A STUDY OF MEMORY

HEAVEN LOVE STORY

“Bagaimana keadaan Kyuhyun-ku, Hyung? Dia baik-baik saja, kan? Katakan dia hanya luka ringan, Hyung!”

“Mian, Siwon-ah.”

Namja tampan mengernyitkan dahinya bingung. Keadaan hatinya sama berantakannya dengan keadaan fisiknya saat ini. Jantungnya berdegup kencang hingga membuat tubuhnya bergetar hebat.

“Kyuhyun saat ini… koma.”

Tubuh tegap itu lemas seketika. Mata yang sejak tadi menahan beban air mata itu sekarang basah. Hatinya mencelos saat mendengar perkataan orang di depannya.

“K-kau pasti bercanda, Hyung! Katakan saja dia sedang pingsan dan sebentar lagi akan bangun! Atau dia hanya pura-pura tidur?! Iya kan? Hahaha, aku tahu dia pasti jahil lagi, awas saja setelah di ru–”

“CHOI SIWON, DENGARKAN AKU!” namja ber-jas putih di depannya itu kini mencengkereram lengan kekar Siwon dengan kuat. Seakan berusaha menyadarkan namja berlesung pipi itu bahwa ia harus bangun dan menerima kenyataan.

Siwon hanya menatap mata berbingkai kaca mata itu dengan sorot kalut. Ia tahu, ia sedang membohongi dirinya habis-habisan saat ini.

“Kyuhyun mengalami pendarahan hebat dalam kepalanya. Benturan keras itu membuat pembuluh darah otaknya pecah, membuat suplai oksigen berkurang di otaknya. Dia akan kehilangan kesadarannya dalam jangka waktu yang tidak bisa ditentukan.”

Tubuh tegap itu merosot. Kakinya seakan tidak punya tulang untuk menyangga. Bagaimana ia bisa menyangga tubuh jika satu-satunya alasannya untuk tetap bisa berdiri sedang sekarat di dalam sana.

“Kau berbohong… KAU PASTI BERBOHONG, PARK JUNGSOO!”

“Siwon-ah, Kau harus lapang. Kau harus kuat. Kyuhyun pasti tidak suka melihatmu seperti ini.” Suara namja yang masih mencengkeram lengannya itu dengan bergetar. Berusaha memberi kekuatan kepada namja tampan yang telah ia anggap sebagai dongsaengnya itu.

“Mengapa… bukan aku saja, Hyung. MENGAPA HARUS KYUHYUN?!”

Lagi-lagi Siwon berteriak. Air matanya sudah membanjiri wajahnya yang terdapat bercak-bercak cairan merah yang telah mengering. Diremasnya dada kirinya dengan keras. Berusaha menghalau rasa sesak dan sakit disana. Namja tampan itu terlihat sangat menyedihkan. Kemeja putihnya yang sudah berganti warna menjadi merah, dan telapak tangannya yang bernoda merah itu memukul-mukul dada kirinya dengan keras seiring dengan tangis pilunya yang semakin terdengar keras. Noda merah milik orang yang paling berarti untuknya. Darah Kyuhyun-nya yang sedang berbaring meregang nyawa di dalam ruang ICU.

“Aku akan berusaha semampuku untuk menyelamatkan Kyuhyun. Aku berjanji, Siwon-ah. Jadilah kuat agar Kyuhyun juga bisa bersemangat. Dia sedang melawan kematian saat ini. Kumohon jangan seperti ini.”

Dokter muda itu juga menangis tanpa suara. Air matanya sudah menggenang sejak tadi. Tak jauh beda dengan namja tampan di depannya yang masih menangis keras.

“Baby, kenapa kau seperti ini~ apa kau mau membunuhku, huh?” ratapan itu terdengar pilu, sangat menyayat hati.

Siwon menggenggam kemejanya dengan kuat, hingga cairan merah itu sedikit menetes di telapak tangannya. Ditatapnya cairan merah kental yang ia peras dari kemejanya sendiri dengan tatapan kosong.

“Kau harus kuat, Baby. Jangan pernah menyerah pada kematian. Aku akan selalu menunggumu.”

