengan sigap, Leeteuk melesat kearah ranjang dan menempelkan stetoskopnya ke dada Kyuhyun yang masih tidak bergerak. Sedangkan Siwon, namja tampan itu hanya terpaku di tempatnya dengan wajah pucat pasi. Music kehidupannya berhenti dan berganti menjadi suara keras yang mengerikan.

“SUSTER! PANGGIL TIM DOKTER KESINI SEKARANG JUGA!”

“Hentikan… jangan ubah musikku, Hyung~ kumohon hentikan suara ini~ hiks”

“Siwon-ah! Sebaiknya kau keluar dari sini.”

____Wonkyu____

Rumah itu terlihat tenang dari luar. Suasana dan cuaca yang mendung membuat rumah sederhana namun cukup luas itu terlihat sedikit mengerikan. Suara isakan tangis sesekali terdengar dari dalam membuat rumah rindang berdinding kayu itu seakan berhantu.

“Mengapa Eomma tidak pernah mengatakannya sejak awal?!”

“Yunho-ah. Tenangkan dirimu~”

“Hiks. Eomma tidak mau mengganggu kuliahmu di Jerman saat itu. Hiks.”

Jung Yunho hanya mengerang frustasi mendengar jawaban ibunya. Mata musang itu sudah basah, bahkan wajahnya terlihat sangat berantakan saat ini.

Tan Hankyung disamping Yunho hanya mengusap bahu sahabatnya itu untuk menenangkannya. Yesung dan Lee Donghae juga ada disana, disamping sahabatnya yang kini sedang shock dan terguncang menerima kenyataan menyakitkan yang tiba-tiba hadir di hidupnya yang sudah bangkit.

“Dia hampir membunuh seseorang, Eomma. Dia telah membuat seseorang yang telah merubah hidupku terluka saat ini! Sahabatku membenciku saat ini gara-gara perbuatan Abeoji, Eomma~”

Kata-kata itu terdengar pilu dan menyayat. Air mata terus saja mengalir dari kedua mata setajam musang itu. Tidak hanya Yunho, semua sahabatnya juga menagis dalam diam. Hati mereka sakit merasakan persahabatan mereka yang sedang diuji saat ini.

“Yonghwa terlalu terobsesi dengan bisnis dan uang. Bahkan Eomma sudah memutuskan untuk berpisah dengannya saat itu. Ayahmu menghambur-hamburkan uangnya hanya untuk berjudi dan wanita setelah bertemu dengan teman lamanya. Eomma menyadari bahwa ia sedang dimanfaatkan. Saat perusahaan mulai kacau karena terlalu banyak hutang, Bank menyatakan bahwa Jung Corp pailit. Saat itu Choi Corp membeli semua saham perusahaan kita dan mulai membangun ulang perusahaan kita yang sudah hancur. Namun Yonghwa tetap menginginkan dirinya menjadi pemilik utama Jung Corp, dan peristiwa itu terjadi. Mianhae, anakku~”

Yeoja yang sudah sedikit tua itu tersedu sambil berlutut di depan putranya yang masih duduk diatas sofa. Donghae, Yesung dan Hankyung ikut turun dan berusaha membujuk agar ibu sahabatnya itu mau bangkit dari posisinya.

Grep

“Eomma tidak perlu meminta maaf. Ini semua salah Abeoji. Aku berjanji akan memperbaikinya, Eomma. Akan kulakukan apapun agar Siwon mau memaafkan keluarga kita. Akan kulakukan apapun agar sahabat yang telah mengajarkan segalanya padaku tentang tidak mudah menyerah bisa memaafkanku. Aku berjanji, Eomma.”

Yunho menyusul Eomma-nya yang berlutut di lantai lalu memeluknya erat. Pasangan ibu dan putranya itu menangis bersama. Begitu pula tiga namja yang lain. Mereka juga berjanji dalam hati mereka, persahabatan ini tidak akan berakhir hanya karena masalah kecil yang disebut dendam.

____Wonkyu____

“Baby! Gwaenchana?”

“Ne, Hyung. Ini hanya tergores.”

“Aish! Awas saja kalau bertemu namja itu lagi, akan kuhancurkan sepedanya itu.”

“Ini tidak apa-apa, Hyung! Aku tidak suka kata-katamu barusan!”

