The Manager

Description

presented by Ryubi

Main Casts :

-Bang Yongguk

-Kim Jiwon (OC)

Other Casts :

-BAP’s Members

-Han Se Ra (Ara)

Genre :

Little bit Romance, Familyship

Rating :

15- (T)

Don’t copy this freak fanfiction without permission.

Hollaa.. New author is coming. For good readers please leave comment after read this fanfiction. Thanks. ^^

Foreword

 

-flashback ON-

Seoul International Senior High School

Seluruh dunia sedang demam dengan K-Pop. Tak terkecuali denganku. Namun, di saat semua remaja sibuk memilih-milih fandom, aku hanya menjadi fans netral. Aku suka semua boyband, girlband, soloist, band dan lain-lain selama mereka memiliki lagu yang sesuai dengan kesukaanku.

Toh, bukan suatu keharusan aku masuk menjadi fan tetap. Selama fans mereka masih mendukung, bukankah para artis itu sudah senang? Meski aku masuk, apa artis itu akan mengenalku? Tidak! Begitulah alasan menjadi fans netral merupakan pilihan terbaik.  

Namun suatu hari, Ara membawa lagu dan MV BAP di kelas. Ia menunjukkan padaku seluruh tentang BAP dengan semangat membara. Pemadam kebakaranpun tak mungkin bisa mematikan api bahagia itu.

Awalnya, aku tak begitu tertarik. Sama seperti ketika teman lain membawa berbagai jenis boyband dan menunjukkannya padaku. Hanya 3 lagu BAP yang kumiliki saat itu. Karena 3 lagu itu selalu kuputar, perlahan tapi geli, aku menjadi tertarik pada sang Lead Vocal, Jung Daehyun. Gelitik suara dari kerongkongan basahnya membuat dengungan indah di sekitar telingaku. Seluruh waktu istirahat, kumanfaatkan untuk mencari lagu-lagu BAP yang lain karena aku ingin mendengarkan suara Daehyun oppa lebih dalam lagi. Namun, lama-kelamaan aku benar-benar nge-fans pada rookie satu ini. Ara mengetahui ketertarikanku pada BAP. Dan bermulailah kehancuran hubungan kami.

Andwe! Kau tak boleh menyukainya. Aku yang menyukai mereka lebih dulu. Jangan pernah berpikir untuk menyukai mereka, Arra?”

Sejak saat itu, hubungan kami menjadi rusak. Ketika aku berusaha mendekatinya, ia pergi menjauh. Ketika mata kami bertemu, pandangannya segera beralih pada hal lain. Sakit? Iya. Aneh? Iya. Seperti itukah rasa kagum pada boyband itu sampai semua hanya boleh dinikmatinya sendiri?

-flashback OFF-

Bagaimana Ara sekarang? Apa dia masih suka pada BAP? Entahlah. Sejak hubunganku dengan Ara memburuk, aku sama sekali tak mendengar kabar tentangnya. Terakhir aku bertemu dengannya ketika kami lulus SMA. Saat itu aku sudah meminta maaf pada Ara, dan aku berjanji tak akan menyukai BAP lagi. Setelah itu aku tak tahu hubunganku dengan Ara sekarang. Apa dia masih marah atau tidak itu masih menjadi sebuah misteri yang telah bersembunyi selama 2 tahun lamanya.

“Jiwon-a, ambilkan aku minum!”

Seseorang muncul dari ruang tata rias. Aku tersadar dari lamunanku. Segera kupenuhi perintahnya sebelum dia membunuhku dengan beribu kalimat dari mulut manisnya. Aku masuk ke ruang tata rias. Tepat di permukaan pintu tertulis kata yang seharusnya aku hindari sejak dulu. “BAP”.

Ige–” aku menyerahkan sebotol air mineral pada Daehyun. “Gomapta, Jiwon-a,” ucapnya seraya mengusap rambutku pelan.

Ya, kini aku bekerja pada mereka sebagai seorang manager. Di saat aku harus melupakan mereka karena telah menghancurkan hubunganku dengan Ara, aku harus berterima kasih pada mereka karena telah memberiku pekerjaan.

-flashback ON-

Mungkin saat ini semua orang terheran-heran melihat keadaanku. Disaat seluruh warga Seoul berangkat pagi pulang malam untuk bekerja, aku masih terombang-ambing di jalan dengan tumpukan map yang sebenarnya bisa membawaku ke jalan kesuksesan. Namun, nasib baik belum mau singgah ke tempatku. Setelah lulus sebagai sarjana manajemen terbaik se-Korea Selatan, aku harus menganggur seperti ini. Kupikir, aku akan menjadi sukses setelah menjadi sarjana. Ternyata, Tuhan mempunyai rencana lain.