HEAVEN LOVE STORY

Chapter 3: A STUDY OF MEMORY

Genre: Romance, Angst

Rating: T

Main Pair: WONKYU

Other Pair: YUNJAE, HANCHUL, HAEHYUK, YEWOOK

Warning: , BOYSLOVE, OOC, TYPO

Summary:

Cinta sejati tidak mengenal batasan apapun walau banyak batasan yang menghalanginya.

DON’T LIKE DON’T READ

BabyWonKyu proudly presents

.

.

____Wonkyu____

“Tuan muda, apa anda ingin saya mengganti menu sayurnya? Anda sepertinya tidak menyukainya.”

Pagi hari di rumah besar bergaya eropa itu terlihat sepi seperti biasanya. Rumah bercat putih itu hanya ditinggali seorang namja tampan yang terlihat murung akhir-akhir ini. Rumah itu menyimpan banyak sekali cerita sejak pertama kali berpenghuni. Kebanyakan kisahnya adalah kisah bahagia. Kisah bahagia yang penuh tawa, canda, dan cinta. Namun kisah itu sudah tidak sama lagi seperti dulu. Kini rumah mewah itu hanyalah sebuah rumah. Hanya tempat untuk berteduh dari panas matahari dan dinginnya malam. Rumah itu rindu memorynya dulu.

“Baby, kenapa kau selalu menyisihkan sayurnya?”

“Aku tidak menyukainya, Hyung.”

“Tapi kau harus memakannya agar kau tetap sehat, Baby~”

“Kalau begitu, Hyung saja yang makan sayurnya.”

“Eh?”

“Jika Hyung sehat, aku juga pasti sehat, Hyung.”

“Tidak perlu, Kim Ahjussi. Aku akan memakannya.”

Choi Siwon segera melahap sayuran hijau di depannya dengan lahap. Sedikit menambahkan nasi pada suapannya. Meja makan panjang itu sepi. Hanya ada dirinya di ujung meja didampingi kepala pelayan di rumahnya. Tingkah laku namja tampan itu membuat kepala pelayan yang sudah berumur setengah abad itu tersenyum. Sedikit membungkuk, namja tua yang sudah mengabdi kepada keluarga Choi sejak Siwon belum lahir itu beranjak pergi menuju dapur. Kepala pelayan itu tidak mengetahui bahwa Tuan Muda yang sudah diasuhnya sejak bayi itu memakan makanannya dengan berlinang air mata. Membuat rasa hambar yang selalu dirasakannya pada makanan di mulutnya menjadi semakin hambar.

‘Aku akan terus sehat, hanya untukmu, Baby. Kumohon, tetaplah bertahan.’

____Wonkyu____

“Hyung, hari ini matahari benar-benar tidak muncul.”

“Itu tidak benar, Baby. Lalu siapa yang begitu bersinar di dekapan Hyung ini, Matahariku?”

“Jangan menggodaku, Hyung~”

“Kau memang matahari bagi Hyung, Baby.”

“Apa kau tahu rahasia matahari, Hyung?”

“Apa, Baby?”

“Ia akan mati dan menghilang saat seluruh energinya habis untuk memberi kehidupan benda angkasa lainnya, Hyung.”

Siwon termangu menatap pigura besar di ruang tengah rumah mewahnya. Sinar matahari yang sedikit redup menyinari sebuah foto di dalam pigura yang terpajang di antara pigura-pigura lainnya yang berukuran kecil. Citra seorang namja manis berkulit putih porselen sedang tersenyum dengan namja tampan berlesung pipi yang memeluknya dari belakang. Menara Eiffel menjadi background foto itu.

Tap tap

Namja tampan itu melangkah ke seberang ruangan dan memasuki sebuah ruang lainnya. Ruangan itu luas. Bangku-bangku kayu terlihat berjejer rapi di sisi kanan dan kiri hingga lima baris. Di ujung ruangan terdapat sebuah altar kecil degan sebuah tanda salib di bagian atasnya. Jendela kaca besar menjadi latar belakangnya.

Bruk

Siwon jatuh berlutut saat kakinya mencapai depan altar. Matanya menatap miniature Yesus Kristus yang terikat di tanda suci umat kristiani itu.

“Tuhan, anakMu datang lagi memohon padaMu untuk yang kesekian kalinya.”