“Eh? Kau tidak mau aku membalas namja yang sudah menyerempetmu, Baby?”

“Tadi dia juga terjatuh, Hyung. Ini sudah impas!”

“Tapi dia tidak terluka sama sekali, Baby! Sedangkan kau terluka seperti ini~”

“Dengarkan aku, Hyung! Lebih baik aku mati daripada melihat dendam di matamu!”

“APA YANG HARUS AKU LAKUKAN, BABY?!”

Choi Siwon berteriak keras kepada halaman luas di depannya. Air matanya tidak juga berhenti sejak ia keluar dari ruangan 1013 se-jam yang lalu.

Taman gantung di lantai 7 rumah sakit Woorideul Spine Seoul itu sepi. Hari masih pagi, belum banyak pasien dan pengunjung yang mengunjungi taman indah di rumah sakit elit itu. Awan gelap menggantung di atas. Seoul dilanda hujan deras, akhir-akhir ini. Entah mengapa langit seakan lebih cengeng dari biasanya. Curah hujan di ibukota Korea Selatan itu meningkat tak wajar beberapa waktu belakangan ini.

“Mulai hari ini Hyung akan mengantar-jemputmu ke kampus, Baby.”

“Eh? Wae, Hyung?”

“Cuaca sedang tidak bersahabat akhir-akhir ini, Baby. Hujan terus mengguyur Seoul. Hyung tidak mau kau sakit.”

“Kau tahu filosofi mengapa hujan terus turun di suatu tempat tanpa henti, Hyung?”

“Apa, Baby?”

“Konon hujan merupakan penanda keasalahan seorang manusia. Hujan tidak akan berhenti sampai manusia itu menyadari kesalahannya, Hyung.”

“Apa semua yang kulakukan salah, Baby? APA KESALAHANKU?!”

Namja itu jatuh berlutut. Kakinya sudah tidak bisa menahan berat badan dan beban pikiran yang dipikulnya seorang diri. Pantaskah ia menyerah sekarang? Semua orang yang ia yakin akan meringankan bebannya pergi entah kemana. Seseorang yang menjadi alasan utamanya untuk terus bertahan, kini dalam masa kritis di dalam sana. Apa lagi yang perlu dipertahankan?

“Mengapa kau berikan cobaan ini padaku, Tuhan? Ambil saja aku jika Kau mau.”

Suara lirih itu bersamaan dengan kelopak matanya yang semakin tertutup. Choi Siwon sudah lelah.

“Kyuhyun mengalami masa kritis saat ini. Kita kehilangan detak jantungnya beberapa saat yang lalu. Kau harus tegar, Siwon-ah~ Jangan bertindak gegabah. Dengarkan kata hatimu, bukan emosimu! Bantu Kyuhyun yang sedang melawan kematian saat ini. Kau harus semangat, agar Kyuhyun juga bisa semangat melawan masa kritisnya.”

“Oppa? Oppa! Oppaaa~”

Tubuh Siwon terguncang kecil saat tangan mungil itu mengguncang tubuhnya pelan. Iris kelamnya terbuka perlahan. Hal pertama yang dilihatnya adalah wajah seorang yeoja cantik dengan rambut pirang, mata lebar dan bibir merahnya. Sebuah Boneka Barbie.

Siwon mendudukkan dirinya perlahan. Kepalanya berdenyut sakit saat tubuh kekarnya berhasil duduk dan bersandar di sebuah pohon. Boneka Barbie yang tadi dilihatnya itu dipegang oleh seorang gadis kecil. Tubuh mungil itu terbalut piyama putih lembut. Tangan kirinya memeluk Barbie, dan tangan kanannya memegang beberapa kertas dan crayon. Senyuman lebar terulir di wajahnya yang lucu.

“Nu-nuguya?”

Ucap Siwon terbata. Suaranya terasa serak dan tenggorokannya kering karena terlalu banyak berteriak dan menangis. Sudah berapa lama ia tertidur? Atau  pingsan?