Setiap harinya, kuhabiskan waktuku untuk mencari pekerjaan di sana-sini. Namun, hasilnya nol. Aku sama sekali tak mendapat perkerjaan sampai saat ini. Sialnya lagi, setiap hari ada saja teman satu jurusan yang berpapasan denganku di jalan. Bisa dibandingkan. Aku berpakaian rapi membawa tumpukan map dan tas, turun dari bis tapi untuk mencari pekerjaan. Sedangkan teman-temanku berpakaian rapi membawa tas, turun dari mobil untuk berkerja.

Yang paling menyakitkan saat mereka bertanya, “Jiwon-a, kau bekerja dimana?” “Kenapa kau naik bis? Dimana mobilmu?” “Apa kau sudah sukses sekarang?”

Sering aku hanya tersenyum membalas pertanyaan mereka seraya segera berlalu meninggalkan percakapan yang bisa menghancurkan harga diriku. Akan tetapi, jika keberuntunganku sedang low, aku harus berbincang-bincang lama dengan mereka karena mereka menggeretku masuk ke dalam kedai kopi untuk sekedar mengetahui statusku saat ini. Dan saat itulah akal bulusku beraksi. Aku harus memutar otak, mengobrak-abrik seluruh ruangan bahasa mencari kata-kata yang tepat untuk berbohong tentang statusku.

“Hmm.. aku bekerja untuk salah satu perusahaan di Washington DC. Namun saat ini aku sedang cuti. Karena banyak waktu luang, aku mencari kerja sampingan,” Itu salah satu kebohongan yang kukatakan ketika Haera, saingan terberatku dulu di kampus. Syukurlah, dia hanya mangut-mangut percaya. Jika dia lebih pintar dariku, dia pasti sudah mengkonfirmasi kebenaran ucapanku. Apapun caranya dan bagaimanapun jalannya. Namun sayangnya, dari dulu ia selalu kalah pintar dariku. Makanya, dia langsung percaya.

Aku pergi ke Myeong-dong, berusaha mencari pekerjaan yang layak untuk menghidupiku selama di kota ini. Jika sekarang aku tak mendapat pekerjaan, ayah akan mengirimku ke pabriknya di daerah Ilsan untuk menjadi buruh disana. Dan itu tak boleh terjadi.

Langkah awal, aku menawarkan diri menjadi seorang penjaga toko di salah satu butik yang ada di Myeong-dong. Namun saat itu juga aku langsung di tolak dengan alasan yang sangat menyakiti hati.

“Apa keahlian anda?” tanya pemilik butik yang gaya berpakaiannya bak Hallyu Star.

“Saya sarjana lulusan manajemen terbaik di Eunhee University. Ini data-data saya,” aku menyerahkan beberapa tumpuk map yang berisi kertas-kertas prestasiku di bidang manajemen.

“Apa pekerjaan anda sebelumnya?” tanyanya seraya membolah-balik kertas-kertas dalam map.

            “Saya belum pernah bekerja. Tapi–” belum selesai ku berbicara, ibu pemilik butik memotongnya.

            “Maaf, toko ini mencari seseorang yang berpengalaman untuk bekerja. Bukan hanya berprestasi. Anda lulusan terbaik, tapi anda malah menganggur selama 1 tahun. Itu membuktikan bahwa anda kurang berpengalaman,” ujar ibu pemilik toko ketus.

Untuk kesekian kalinya aku keluar dengan tangan hampa. Beribu penolakan telah kuterima. Jadi, perasaan terpukul sudah biasa kuhadapi. Mungkin hikmah dari semua ini, mental dan perasaanku jadi tahan banting karena seringnya dibanting. Tapi, tangan-tangan lembut ini harus kukorbankan untuk memintal benang di pabrik.

Pabrik? Itu sangat buruk. Padahal ibu ada boutique, kenapa tidak dikirim kesana saja? Pikirku keras.

Baru beberapa langkah keluar dari butik, kerumunan manusia berlari ke arahku. 6 laki-laki dengan tampang panik berlari seperti dikejar-kejar hantu. Kepalaku terasa berat, napas yang keluar tak kalah berat dengannya.