Ucapan itu terdengar bergetar. Bahkan sekuruh tubuh tegap itu terlihat sangat rapuh sekarang.

“Tolong curahkan kasihMu pada seseorang yang kucintai disana, Tuhan. Jangan Kau ambil dia dariku. Berikan dia kehidupanMu, Tuhan. Biarkan aku menebus semua kesalahan yang pernah aku perbuat padanya. Aku bersedia mempertaruhkan apapun, tapi jangan ambil dia dariku, Tuhan.”

Lagi. Butiran bening itu selalu tumpah. Selalu seperti ini. Dirinya adalah namja kuat, ia tidak akan dengan mudah menangis walau dalam keadaan seterpuruk apapun, namun itu dulu. Dirinya sekarang rapuh. Seperti sebuah tiram, walau terlihat kokoh dan keras di luarnya, namun ia menyimpan mutiara yang amat rapuh didalam. Dan, sekarang, dia bertaruh kepada Tuhan.

“Siwon-ah, ini sudah sekian lama. Jika seperti ini terus menerus, Kyuhyun akan kekurangan nutrisi dan jika imunnya melemah… dia tidak akan bertahan.”

“Aku tahu kau begitu menyayanginya, Tuhan. Kyuhyun-ku, Babykyu, kembalikan sorot mata indah itu padaku.”

____Wonkyu____

“Siapa yang paling kita percaya di dunia?”

“TUHAN!”

“Daebak! Ini permennya!”

“YEAAYY!”

“Ya! Bukankah kau sudah dapat barusan?!”

Suasana salah satu panti asuhan di pinggiran Seoul itu terlihat ramai hari ini. Auditorium berukuran kecil yang biasanya kosong itu, sekarang ramai dengan tawa dan sorakan. Sejak pagi tadi semua penghuni panti asuhan berbondong-bondong menuju auditorium untuk menghadiri sebuah gathering dengan ketua yayasan. Para biarawati dengan sabar mengontrol anak-anak yang terlihat antusias mengikuti gathering yang sangat jarang dilakukan di panti asuhan mereka. Mengingat tempatnya yang berada di pinggiran Seoul.

Hari itu, anak-anak yang sudah tidak memiliki kasih sayang orang tua itu merasakan sebuah cinta tulus. Sekali lagi.

“Ya! Yunho-ah, bersikaplah yang ramah! Lihat, anak itu sekarang menangis.”

Tan Hankyung menjitak kepala sahabatnya itu dengan pelan. Sedangkan si korban hanya tersenyum canggung dengan sorot musang yang menyiratkan permintaan maaf.

Lee Donghae dan Yesung hanya cekikikan di samping Yunho. Namja berkepala besar dan namja berwajah ikan itu masih sibuk membagikan permen coklat ke anak-anak yang mulai berkerumun di hadapan mereka.

“Sudahlah, kemarilah adik kecil. Siapa namamu, hmm?”

“D-do K-kyungsoo, Hyung.”

Choi Siwon membelai kepala namja kecil di hadapannya. Namja tampan itu mensejajarkan tingginya. Telapak tangannya yang besar mengusap pipi yang sudah basah itu dengan lembut.

“Nah, Kyungsoo. Kau sudah dapat permenmu, kan? Biarkan temanmu yang lain mendapatkannya dulu, jika nanti permennya sisa, Kyungsoo boleh memilikinya, arrachi?”

“P-permen itu bukan untuk Kyungsoo. Kyungsoo mengambil permen lagi untuk Baekhi~”

Namja kecil bermata besar itu menunduk, membuat air mata itu jatuh. Jari-jari kecil itu saling mengait dengan gemetar.

“Dia tidak bisa mengambil s-sendiri, Hyungdeul. Kyungsoo adalah pengganti kaki Baekhi~”

Choi Siwon, Jung Yunho, Tan Hankyung, Yesung, dan Lee Donghae segera megarahkan pandangan ke bagian belakang auditorium. Disana sesosok namja kecil sedang duduk di atas kursi roda. Mata bening itu terlihat sayu menatap teman-temannya yang berlarian sambil memegang permen. Seorang biarawati terlihat sedang menghiburnya.