“Kenapa Oppa susah sekali dibangunkan? Ayo temani aku menggambar, Oppa~”

Siwon hanya mengamati gadis kecil dihadapannya ini dengan raut bingung. Langit diatasnya masih mendung. Taman itu juga masih sepi. Hanya ada mereka berdua. Gadis kecil itu duduk disampingnya dan mulai mengeluarkan kertas gambar beserta crayon. Jemari mungil itu mulai menggores kertas putih itu perlahan. Mata kecil itu terlihat serius dengan apa yang dikerjakannya. Siwon hanya diam memperhatikan coretan crayon yang mulai membentuk sebuah gambar itu. Sebuah bebek. Satu, dua, tiga, dan akhirnya lima ekor bebek berhasil digambar gadis kecil itu.

“Mengapa kau menggambar bebek?” tanya Siwon sambil menunjuk gambar di pangkuan gadis kecil itu.

“Ini burung, Oppa! Bukan bebek!”

Gadis kecil itu mengerucutkan bibirnya imut. Sedang Siwon hanya terkekeh ringan di samping gadis itu. Untuk sejenak, ia melupakan semua masalah yang membebani pikirannya, untuk sejenak saja.

“Mana ada burung memiliki paruh sebesar itu, adik manis. Dan lihatlah, kakinya besar sekali. Itu lebih cocok disebut bebek.”

Gadis kecil itu hanya menggeleng keras sambil mengambil beberapa crayon lagi. Tangannya mulai menggambar beberapa hal lagi. Terlihat seperi awan, petir, dan laut.

“Paruh besar ini yang akan melindungi burung dari binatang lain yang mengganggunya, walau Singa sekalipun. Karena burung adalah binatang bebas, Oppa. Ada banyak hal yang menunggunya di depan. Kalau kaki yang besar ini berguna untuk memantapkan langkah dan membantu burung agar tidak mudah terjatuh.”

Siwon terdiam,  entah mengapa kalimat lugu itu terdengar sangat mengena. Iris kelamnya menatap gadis kecil disampingnya yang masih saja menggambar dengan asyik. Senyuman tipis tersungging di bibir Siwon.

“Hahaha. Lihatlah ini, Baby. Gambar ini konyol sekali~”

“Yak! Hyung! Kau jangan sembarangan mengejek gambar anak kecil!”

“Tapi ini aneh sekali, Baby~”

“Anak-anak menuangkan segalanya dalam gambar, Hyung. Baik itu harapan, cita-cita, atau sebuah pesan pembelajaran kepada kita yang sudah dewasa.”

“Nah! Sudah selesai~ Ini cerita tentang 5 burung yang bersahabat!”

Lamunan Siwon buyar saat suara melengking itu menyapa pendengarannya. Gadis kecil disampingnya itu mengacung-acungkan kertas yang sudah dipenuhi gambaran warna-warni itu ke udara. Mata kecilnya berbinar senang.

“Oppa~, mau kuceritakan kisah 5 burung yang bersahabat?”

“Err… tentu!”

Siwon menegakkan posisi duduknya saat gadis kecil itu mendudukkan diri di pangkuannya. Tangan mungil itu mulai menunjuk gambar di pangkuannya.

“Suatu ketika ada 5 burung yang bersahabat. Mereka bersahabat karena memiliki kesamaan. Mereka sama-sama memiliki paruh dan kaki yang besar~”

“Hahaha. Kesamaan macam apa itu?”

“Dengarkan saja, Oppa!” gadis kecil di pangkuannya itu merajuk, membuat Siwon menghentikan tawa gelinya.

“Oke. Lanjutkan.”

“Kelima burung itu akan menuju ke selatan bersama-sama untuk menemui pasangannya dan bertelur. Mereka berangkat bersama-sama. Namun di tengah perjalanan salah satu burung tersambar petir. Duar!! Burung itu jatuh, namun burung yang lain menangkapnya. Perjalanan panjang itu dilalui mereka dengan penuh perjuangan–“

“Hei, kenapa burung yang ini kakinya cuma satu?” sela Siwon tiba-tiba.

“Emm, itu karena ayah burung itu memotongnya saat akan berangkat~. Ayahnya tidak memperbolehkan burung itu pergi ke selatan bersama sahabat-sahabatnya. Tapi burung itu tetap berangkat, karena ia sudah berjanji untuk membantu sahabat-sahabatnya.”

“Lalu kenapa ada gambar api di burung yang ini?”