“Mimpi buruk apa lagi ini?” gerutuku diikuti oleh hentakan kaki yang menyebabkan stiletto hitamku berbunyi tok tok di lantai. Setelah kerumunan semakin mendekat, bukan hantu yang mengejar, tapi para wanita dengan jumlah cukup banyak yang dilengkapi dengan banner-banner yang bertuliskan “B.A.P”.  

“Apa aku tak salah lihat? BAP berlari ke arahku? Aku bukan lagi fans BAP. Mengapa aku harus peduli?” gumamku lirih. Aku berusaha mengabaikan BAP yang sedang kewalahan kabur dari para fans. Sekilas kualihkan pandanganku, mencari toko yang bertuliskan WANTED di pintu atau kaca depannya. Namun, pandanganku kembali pada kerumunan manusia tadi. Aku tak bisa mengabaikan mereka. Sisi kemanusiaanku masih bekerja dengan baik.

Satu persatu kupandangi wajah mereka. Wajah-wajah tampan yang dulunya kugemari tampak lelah dan ketakutan. Melihat mereka di kejar-kejar seperti itu, perasaanku tiba-tiba berkata agar aku menolong mereka. Beberapa menit, aku berpikir bagaimana cara menyelamatkan mereka dari fans-fans itu. Karena salah langkah sedikit saja, aku pasti mati di tangan ribuan fans.

            “Ya! Ikuti aku!” aku berteriak pada mereka agar mereka mendengarku. Namun bukannya mendekat padaku mereka malah bingung dan tambah ketakutan.

“Jangan takut aku bukan fans kalian. Cepatlah waktu kita tidak banyak!” tambahku. Mungkin, karena mereka takut tak bisa pulang dengan selamat, mereka memutuskan untuk mengikutiku.

Sementara para fans sedang bingung mencari idolanya, aku berlari, menuntun keenam laki-laki tampan ini pergi keluar dari pusat perbelanjaan. Aku mengajak mereka masuk ke ruangan toko yang masih kosong alias belum ada pemiliknya ataupun barang-barang dagangan.

Hah, hah, hah, berhenti.. berhenti! Kalian sudah aman di sini. Segera pakai penyamaran kalian.”

Napasku tak beraturan karena berlarian menghindari kerumunan fans BAP. Kusatukan kedua telapak tanganku, memohon pada Tuhan semoga aku tak ketahuan telah membawa kabur BAP. Karena jika ketahuan, surga dengan senang hati membuka lebar pintunya untukku.

Mereka segera memakai penyamaran. Kacamata hitam, masker, dan topi, itu yang biasa para Hallyu Star pakai. Aku melihat keadaan di luar. Kerumunan fans terlihat keluar dari pusat perbelanjaan. Aku sangat terkejut karena bola mataku menangkap sosok Han Se Ra di antara kerumunan itu.

“Jadi dia masih fans BAP?” gumamku sedikit kaget.

Dia terlihat sangat akrab dengan para fans. Bahkan para fans seperti mengikuti semua perintahnya. Ara terlihat menyuruh para fans berpencar. Namun, syukurlah ia tak menyuruh fans mencari di kawasan toko kosong yang kami tempati saat ini.

Agasshi, terima kasih atas bantuannya. Siapa nama anda?” Seseorang bersuara rendah seperti suara personil underground menepuk bahuku dari belakang. Dia adalah BAP’s leader, Bang Yongguk.

“Kim Jiwon. Kalian segera pergi dari sini. Sebelum mereka menemukan kita dan mereka akan membunuhkku,” aku segera menyuruh mereka pergi. Namun sepertinya mereka masih bingung dengan perintahku.

Noona, kau tak ingin meminta tanda tangan kita atau berfoto dengan kita dulu?” sang magnae Zelo membuka suara. Dengan sangat percaya diri ia menawariku tanda tangannya. Aku segera meraih selembar kertas berlukiskan tanda tangan si magnae bertubuh tinggi.

Gomawo,” ucapku singkat dan di sambut oleh senyum childish dari si magnae.

“Tapi Jiwon-ssi, maukah kau menemani kami keluar dari tempat ini? Sungguh, kami tak tahu kami ada di mana saat ini. Setidaknya bantu kami menemukan tempat parkir,” pinta seorang yang memiliki suara sangat indah yaitu sang lead vocal Daehyun. Laki-laki yang dulu kukagumi sampai aku harus putus hubungan dengan sahabat baikku.