“Hyung, bukannya kakimu belum pulih? Mengapa kau berjalan-jalan seperti itu?”

“Hyung hanya ingin mengambil air minum, Baby. Kau sudah terlalu capek seharian ini menggantikan pekerjaan Hyung.

“Ck! Kau keras kepala sekali, Hyung. Biar aku saja!”

“Baby, t-tapi…”

“Kalau aku memiliki tenaga yang kuat, aku rela menjadi kaki penggantimu selamanya, Hyung. Karena kakiku ini diciptakan untuk berjalan dan jatuh bersamamu.”

Siwon meraih tangan kecil Kyungsoo dan menggenggamnya lembut. Mereka melangkahkan kakinya menyebrang auditorium. Setelah sampai di ujung lainnya Siwon meraih tangan kecil namja yang duduk di kursi roda lalu meletakkan sebuah permen coklat berbentuk hati di telapak kecil itu.

“Namamu Baekhi, kan? Ini permen dari Kyungsoo, dia yang memintanya untukmu.” Ucap Siwon lembut sambil meraih bahu Kyungsoo yang masih mengusap air matanya.

Mata jernih bocah bernama Baekhi itu bersinar saat melihat permen coklat di tangannya. Namun mata itu kembali redup saat melihat Kyungsoo menangis.

“Kyungsoo-ah~ uljima.”

Ucapan lembut itu membuat Kyungsoo tersenyum lembut. Kedua namja kecil itu saling berpelukan, kemudian mengucapkan maaf dan terima kasih pada Siwon dan 4 sahabatnya yang sudah menyusul. Yunho memeluk Kyungsoo untuk meminta maaf dan dibalas dengan senyuman Kyungsoo.

Cinta itu tidak mengenal usia.

“Baby, selamat hari Kasih Sayang~”

“Ne, Hyung. Selamat Valentine~”

“Hyung selalu mencintaimu. Uhmm, sejak kapan kau mencintaiku, Baby?”

“…”

“Arra, Hyung harus jawab duluan, kan? OK, Hyung mencintaimu sejak lahir~”

“Aku memang tidak mau menjawab, Hyung. Karena cinta tidak mengenal usia dan waktu. Seperti itulah cintaku.”

____Wonkyu____

Hari sudah beranjak sore saat gathering itu berakhir. Gathering itu berakhir dangan penuh bahagia–walaupun lebih banyak anak yang menangis karena tidak mau ditinggal Hyungdeul dan Oppadeul tampan mereka. Ada yang ingin berkunjung ke istana tempat Hankyung bekerja, ada yang ingin ikut Yesung bertemu dengan Kim Ryeowook, dan ada yang ingin melihat koleksi baju pengantin Donghae. Kyungsoo dan Baekhi malah semakin akrab dengan Yunho yang terus saja menceritakan tentang malaikat di surga. Bahkan ada yang histeris ingin menikah dengan Siwon.

“Haaahh~ aku tidak menyangka anak-anak itu menyenangkan sekali. Padahal dulu aku tidak suka makhluk kecil menjengkelkan seperti mereka~”

Pletak

“Ya! Musang! Jaga ucapanmu itu!”

Kalimat Yunho dihadiahi jitakan ‘lembut’ oleh Yesung. Namja bermata musang itu hanya mengaduh keras sedangkan 4 sahabatnya hanya tertawa terbahak-bahak. Saat ini mereka sedang membereskan box-box permen coklat sisa gathering tadi. Mereka berjalan beriringan sambil membawa box-box kosong menuju mobil Siwon di parkiran.

“Taruh saja di bagasi, Hyung. Biar aku berikan bibi pendaur-ulang besok. Terima kasih telah mengajakku hari ini.”

“Aku yang berterima kasih, Siwon-ah. Kau banyak membantu gathering panti asuhan yayasan milik ayahku hari ini.”

Yesung menepuk bahu Siwon sambil tersenyum. Perlakuan itu dibalas senyum yang menampilkan lesung pipi yang tampan.

“Terima kasih juga untuk Hankyung Hyung, Yunho-ah dan Dan Donghae-ah yang juga ikut membantu… ya~ walaupun Yunho lebih membantu memperkeruh suasana~” lanjut Yesung dengan tawa menjengkelkan di wajahnya.