“Burung itu sedang marah, Oppa~” sahut Gadis itu. “Dalam persahabatan ada banyak hal. Persahabatan mereka juga seperti itu. Diwarnai berbagai pengalaman suka dan duka, dihibur-disakiti, diperhatikan-dikecewakan, didengar-diabaikan, dibantu-ditolak, namun semua itu tidak pernah sengaja dilakukan dengan tujuan kebencian.”

Tes

Air mata yang sempat berhenti mengalir itu kini mengalir lagi. Entah mengapa kisah 5 sahabat burung itu terdengar seperti kisahnya. Siwon teringat kepada sahabat-sahabatnya. Merekalah yang biasanya membuatnya tertawa melupakan sejenak beban hidup yang selama ini ditanggungnya sendiri. Namja itu menangis dalam diam.

“Kelima burung itu memiliki persahabatan lima jari. Tiap burung adalah wakil dari tiap-tiap jari. Ada jempol yang sebagai pengontrol semua jari, ada telunjuk yang merupakan penunjuk arah, ada jari tengah merupakan sumber kebijakan–walau paling tinggi, namun jari tengah akan mensejajarkan diri dengan yang lain saat memegang sesuatu–, ada jari manis yang menjadi teladan–itu mengapa cincin selalu diletakkan di jari manis–, dan ada kelingking–walau paling kecil dan lemah, namun tanpa kelingking, persahabatan tidak mungkin terjalin, karena tautan dua kelingking merupakan symbol sebuah persahabatan. Walau kelima jari memiliki peran masing-masing, mereka tetap bersama, saling membantu, saling bersatu untuk mengangkat beban seberat apapun. Persahabatan seharusnya seperti itu. Tidak mempermasalahkan posisi, derajat ataupun masalah lain. Karena akan terasa sakit jika kehilangan sahabat walau hanya seorang seperti kehilangan jari tangan. TAMAT~”

Siwon membiarkan air matanya mengalir tanpa batas. Hatinya tersentuh mendengar cerita yang entah benar atau tidaknya itu. Namun ia tak peduli, cerita itu mengajarkannya suatu hal. Persahabatan sejati selalu mempunyai banyak cobaan. Seperti persahabatannya. Dan untuk pertama kalinya setelah kejadian di makam, Siwon menginginkan sahabat-sahabatnya berada disini.

“Siwon-ah? Kau disini rupanya! Kami mencarimu kemana-mana~”

“Yesung Hyung?!”

Sesosok namja berkepala besar berdiri tak jauh darinya. Disampingnya berdiri namja berwajah oriental dan namja berwajah ikan. Ketiga namja itu memandangnya dengan raut khawatir.

“Gambar apa yang kau pegang itu?” ucap Donghae sambil menunjuk gambar di pangkuan Siwon.

Siwon terperanjat. Dipangkuannya kini tergeletak sebuah gambar warna-warni. Gadis kecil yang tadi duduk dipangkuannya tidak ada.

“Ta-tadi ada se-seorang gadis kecil–“

“Gadis kecil?” Hankyung menyela tiba-tiba dengan dahi mengernyit. “Kau hanya sendiri dari tadi. Kami memperhatikanmu dari sana!”

“Ja-jangan-jangan gadis yang dimaksud Siwon adalah hantu penunggu taman ini~ Hiii~”

“Oh! Lihat, gadis itu sedang memeluk kakimu, Donghae-ah!”

“KYAAAAAAA!”

Pletak pletak

“Yesung-ah! Donghae-ah! Sekali lagi kalian membuat onar, kalian berdua yang akan kuubah menjadi hantu penunggu rumah sakit ini!”

Hankyung yang sudah jengah melihat kelakuan duo pembuat onar itu, segera melayangkan jitakannya ke kepala masing-masing sahabat berisiknya itu. Yesung dan Donghae langsung terdiam sambil mengaduh pelan, sedangakan Siwon hanya bisa tertawa terbahak-bahak. Namja tampan itu tertawa keras dengan air mata yang masih mengalir dari kedua matanya. Siwon tertawa sekaligus menangis.