Jujur , sebenarnya aku masih sangat senang bisa bertemu dan membantu mereka seperti ini. Saat ini, aku ingin waktu berhenti agar aku bisa terus bersama mereka. Namun, aku tak bisa. Mereka telah menghancurkan persahabatanku dengan Ara. Lagipula aku sudah berjanji pada Ara untuk tidak menyukai mereka lagi.

Huft, baiklah. Ikuti aku!”

Aku bagaikan induk bebek yang menuntun anak-anaknya menghindari ular. Para personil BAP sangat patuh padaku dan mengikutiku dari belakang. Padahal mereka belum mengenalku. Sepertinya mereka langsung percaya padaku. Atau mungkin saja karena memang tidak ada pilihan lain sehingga mau tak mau mereka harus percaya padaku.

Hah, seandainya aku orang jahat, pasti aku sudah menggiring kalian menuju para fans.”

Ucapanku seakan telah melunturkan kepercayaan mereka padaku. Mereka diam di tempat, jauh di belakangku, dan tak mengikutiku lagi. Benar-benar diam, tak mau melanjutkan langkah sedikitpun. “Mereka bodoh atau sedang khawatir?” gumamku pelan.

“Jiwon-ssi, kau menipu kami?” tanya Yongguk padaku.

Aku mendekat pada mereka. Mungkin mereka memang masih panik, jadi wajar jika mereka seperti ini. Aku menggandeng tangan Yongguk, menariknya agar ia bergerak mengikutiku. Tidak ada perlawanan darinya sedikitpun. Betapa paniknya mereka sampai-sampai sang leader–pun mudah percaya dengan orang lain. Seketika saja yang lain mengikuti kami dari belakang.

“Jika aku menipumu, sedari tadi aku tak mungkin masih melindungi kalian seperti ini.”

Setelah mencapai parkiran, ternyata ada 3 fans sedang mencari BAP. Aku segera menghentikan langkah. “Dimana mobil kalian?”

Yongguk segera menunjuk mobil mereka yang terletak berlawanan arah dengan posisi para fans. Aku segera memberi aba-aba pada mereka agar berjalan dengan tenang tanpa menarik perhatian. Satu persatu kami berjalan tenang menuju mobil. Syukurlah, kami berhasil sampai mobil dengan selamat, sentosa, dan tidak kurang satu apapun.

“Jiwon-ssi masuklah! Kami akan mengantarmu pulang,” tawar Daehyun padaku. Aku menggeleng pelan. Tiba-tiba Zelo dan Jongup menarikku masuk ke dalam mobil.

“Ayolah, Noona! Setidaknya biarkan kami berterima kasih padamu,” rayuan manja Zelo berhasil membuatku mengikuti keinginan mereka.

Kini, aku duduk di depan bersama Yongguk yang sedang menyetir di sampingku. “Dimana manager dan supir kalian? Mengapa kalian berani jalan sendiri tadi? Bukankah itu berbahaya bagi para Hallyu Star seperti kalian?”

Manager kami mengundurkan diri tadi pagi. Ia akan menikah sehingga tidak bisa mengurusi kami lagi. Sedangkan sopir tadi pagi izin sakit. Padahal hari ini kami ada schedule di sekitar sini. Jadi, ya mau gimana lagi? Ngomong-ngomong apa yang kau lakukan di Myeong-dong?” penjelasan panjang lebar berakhir dengan pertanyaan yang sangat tidak ingin kujawab. Mendengarnya saja membuatku ingin loncat dari dalam mobil van.

Tidak!! Bagaimana aku harus menjawab? Pikirku keras.

Eh, tunggu dulu. Dia tidak kenal siapa aku. Jadi, jika aku jujur tak masalah, bukan? Seringai puas terbentuk di wajahku.

“Aku sedang mencari pekerjaan,” jawabku singkat tapi jujur. Baru kali ini aku jujur soal status yang satu ini.

Yongguk mengangguk pelan. Semua terasa tenang sekarang. Para member lain sudah terlelap karena kecapekan setelah aksi hide and seek tadi. Yongguk sedang fokus menyetir jadi aku tak berani tanya macam-macam padanya.

“Yongguk-ssi, aku turun di Hannam-dong,” perintahku.

“Hannam-dong? Kami juga tinggal di sana. Dimana tempat tinggalmu?” tanya Yongguk bersemangat.

Oh, tidak. Aku lupa kalau TS Ent. adalah tetanggaku. Aku juga lupa kalau BAP adalah artis TS Ent. Kalau begini kapan aku bisa move on? Pikirku seraya mengetuk kepalaku pelan.