“YA! Hyung Kepala Besar! Gara-gara aku, suasana jadi lebih ceria dan tidak canggung! Lihat saja anak yang tadi menunggangimu seperti kura-kura! Hahahahaha!” sahut Yunho sambil terpingkal-pingkal.

HAHAHAHA!

“Mumpung masih sore, bagaimana kalau kita makan bersama sambil bersantai?! Ditraktir Hankyung Hyung!”

Perkataan Donghae membuaat Hankyung tersedak air botol yang sedang diminumnya, hingga membuatnya terbatuk-batuk.

“Hey, ikan! Jangan bicara sembarangan!” sahut Hankyung galak.

“Sudahlah! Berhubung kalian sudah membantuku, aku yang akan mentraktir kalian!”

Kalimat Yesung membuat Donghae, Hankyung dan Yunho bersorak senang. Kapan lagi bisa makan gratis, pikir mereka bertiga.

“Yey! Let’s Go!”

“Maaf, Hyungdeul. Sepertinya aku tidak bisa  ikut. Aku ada urusan lain.”

Siwon sedikit meringis saat perkataannya itu membuat sorakan senang sahabat-sahabatnya terhenti. Keempat namja di depannya memandangnya heran.

“Ta-tapi, Siwon-ah! Kau harus ikut. Kita belum pernah makan dan menghabiskan waktu bersama, kan?”

“Benar, Siwon-ah. Bisakah kau menunda urusanmu sampai kita selesai makan?”

Yesung dan Donghae mencoba membujuk seseorang yang sudah sangat berjasa kepada mereka ini. Sedangkan Yunho dan Hankyung hanya mengangguk setuju dengan tatapan memohon.

“Tidak bisa, Hyung. Aku selalu melakukan urusan ini secara rutin.”

“Memangnya apa urusanmu itu, Siwon-ah? Jangan bilang kau akan ke Gereja?!” sahut Yunho sambil menyikut siku Siwon.

“Ti-tidak, Yunho Hyung. Aku harus mendengarkan musik.” Jawab Siwon seadanya, tidak tahan melihat 4 pasang mata yang memohon padanya.

“Wah, daebak! Siwon mau ke café! Aku juga butuh musik sepertinya. Kalau begitu kita ikut Siwon dulu, setelah itu makan! Sekalian refreshing~” sahut Donghae sambil berjingkrak-jingkrak.

“SETUJU!”

“Ta-tapi, Hyungdeul. A-aku bukan ma–“

“Wah! Mobilmu luas sekali, Siwon-ah! Sepertinya kita semua muat disini! Ayo berangkat!” 

Belum selesai kalimat penolakan halus Siwon, suara Yunho yang sudah berada di dalam mobilnya membuatnya menghela nafas pasrah. Keempat sahabatnya itu sudah masuk dan duduk manis di dalam Audi hitamnya.

____Wonkyu____

“Kau yakin akan mendegarkan musik di tempat seperti ini, Siwon-ah?”

Saat ini kelima namja tampan itu sedang berjalan koridor besar Rumah Sakit Wooridul Spine Seoul. Salah satu rumah sakit terbaik di dunia itu nampak lenggang. Mungkin karena hari sudah menjelang petang. Membuat pasien dan pengunjung lebih memilih menghabiskan waktu di dalam ruangan daripada menikmati udara musim gugur yang dingin.

Choi Siwon hanya tersenyum ketika Hankyung bertanya dengan nada bingung. Bukan Hankyung saja, ketiga sahabatnya yang lain juga berekspresi serupa.

“Alat musikku disini, Hyung.”

“Oh, kau bisa bermain alat musik? Hebat!” ucap Yesung sambil merapatkan mantelnya.

“Tidak, Hyung.”

Jawaban singkat itu membuat Yesung mengernyitkan dahinya.

“Mungkin dia mau mengambil alat musik dari kerabatnya yang bekerja atau dirawat disini~” bisik Yunho kepada Yesung yang masih belum paham situasi disana.

“Sudahlah! Jangan banyak tanya. Kita yang memaksa ikut tadi!” balas Donghae sambil berbisik pula.