Grep

Hankyung memeluk sahabatnya yang masih terbahak itu dengan erat. Namja berdarah Cina itu menepuk punggung tegap itu dengan keras, membantu sahabat sekaligus dongsaengnya itu untuk melepaskan semua bebannya. Yesung dan Donghae hanya bisa menepuk-nepuk bahu sahabatnya yang masih dalam dekapan Hankyung itu dengan lembut, mencoba memberinya ketenangan.

“Jangan sembunyikan tangismu, Choi Siwon. Menagislah sepuasmu jika itu bisa menghilangkan semua bebanmu. Menangislah sepuasmu disini. Kami ada untukmu berbagi kesedihan.”

“Sudahlah, Hyung. Jangan bersedih lagi~ Kau pasti dapat memenangkan tender itu di lain waktu.”

“Gomawo, Baby. Aku hanya sedih karena sahabatku tidak berusaha menghiburku saat aku kalah. Mereka hanya dekat saat aku berhasil.”

“Kalau seperti itu, mereka hanya temanmu, Hyung. Bukan sahabat.”

“Eh? Wae, Baby? Tapi kami sangat dekat.”

“Sahabat adalah mereka yang tak selalu ada ketika kau tengah bahagia, Hyung. Tapi sahabat selalu ada untukmu saat kau tengah terluka.”

Suara tawa itu semakin lama semakin berubah menjadi isakan. Isakan kecil itu semakin lama semakin keras dan akhirnya berubah menjadi tangis. Bahu kokoh itu berguncang hebat. Berusaha menumpahkan semua beban yang membuatnya berat tiada tara. Ketiga namja yang lain juga menangis, tangan mereka tak henti-hentinya mengusap bahu dan punggung Siwon yang masih berguncang hebat.

Beberapa menit kemudian Siwon melepas pelukannya. Saat iris kelamnya bertemu dengan mata sipit Hankyung, namja cina itu tersenyum lembut. Yesung dan Donghae juga melakukan hal yang sama saat iris kelam yang terlihat redup itu memandangnya. Mata yang sudah membengkak itu mencari sesuatu yang tidak ada disana.

Hankyung tersenyum simpul. Ditepuknya bahu Siwon pelan.

“Mencari seseorang?” tanya Hankyung sambil tersenyum. “Yunho masih berada di ruangan Jungsoo Uisa. Leeteuk Hyung bilang ia perlu bicara dengan Yunho empat mata.”

“Sebentar lagi Yunho pasti menyusul.” Sahut Yesung sambil menepuk bahu Siwon pelan.

Siwon hanya diam. Dirinya masih bingung reaksi apa yang akan ditunjukkannya nanti. Rasa marah dan dendam itu masih ada. Ia benar-benar tidak bisa berpikir.

Tap tap tap

Suara langkah kaki itu terdengar di belakang tubuh Siwon. Langkah ringan itu membuat ketiga namja dihadapan Siwon tersenyum lembut. Tanpa menolehpun, Siwon tahu betul siapa yang datang.

“Siwon-ah~”

Kalimat lemah dan mata musang yang bersinar sayu itu yang pertama kali dilihat Siwon saat tubuhnya berbalik. Namja di depannya itu terlihat sama berantakannya dengan dirinya.

Jung Yunho memberanikan diri menatap tajam iris kelam didepannya. Mencari sinar terang disana, namun yang ditemukannya hanya kegelapan. Mata sahabat yang mengajarkannya arti sebuah kehidupan itu bersinar dingin dan gelap. Hatinya terasa tercabik.

Bruk

“Siwon-ah, aku berdiri di hadapanmu bukan untuk meminta maaf. Aku berdiri sekarang untuk memohon pengampunanmu. Atas nama ayah dan seluruh keluargaku, aku ingin kau memaafkan kami. Memang mustahil untuk memperbaiki kesalahan ayahku padamu, tapi aku bersedia melakukan apapun untuk menebus semua kesalahannya padamu.”

Yunho berlutut  dan bersujud dalam di depan Siwon yang masih mematung di tempatnya. Mata sekelam malam Siwon masih menatap dingin namja di depannya. Namja itu memohon pengampunan pada sahabatnya.

Angin dingin itu berhembus. Sangat dingin dan menusuk kulit, seakan mendukung suasana hening di taman gantung indah itu. Siwon memejamkan matanya.

“Baby~ Maafkan Hyung, ne? Hyung tidak sengaja menginjak PSPmu.”