“Berhenti saja di gedung TS Ent! Setelah itu, aku akan jalan kaki,” aku pasrah dengan jawabanku. Setidaknya aku tak memberitahu Yongguk dimana apartemenku.

“Baiklah. Pasti tempat tinggalmu dekat dengan tempat kami. Jiwon-ssi, kau tadi bilang ingin mencari pekerjaan, kan? Bagaimana jika kau menjadi manager kami?” Yongguk menawarkan pekerjaan padaku. Tepat sekali. Lulusan manajemen bisa menjadi seorang manager. Tapi, jika aku menjadi manager mereka itu berarti aku harus selalu dekat dengan mereka. Kalau kutolak bisa jadi aku menganggur selamanya. Ayah dan ibu tak selamanya akan membiayaiku. Aku tak mau masuk pabrik kotor dan bisa membuat perawatan yang kulakukan selama ini menjadi sia-sia. Baiklah, ini pilihan terakhir. Sepertinya aku tak akan pernah bisa move on.

“Baiklah. Kapan aku bisa mulai?” Yongguk melirik jam tangannya. Ia mengalihkan pandangan ke arahku dan tersenyum lebar.

“Sekarang. Biasanya manager kami selesai bekerja sangat larut sekitar jam 12 malam jika jadwal kami padat. Karena sekarang masih jam 8, kau sudah bisa menjadi manager kami.”

Yongguk menjelaskan apa saja pekerjaan yang harus kulakukan sebagai manager. Ia bahkan menunjukkan seluruh jadwal BAP untuk esok dan seterusnya.

“Bukankah kali ini jadwal kalian sedang kosong? Jadi aku bisa pulang awal, kan?” Yongguk menggeleng. “Kali ini tugasmu adalah mengantarkan kami ke tempat tinggalmu. Karena biasanya kami harus meneliti manager kami.”

Tugas yang aneh. Tapi, tak masalah juga jika ia ke apartemenku. Lagipula, ia hanya melihat-lihat.

Kami sampai di depan gedung TS Ent. Yongguk membangunkan adik-adiknya dan menyuruh mereka masuk lebih dulu.

Noona, kau masih disini?” Tiba-tiba Zelo menepuk pundakku pelan. Dengan wajah ngantuknya, ia masih sempat bertanya padaku.

“Sebentar lagi aku pulang. Aku masih ada urusan dengan Hyung-mu.”

Zelo menyipitkan matanya. Sepertinya, ia bingung dengan apa yang akan aku lakukan dengan Yongguk. Namun, ia tak peduli dengan urusanku dan berpamitan pergi ke dorm bersama para member lain.

Yongguk mengajakku ke sebuah ruangan yang bertuliskan CEO di depan pintunya. Yongguk menyuruhku menunggu di luar. Beberapa saat kemudian Yongguk menyuruhku masuk. Di dalam ruangan aku seperti melakukan interview. Bersyukurlah aku karena aku seorang sarjana managemen. CEO memberiku sebuah lembar kontrak. Setelah kuteliti, aku menandatangani kontrak tersebut. Kemudian Yongguk dan CEO juga menandatangani kontrak itu. Kini aku telah resmi menjadi manager BAP. Yang aku herankan, disini aku bekerja tanpa batas waktu. Maksudnya aku bisa keluar kapan saja ataupun aku bisa bekerja selama yang aku mau.

Yongguk mengantarku pulang. Ia sedikit terkejut karena ternyata tempat tinggalku berada tepat di samping dorm-nya. Betapa bodohnya aku tak pernah menyadari keberadaan mereka.

“Bagaimana kau bisa bertetanggaan dengan kami?” tanya Yongguk penasaran seraya mengelilingi setiap sudut apartemenku.

“Entahlah. Aku baru pindah 1 minggu yang lalu. Mungkin kalian sedang keluar kota selama 1 minggu lebih. Jadi kalian tidak mengetahui keberadaanku.”

Kami berbincang-bincang cukup lama. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Yongguk berpamitan. Aku melihatnya memasuki apartemen sebelah. Jadi benar, BAP adalah tetanggaku. Bodohnya diriku!!! Hari yang cukup aneh. Mungkin, dewi Fortuna sedang berbaik hati kali ini. Semoga semuanya berjalan lancar. Semoga~

-flashback OFF-

BAP sedang bersiap-siap untuk menghadiri M!Countdown. Mereka sedang bersiap comeback 1st album mereka “1004 (Angel)”. Aku melihat mereka sedang beraksi di atas panggung. Seraya menunggu mereka selesai, aku sempatkan waktuku untuk beristirahat. Sejak mereka launching 1st album mereka, aku jarang beristirahat. Sama seperti mereka.