Siwon hanya tersenyum maklum. Ia terus melangkahkan kakinya menuju ruang rawat inap VVIP di lantai 7, sambil sesekali menyapa beberapa Dokter dan Perawat yang terlihat sudah sangat akrab dengannya.

PING

Pintu lift terbuka saat monitor menunjukkan angka 7. Kelima namja itu keluar dengan Siwon yang memimpin. Yunho, Donghae, Hankyung dan Yesung hanya bisa terkagum-kagum melihat koridor besar yang sekarang mereka lewati. Begitu bersih, putih dan mewah. Kentara sekali bahwa Rumah Sakit ini sangat berkelas dan terawat–juga mahal.

Terlalu sibuk terkagum-kagum, keempat namja tampan itu tidak menyadari Siwon tengah berdiri di depan pintu besar dengan nomor 1013.

“Apa kalian ikut masuk bersamaku, Hyungdeul?”

“Eh, aku ikut saja. Aku takut suasana di koridor sepi ini. Bagaimana jika ada mayat berjalan~” sahut Donghae sambil mengambil tempat di belakang Siwon.

“Ck! Tidak ada hal semacam itu!” balas Yesung sambil menjitak kepala namja ikan di sampingnya.

Akhirnya semuanya memutuskan ikut masuk ke ruangan berpintu besar itu. Saat pintu dibuka, mereka disambut beberapa perawat yang langsung saja menyodorkan jas hijau panjang, sebuah penutup kepala, dan masker. Tanpa bayak bicara, mereka memakai semua peralatan perlindungan itu kemudian mengikuti Siwon memasuki ruangan lain dengan pintu kaca buram.

Tit tit tit tit

Bau menyengat obat-obatan dan suara sensor elektrokardiograf-lah yang menyapa panca indra kelima namja itu saat memasuki ruangan serba putih itu. Sebenarnya tidak bebar-benar serba putih. Ruangan itu cukup luas dan berdesain minimalis. Disebelah kanan pintu kaca ada lemari yang berisi beberapa pot bonsai hijau yang segar, beberapa bingkai foto, kotak kado yang belum dibuka dan sedikit banyak boneka ‘pikachu’ dengan berbagai ukuran. Disebelahnya ada satu lagi pot tanaman hijau yang daunnya dibentuk bulat. Sungguh ruangan yang indah dan nyaman. Ditengah ruangan itu terdapat ranjang berukuran king-size berwarna peach dengan bingkai sebuah tirai putih yang tertutup. Peralatan penopang hidup seperti tabung oksigen, CPAP, elektrokardiograf, botol infus dan lainnya berada disisi kanan dan kiri ranjang yang seperti  didesain untuk tempat tidur para raja itu. Di depan tempat tidur terdapat sebuah taman buatan kecil dalam  sebuah kotak kaca. Membuat suasana di sana terasa sejuk walaupun tertutup rapat dari dunia luar.

Tit tit tit tit

“Siwon-ah, kau bilang kau mau mendengarkan musik disini? Aku tidak mendengar musik apapun.” Bisik Donghae sambil menarik ujung jas rumah sakit yang dikenakan Siwon.

Ketiga namja yang lain hanya mengedarkan pandangan kagum ke segala penjuru ‘kamar’ itu. Mana ada kamar rawat semewah dan sebagus ini? Batin ketiga namja tadi.

“Iya, Hyung. Aku memang ingin mendengarkan musik disini–“ jawab Siwon sambil membelai tirai ranjang yang putih dan lembut itu, keempat sahabat di belakangnya hanya memandangnya bingung, “–inilah musikku, ini musik hidupku, Hyungdeul”.

Hening

Tit tit tit tit

Hanya suara elektrokardiograf itu yang terdengar nyaring. Bahkan deru nafas makhluk hidup di dalam ruangan itu seakan tertahan.

“Ak-aku tidak menger–“

“Suara ini adalah tanda kehidupan seseorang yang telah memberiku alasan untuk tetap bertahan selama ini. Suara ini pula yang membuatku berusaha tegar. Membuatku sadar bahwa masih ada hal yang lebih penting daripada kematian.”

Kalimat Yunho terputus oleh kalimat Siwon yang diucapkan dengan nada bergetar. Choi Siwon suaranya bergetar. Hal langka yang pertama kali ditemui empat namja yang masih berwajah bingung itu.