“Jangan berlutut dihadapanku seperti itu, Hyung!”

“Aku tidak akan berdiri sebelum kau mengampuniku, Baby.”

“Apa yang akan kau lakukan jika aku mengampunimu, Hyung?”

“Aku akan membelikanmu PSP baru, seakan tidak pernah terjadi apapun. Aku mengubah hal sudah berlalu, kan?”

“Pengampunan tidak mengubah masa lalu, Hyung. Tapi memperluas masa depan.”

Bruk

Bruk

Bruk

“Kami juga mewakili keluarga Yunho untuk meminta pengampunan padamu, Siwon-ah. Kami mohon, maafkanlah mereka.”

“Kita semua adalah manusia, Siwon-ah. Manusia adalah tempat segala jenis kesalahan dan kekurangan.”

“Tuhan mengampuni walau kita tidak pantas, Siwon-ah. Kerena itu kita harus mengampuni orang lain, terlepas mereka pantas atau tidak.”

Hankyung, Yesung, dan Donghae ikut berlutut di hadapan Siwon. Keempat sahabatnya itu menatapnya dengan mata yang sudah basah. Siwon balas menatap mereka dengan mata berlinang air mata. Hatinya sakit menatap sahabat-sahabatnya berlutut seperti ini.

“Kau mau melakukan apapun agar aku memaafkanmu, Jung Yunho?”

“Aku bersedia melakukan apapun. Apapun.” Sahut Yunho dengan tegas setelah pertanyaan itu keluar dari mulut Siwon. “Sudah cukup aku kehilangan orang yang kucintai. Aku tidak mau kehilangan sahabatku juga.”

Tap tap tap

Siwon melangkah melewati keempat sahabatnya yang masih berlutut itu. Langkah terhenti saat kakinya menabrak pagar pembatas balkon taman yang menghubungkan langsung dengan lantai dasar jauh dibawah sana.

“Aku akan memaafkanmu jika kau menemaniku terjun kebawah, Jung Yunho.”

Keempat namja itu sontak berdiri dan berlari menuju Siwon yang kini sudah menaiki pagar pembatas balkon itu.

“Siwon! Jangan berbuat hal gila!” seru Donghae sambil menarik lengan Siwon, namun Siwon menepis tarikan itu dengan kasar.

“Semuanya sudah berakhir. Ini sudah mencapai batasnya.”

“CHOI SIWON! SADARLAH! INGAT KATA-KATAMU DULU! KYUHYUN MASIH MENUNGGUMU! KAU TIDAK PERLU MELAKUKAN INI!” kali ini Hankyung yang berteriak.

“KYUHYUN-KU SEDANG KRITIS DI DALAM SANA, HYUNG! APA YANG AKU LAKUKAN JIKA DIA PERGI?!”

“Jangan seperti ini, Siwon-ah! Kau sedang dikendalikan emosi sekarang!” suara Yesung yang kali ini terdengar.

“Ayo, Jung Yunho. Kau tidak mau menemaniku terjun, huh?!” seru Siwon saat menyadari Yunho masih terpaku di tempatnya berdiri. Mata musang itu menatapnya sendu.

Tap tap

Selangkah demi selangkah, Yunho berjalan mundur menjauhi keempat sahabatnya. Tubuh tegap itu gemetar. Gumaman tak jelas keluar dari bibirnya yang juga bergetar.

“Yunho-ah?” Hankyung menatap tak percaya kepada Yunho yang bergerak semakin menjauhi mereka.

“Kau tidak berani?! Kau tidak mau menemaniku jatuh, Jung Yunho? Kau tidak mau aku memaafkanmu?” kali ini Siwon benar-benar terkejut  dengan tingkah Yunho. Ini benar-benar diluar dugaanya.

Yunho hanya menggeleng lemah sambil tetap berjalan mundur. Mata musang itu basah. Langkahnya terhenti saat kakinya menabrak pegangan tangga menuju lantai bawah. Ditatapnya sekali lagi wajah keempat sahabatnya di depan. Lalu dengan sekali gerakan namja musang itu melesat menuruni tangga dengan cepat, meninggalkan keempat sahabat yang menatap kepergiannya dengan pandangan yang sulit diartikan.