“Jiwon-a, bangunlah! Mari kita pulang!”

Himchan membangungkanku seraya menggoyang-goyangkan tubuhku. Satu jam indah telah kulewati. Meski tubuh masih remuk, belum kembali seperti semula. BAP menyelesaikan seluruh acaranya hari ini. Sekarang waktu kami untuk pulang dan beristirahat karena besok jadwal BAP masih sangat padat.

Kami telah sampai di apartemen. Aku mengucapkan salam pada BAP dan segera masuk kedalam.

“Ah… Sudah berapa lama aku tak pulang?” aku merebahkan tubuhku di atas kasur empukku. Serasa baru pulang setelah berbulan bulan tak pulang. Tiba-tiba ponselku berbunyi. Dengan malas, kuraih ponselku dari dalam tas. 6 messege dan 1 pesan Kakao grup. Aku tersenyum melihat 6 pesan masuk dalam ponselku. Tampaknya 6 setan itu masih mengingatku walau mereka sangat lelah. Masing-masing dari mereka selalu mengirimiku pesan ucapan setiap pagi setelah bangun tidur, dan saat malam hari ketika kami menyelesaikan schedule.

Kubuka pesan di Kakao grup. Ternyata pesan itu berasal dari salah seorang teman SMA seangkatan denganku. Sebuah reuni akan diadakan di daerah Cheongdam-dong lusa. Segera kucari kontak Ara. Aku memberanikan diri menelepon Ara untuk menanyakan tentang acara itu karena kurasa Ara belum tidur. Aku yakin ia baru saja sampai rumah setelah menonton comeback-nya BAP tadi di gedung Mnet. Aku melihatnya tadi. Dibarisan paling depan dengan lightstick matoki hijau di tangannya.

“Yeoboseyo~ Ara-ya, kau ikut reuni itu?”

“Ya! Kupikir kau lupa padaku. Sejak 2 tahun lalu kau sama sekali tak menghubungiku. Kemana saja kau? Pasti aku ikut dong! Aku kangen dengan teman-teman lama kita. Kau sendiri bagaimana?

“Maaf, 2 tahun ini aku sungguh tak pernah berhubungan dengan siapapun. Saat itu aku ingin focus menyelesaikan studiku. Jika kau datang, aku juga akan datang ke acara itu.”

“Eh, kau tinggal dimana sekarang?”

“Emm… Hannam-dong. Ara-ya aku tutup dulu, ya? Aku akan menceritakan semuanya padamu ketika kita bertemu di reuni nanti. Annyeong!”

Saat ini aku belum bisa menerima pertanyaan macam-macam dari Ara. Aku tahu ia pasti sangat penasaran kenapa aku tinggal di daerah tempat tinggal BAP. Dari percakapan tadi, aku pikir Ara sudah tak marah lagi padaku. Tapi, bagaimana sikapnya padaku nanti jika aku memberitahunya tentang kedekatanku dengan BAP?

Cahaya matahari langsung dari ruang angkasa turun miring ke bumi, menyambangi kamarku yang rapi nan bersih. Tak sungkan-sungkan cahaya itu menggelitik kedua mataku, memaksaku untuk membukanya. Dengan malas, perlahan kubuka kelopak mataku. Langsung saja aku disambut bayangan seorang perempuan dengan tampang acak-acakan baru bangun tidur yang memantul di cermin rias tepat di depanku.

“Selamat pagi, Jiwon-ssi. Ternyata teknik sleeping beauty-mu belum berhasil. Lihatlah! Rambut macam rambut singa. Mata sayu macam melati layu. Bibir basah membentuk aliran sungai di sekelilingnya. Wow! Bagaimana jika kau menikah nantinya? Apa suamimu mau tidur bersamamu?”

Aku bergumam dengan bayangan diriku di kaca. Sebelum aku tambah malu melihat bayangan diriku sendiri, kuputuskan untuk bergegas mandi. Membenahi setiap sudut tubuhku yang remuk akibat mengurusi 6 setan tampan dari apartemen sebelah.