Sret

Dibukanya tirai ranjang itu dengan perlahan oleh tangan Siwon. Tangan itu juga bergetar. Sahabat di belakangnya semakin bingung.

Namun keempat pasang mata itu kembali terbelalak saat melihat apa yang sedang berbaring di ranjang indah itu. Sesuatu yang membuat mereka mengerti semuanya.

Disana. Diantara kasur empuk dan bantal-bantal Pikachu kuning, terbaring sesosok tubuh seorang namja. Kulitnya yang terlihat halus dan seputih salju dibalut piyama Peach bermotif Pikachu yang sangat pas di tubuh rampingnya. Surai ikal kecoklatan itu sedikit menutupi sepasang kelopak mata dengan bulu mata yang lentik. Namun sayang, kedua mata yang bisa dipastikan sangat indah itu tertutup sempurna. Sebuah selang terlihat melintang dibawah hidung mancung itu. Benar-benar seperti seorang malaikat, jika saja selang-selang kecil itu tidak menelusup dibalik piyama imut di atas dadanya yang naik-turun dengan halus itu. Punggung tangan kirinya tersemat selang infus, sedang tangan yang lain terselip sebuah buku kecil yang sedikit tebal. Sebuah Bible.

Sosok yang sangat lembut dan rapuh. Begitu putih, begitu polos. Seperti seorang Malaikat.

“D-dia–“

“Dia adalah hidupku, nyawaku, nafasku, dan detak jantungku. Suara detak jantung inilah musik kehidupanku. Yang akan kupastikan selalu mengalun, dan tidak akan pernah kubiarkan berhenti.”

Kalimat itu sarat akan cinta, kesedihan dan harapan yang dalam. Kalimat yang bisa menampilkan sisi lemah seorang Choi Siwon yang selama ini selalu berusaha terlihat tegar. Dan kalimat yang selalu mengajak butiran bening di matanya untuk tumpah.

Siwon mengelus surai ikal itu dengan lembut dan memberi kecupan hangat di kening pucat itu.

“Annyeong, Babykyu~”

Keempat namja dibelakang Siwon hanya terdiam. Mata mereka sudah berair sejak tadi. Bagaimana bisa seseorang menanggung beban seberat ini dan masih bisa tegar serta memberi semangat kepada yang lain?

Jung Yunho meremas bahu Siwon pelan. Bagaimana bisa bahu itu terlihat kokoh menghadapi kisah yang begitu menyakitkan? Masih beruntung dirinya yang benar-benar ditinggalkan orang yang dicintainya. Sedangkan Choi Siwon? sahabatnya ini dipermainkan oleh takdir dan ketidakpastian. Namun sahabatnya itu masih bisa tegar dan memberinya semangat untuk tidak menyerah. Apa yang ada di hati sahabatnya itu? cinta sejati seorang malaikat, kah?

Tan Hankyung meremas dada kirinya. Merasakan sakit disana. Sakit melihat betapa mirisnya kisah sahabatnya ini. Sahabat yang telah menyadarkannya bahwa kematian itu adalah jalan kesekian. Ia merasa jijik pada dirinya sendiri yang hampir saja menyerah hanya  karena hal kecil yang disebut ‘perbedaan’ menyelinap di antara kisahnya. Sedangkan dihadapannya kini? Cinta sahabatnya tidak lagi diselipi ‘perbedaan’ yang begitu sederhana. Cinta itu diselipi ‘hidup dan mati’.

Kim Jong Woon menghela nafas panjang, mencoba menahan isakan yang mungkin saja keluar. Kisah di depannya membuatnya seakan tertampar. Sekarang ia tahu, bagaimana seorang Choi Siwon memaksanya untuk tidak menyerah. Ia merasa bodoh karena pernah hampir menyerah hanya karena ketidakyakinan dan ketidaksabaran. Padahal yang dihadapannya sekarang adalah cobaan yang membutuhkan banyak kesabaran. Bagaimana ia dulu begitu mudah tergiur godaan kematian? Sementara didepannya seseorang sedang berusaha mati-matian melawan kematian. Semua itu dilalui sahabatnya dengan lapang, bahkan masih bisa-bisanya memberinya semangat baru.