“Dia tidak mau menemaniku, Hyung.” Lirih Siwon sambil mencengkeram pagar pembatas didepannya dengan erat. “Dia tid–“

“CHOI SIWON! AKU TIDAK PEDULI KAU MEMAAFKANKU ATAU TIDAK! TAPI AKU TIDAK BISA MENERIMA PERMINTAANMU UNTUK TERJUN BERSAMAMU–“

Keempat namja itu menundukkan kepalanya. Disana. Tepat satu lantai dibawah mereka. Di balkon lantai 6 rumah sakit terbaik di Korea Selatan itu, nampak Yunho yang merentangkan tangannya sambil berteriak kearah mereka. Nafasnya tersengal dan mata musangnya terus mengeluarkan air mata.

“–SILAHKAN KAU TERJUN SESUKAMU, SIWON-AH. AKU TIDAK AKAN IKUT! AKU AKAN MENANGKAPMU DARI SINI. AGAR KAU TIDAK JATUH.”

Siwon tertegun. Makna kata sahabat itu seakan baru saja ditiupkan ke telinganya keras-keras. Untuk sesaat ia mengira Yunho ketakutan saat ia mengajaknya bertemu kematian, tapi sekarang, Yunho–sahabatnya–kini berada di bawah untuk menangkapnya. Apa yang dipikirkannya sedetik lalu? orang yang merentangkan tangan dengan berlinang air mata dibawahnya itu adalah sahabatnya. Sahabat sejatinya.

“Aku akan menangkapmu dari sini, Siwon. Aku tidak akan membiarkanmu jatuh dan menyerah begitu saja pada kematian. Masih ada Kyuhyun dan kami para sahabatmu yang masih ingin melihatmu berjuang menggapai cinta sejati. Terserah kau mau membenciku selamanya, aku rela. Asal jangan menyerah sekarang. Jika dulu kau yang memaksaku, kali ini kau yang kan memaksamu untuk tidak tergoda dan menyerah pada kematian. Aku ingin kau mengingat tentang cinta sejati. Cinta sederhana yang ingin kau capai. Bagaimana kami bisa mencapai cinta sejati jika penuntun kami tidak ada? Pikirkan tentang Kyuhyun. Pikirkan perjuangannya melawan kematian. Pikirkan bagaimana musik indahmu mengalun setiap harinya. Bagaimana perasaanya saat ia bagun suatu saat nanti dan tidak menemukanmu? Masa depanmu masih panjang. Kau ber-hak bahagia, Siwon-ah~ kau pantas untuk bahagia~”

Ucapan itu diiringi air mata dan didengarkan dengan air mata pula. Kelima sahabat itu menangis keras. Inikah persahabatan yang sejati itu?

Sret

Dengan cepat Siwon berbalik dan berlari cepat menuju tangga. Ketiga sahabatanya juga melakukan hal yang sama. Menuju sahabat mereka di lantai dibawah mereka.

Grep

“Kau bodoh, Hyung! KAU BODOH, JUNG YUNHO! Tapi orang bodoh ini sahabatku~ Mana mungkin aku membecimu, Hyung~”

Kalimat itu keluar dari bibir Siwon bersamaan dengan tubuhnya yang memeluk erat tubuh Yunho. Kedua sahabat itu menangis keras dengan saling berpelukan erat. Tiga sahabatnya yang lain hanya menyaksikan dengan tersedu.

“Maafkan aku, Siwon-ah~ maafkan semua kesalahan ayahku. Aku akan membaya–“

“Tidak, Yunho Hyung~ Bukan kau yang salah. Berhentilah meminta maaf! Aku yang seharusnya minta maaf. Maaf karena telah tergoda untuk membencimu. Maaf karena telah menodai persahabatan ini~ Maafkan sahabatmu yang hina karena telah menuruti emosi ini~ Maaf atas segala kesalahanku~”

Donghae, Yesung dan Hankyung yang sudah tidak tahan, segera berhambur memeluk dua sahabatnya yang saling meminta maaf itu. Mereka lega, persahabatan mereka masih utuh setelah diterjang ombak besar. Persahabatan itu malah semakin kuat.

“Semuanya sudah berakhir. Kita mulai dari awal.” Hankyung memeluk sahabat sekaligus dongsaengdeul-nya itu dengan erat.