Asap-asap tipis keluar dari kamar mandi. Mandi air hangat membuat seluruh tubuhku seperti tertata ulang. Segera kumenuju lemari besar di samping kamar mandi. Ketika aku membuka lemari itu, sebuah kaos putih berenda di bagian leher, blazer berwarna biru dan celana jins ketat biru menarik perhatianku.

Kini, tubuhku sudah rapi, berbalut baju yang tak terlalu santai tapi tak terlalu resmi juga. Setelah semua selesai kurias, kuraih sepatu kets biru kesayanganku, dan segera keluar menuju apartemen sebelah. Mengingat jadwab BAP yang padat aku tak bisa menunda-nunda waktu lagi.

Dorm BAP sangat sepi. Belum ada tanda-tanda kehidupan di ruangan ini. Ternyata, 6 setan itu masih terlelap di kamar mereka. Bahkan mereka tak mengganti pakaiannya sejak kemarin malam. 

“Tumben kalian tidur dalam satu ruangan. Aduh, mesranya!!” aku segera mengambil ponselku di dalam tas. Segera kuambil beberapa jepret foto.

Momen yang benar-benar jarang kutemui. Himchan menggunakan lengan Yongguk sebagai bantal. Zelo dan Jongup tidur saling berhadapan dengan kaki mereka saling bertumpuk-tumpuk menyilang. Youngjae dan Daehyun terlihat lebih ekstrime. Mereka berada dalam satu selimut dan saling berpelukan.

Aku mulai menepuk mereka satu persatu. Namun, mereka hanya menggeliat, enggan membuka mata. “Jika kalian tak bangun sekarang, foto ini akan kusebar.” Mereka bergegas bangun namun masih terduduk malas.

“Foto apa?” tanya Yongguk padaku seraya mengucek-ucek kedua mata menggunakan punggung tangan kanannya. Aku menunjukkan foto-foto mesra hasih jepretan yang masih hangat pada mereka satu persatu.

Noona, kau pasti mengedit itu? Bagaimana aku bisa tidur seperti itu dengan Zelo?” ucap Jongup menentang foto mesranya dengan Zelo.

“Haha~ jadi kau yang selalu menghangatkanku setiap malam?”  ucap Youngjae pada Daehyun seraya memeluknya riang seperti anak TK. Adegan mereka berdua berhasil membuatku dan yang lain jijik. Aku segera keluar dari ruangan itu seraya menyuruh mereka mandi.

Setelah mereka selesai, kami langsung menuju mobil. Jadwal pertama kami adalah fanmeeting di Busan. Perjalanan dari Seoul ke Busan memakan waktu cukup lama. Setelah aku menjadi manager, aku juga merangkap sebagai sopir. Sedangkan keenam laki-laki yang kuurusi duduk di belakang tertidur lelap kecuali Yongguk. Ia selalu menemaniku berbicara ketika menyetir walau sebenarnya ia juga ingin beristirahat seperti yang lainnya. Yongguk benar-benar seorang leader yang perhatian.

Sampai di Busan, kami langsung di sambut oleh teriakan para fans. Aku segera mempersiapkan penyamaranku karena aku melihat ada Ara diantara kerumunan fans. Anak manis itu sepertinya sudah menyatu dengan BAP. Dimana BAP singgah, di situ pasti ada Ara. Kecuali ketika BAP sedang di dorm. Walau Ara sangat menyukai BAP, Ara bukanlah sasaeng fans.

Kami segera menuju ruangan fanmeeting. Sementara BAP sedang sibuk dengan para fans, aku juga mulai sibuk dengan jadwal mereka. Para produser meneleponku untuk mengatur jadwal BAP. Pandanganku tak pernah lepas dari iPad 10 incs. Tanganku dengan cekatan menari-nari diatas layar yang screen guard-nya mulai rusak karena keseringan disentuh-sentuh. Jadwal mereka penuh sana sini.

Sembari mengotak-atik iPadku, tiba-tiba aku teringat acara reunianku besok. Segera ku-check jadwal mereka untuk besok. “Ah, syukurlah hanya sampai pukul 18.00,” gumamku lega.

Fanmeeting telah selesai. Aku bergegas menemui 6 laki-laki yang terlihat capek namun masih tetap senyum sumringah karena bangga setelah bertemu ribuan fans mereka. Aku menyerahkan makanan dan minuman yang telah kusiapkan untuk mereka. Setiap istirahat, kami selalu berbincang-bincang ria. Kali ini, aku yang membuka percakapan lebih dulu.