Lee Donghae mengepalkan tepak tangannya dengan kuat. Berusaha untuk tidak tersedu saat itu juga. Kenyataan yang disajikan di depannya lebih dari segalanya yang menyakitkan dalam hidupnya. Namun sahabatnya itu melaluinya dengan lapang dan senyuman, walau menyembunyikan luka besar di dalam yang kapan saja bisa terbuka. Terbuat dari apa hati sahabatnya itu? –dan terbuat dari apa hatinya sendiri? Yang sedemikian mudah menyerah hanya karena masalah takdir. Padahal sahabatnya ini berusaha melawan takdir.

Keempat namja itu bersamaan memeluk sosok pahlawan yang sedang jatuh di hadapannya. Mencoba memberi semangat. Mencoba membalas budi. Pahlawan itu sedang terluka dan membutuhkan energy agar lukanya meringan.

Dan kelima sahabat itu menangis bersama.

“Ba-baby… bertahanlah! Sebentar lagi kita sampai di rumah sakit!”

“H-hy-hyung…ke-kenapa ka-kau me-na-ngis? Ul-j-j-jima.”

“Tuhan, tolonglah dia! Bertahanlah, Baby! K-kumohon…hiks…”

“H-hyung b-boleh ak-ku meminta se-suatu?”

“Hiks…tentu…apapun, Baby.”

“Aku a-adalah Bintang j-jatuh dan Ma-ta-hari-mu. J-jangan–uhuk–per-nah me-nyerah pada a-pa-pun, Hyung. Ter-masuk ke-ma-ti-an, karena ak-ku ju-ga tidak akan–uhuk–menyerah.”

“Hiks…jangan bicara macam-macam, Baby! Kau akan baik-baik saja! AHJUSSI CEPATLAH!!”

“Sa-rang-hae, Siwon H-hyung~”

“Baby, kumohon bertahanlah! Jangan tutup matamu…hiks!”

“…”

“Baby~? BABYKYU BANGUN! JANGAN TUTUP MATAMU SEPERTI ITU! BABYKYU BANGUN!”

“…”

“Baby? CHO KYUHYUUUN!”

.

Malaikat itu jatuh, saat berusaha membagi kekuatan kepada yang lain. Walau sayap tak terlihat itu terluka, namun ia masih berusaha menarik malaikat lain yang sayapnya patah. Mencoba memberi semangat untuk tetap terbang melawan badai dan petir. Luka itu tidak terlihat, namun semakin lama semakin parah. Hanya satu yang bisa menyembuhkan sayap itu. Cinta Sejati.

.

.

 

Fic ini murni BOYSLOVE/ bukan GENDERSWITCH, dan main pair disini adalah WONKYU ^^

FEEL FREE TO REVIEW ^^

Wonkyu is Love,

BabyWonKyu

 

 

 

 

 

 

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
arjioabrian
#1
Chapter 3: Ini FF fav. Saya!!!!
how can you make a lot people crying? Woooahhh.... daebak
Wulwul0705
#2
Chapter 8: Bikin dada sesak... semoga lekas di lanjut dan wonkyu segera bersatu...
Amin
Wulwul0705
#3
Chapter 5: Dongahe kenapa kau takut hantu wkwkkwkw walau sempet nangis tapi cukup terhibur di part ini
Wulwul0705
#4
Chapter 4: Nangis lagi
Wulwul0705
#5
Chapter 3: Sumpah air mata aku netes mulu baca cerita ini...
Wulwul0705
#6
Chapter 2: Sumpah cinta wonkyu manis....
Menyedihkan
Tes...
love2siwon #7
Chapter 4: Ternyata appa yunho pwnyebab babykyu koma...tp jangan balas ke yunho donk siwonnie. Kasian yungo
love2siwon #8
Chapter 3: Siwonnie...nyesek banget sich..semoga baby kyu segera bangun.
love2siwon #9
Chapter 2: Hiks...baru segini aja udh bikin keluar air mata. Sebenarnya baby kyu kenapa?..
love2siwon #10
Chapter 1: Kenapa siwon segitu sedihnya. Apa terjadi sesuatu sm kkyu