Mereka mengangguk bersama. Tetap berpelukan erat, hingga mengabaikan sinar matahari yang bersinar untuk pertama kalinya selama beberpa hari terakhir yang terus dilanda awan mendung. Sinar hangat yang seakan menyapa mereka itu menerangi pagi yang dingin itu. Benang emas tak terlihat mengikat erat kelima sahabat itu. Benang emas yang tidak akan pernah terputus oleh tajamnya pisau kehidupan yang setiap saat bisa menyerangnya.

“Siwon-ah, sebenarnya aku membawa satu pesan dari Leeteuk Hyung.” Ucap Yunho yang masih terjepit diantara pelukan keempat sahabatnya.

“Apa, Hyung?”

“Kyuhyun telah melewati masa kritisnya.”

“BENARKAH?! PUJI TUHAN.” Seru Siwon dengan mata berbinar sambil berusaha melepaskan pelukan sahabat-sahabatnya. Namun usahanya digagalkan oleh suara Yesung.

“Tetap berpelukan! Aku juga ingin menyampaikan sesuatu.” Ucap namja berkepala besar itu sambil mengeratkan pelukannya.

“Apa lagi, Yesung-ah?” sahut Hankyung penasaran.

“Tapi sebelumnya aku ingin minta maaf kepada Donghae.” Lanjut Yesung sambil menatap Donghae yang ia peluk di depannya. Namja ikan itu balas menatapnya bingung.

“Sebenarnya kita sekarang sedang berdiri di depan kamar mayat.”

Hening

Hana… dul… set…

“HUUWWAAAAAA! BAWA AKU PERGI DARI SINI!

Kita semua tahu itu suara siapa.

“Baby, apa warna cinta menurutmu?”

“Putih, Hyung.”

“Mengapa kau memilih putih, Baby?”

“Karena putih adalah gabungan dari 16 juta warna lainnya. Itulah yang membuat Cinta begitu indah dan berwarna, Hyung.”

“Kau hebat, Baby. Sekarang apa warna untuk Persahabatan?”

“Menurutmu, Hyung?”

“Putih juga?”

“Tidak, Hyung. Persahabatan itu transparan. Persahabatan tidak memiliki warna.”

“Eh? Kenapa seperti itu, Baby?”

“Karena warna dapat pudar suatu saat nanti. Tapi persahabatan tak berwarna, membuatnya bertahan hingga akhir waktu karena tidak akan bisa pudar.”

.

Persahabatan para malaikat itu indah. Sesuatu yang transparan itu membuat mereka mengepakkan sayap mereka untuk terus terbang jauh. Walau jatuh beberapa kali, sayap-sayap tak terlihat yang pernah patah itu tetap terbang. Sayap putih itu tidak akan berhenti terbang, karena persahabatan sejati menjadi kekuatannya. Kekuatan transparan yang akan bertahan hingga akhir masa.

.

.

TBC

.

.

Wonkyu is Love,

BabyWonKyu

 

 

 

 

 

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
arjioabrian
#1
Chapter 3: Ini FF fav. Saya!!!!
how can you make a lot people crying? Woooahhh.... daebak
Wulwul0705
#2
Chapter 8: Bikin dada sesak... semoga lekas di lanjut dan wonkyu segera bersatu...
Amin
Wulwul0705
#3
Chapter 5: Dongahe kenapa kau takut hantu wkwkkwkw walau sempet nangis tapi cukup terhibur di part ini
Wulwul0705
#4
Chapter 4: Nangis lagi
Wulwul0705
#5
Chapter 3: Sumpah air mata aku netes mulu baca cerita ini...
Wulwul0705
#6
Chapter 2: Sumpah cinta wonkyu manis....
Menyedihkan
Tes...
love2siwon #7
Chapter 4: Ternyata appa yunho pwnyebab babykyu koma...tp jangan balas ke yunho donk siwonnie. Kasian yungo
love2siwon #8
Chapter 3: Siwonnie...nyesek banget sich..semoga baby kyu segera bangun.
love2siwon #9
Chapter 2: Hiks...baru segini aja udh bikin keluar air mata. Sebenarnya baby kyu kenapa?..
love2siwon #10
Chapter 1: Kenapa siwon segitu sedihnya. Apa terjadi sesuatu sm kkyu