“Kalian sudah bekerja keras! Setelah ini, kalian ada pemotretan di sungai Han. Cepat habiskan makan kalian dan kita langsung berangkat!”

Seperti biasa, mereka selalu mengeluh ketika mereka mendengar schedule mereka yang lumayan padat. Namun, saat dijalani, mereka tidak pernah mengeluh. Malah mereka sangat bersemangat ketika berada di depan kamera.

Aku harus izin pada mereka sekarang. Jika aku izin besok, bisa jadi jadwal mereka akan berantakan. Tapi sebenarnya, aku tak begitu tega meninggalkan mereka. Bagaimana jika terjadi sesuatu pada mereka seperti kejadian yang lalu? Dikejar-kejar fans ketika mereka di tinggal oleh manager mereka. Tapi, jika tidak ikut reuni, Ara akan semakin membenciku karena aku tak segera jujur padanya. Baiklah, semoga ini keputusan yang benar.

Guys, besok jadwal kalian hanya sampai pukul 18.00. Setelah itu kalian bisa langsung pulang. Dan, aku mau izin menghadiri acara reuni SMA-ku di Cheongdam-dong. Bolehkah?” Semua menjadi diam. Raut wajah mereka langsung berubah menjadi raut kekecewaan.

“Kau sudah izin pada CEO?” tanya Yongguk. Aku mengangguk yakin.

Noona benar-benar harus pergi? Cheongdam-dong itu jauh lho. Nanti kau kecapekan!” tanya Zelo. Aku kembali mengangguk yakin.

Yongguk menyuruh dongsaeng-nya berkumpul. Sepertinya mereka sedang berunding, membuat keputusan membolehkanku pergi atau tidak. Dengan raut wajah yang masih kusam Yongguk dan yang lain sepakat untuk mengizinkanku pergi.

“Ah, syukurlah. Gomawo, guys! Ingat! Langsung pulang! Jangan pergi kemana-mana! Jika seandainya ada produser menghubungi kalian, segera tolak. Arraseo?” mereka melayangkan anggukan lemah pertanda setuju.

Keesokan harinya, schedule BAP berjalan lancar sampai dengan pukul 18.00. Sebelum pergi, aku mengantar mereka pulang ke apartemen.

“Sudah sampai! Istirahat yang cukup. Aku sudah menyiapkan makanan spesial untuk kalian hari ini.” Mereka hanya mengangguk pelan seraya turun dari mobil, kecuali Yongguk.

“Kau tidak capek? Apa kuantar saja?” tawar Yongguk. Aku menggeleng seraya melontarkan senyum padanya.

“Aku baik-baik saja. Kau tak usah mengantarku. Urusi saja adik-adikmu. Jika ada produser yang menelepon langsung tolak! Atau jika CEO mau mengantar, kalian pergi di temani CEO.” jelasku pada Yongguk. Aku yakin dia bisa mengerti. Dia kan sudah dewasa.

“Ok. Hati-hati di jalan. Jika ada apa-apa langsung hubungi aku!” ucapnya seraya keluar dari mobil. Kuacungkan jempol kanan yang berhasil membuat Yongguk menampakkan deretan gigi dan gusi merahnya.

Aku bergegas pergi sebelum Yongguk berubah pikiran. Aku hanya bisa tersenyum lebar jika mengingat ekspresi mereka ketika kutinggal. Sebegitu pentingkah diriku sehingga mereka berlagak seperti akan berpisah selamanya denganku?

Tenang anak-anak! Aku pasti kembali. Pekikku dalam hati.

Setelah beberapa jam perjalanan, akhirnya aku sampai di tempat reuni di sebuah cafe elit di Cheongdam-dong. Semua teman-teman yang lama tak kutemui langsung menyambut kedatanganku. Termasuk Ara. Ia langsung saja berlari kearahku dan memelukku.

Ara sudah tak marah lagi denganku. Semoga berita ini juga tak akan membuatnya marah kembali. Pikirku.

Suasana sangat riuh. Banyak teman yang saling sharing tentang pekerjaan mereka. Kini, aku tidak malu lagi karena aku sudah punya pekerjaan. Tapi ketika giliranku bercerita, aku harus hati-hati. Karena aku tak mau hubunganku dengan Ara rusak lagi.

Sebelum sempat bercerita, Ara menarikku keluar dari gerombolan. Seperti dugaanku, Ara segera melontarkan bermacam-macam pertanyaan padaku. Termasuk pertanyaan tentang BAP.

Ya! Kau bilang kan kau tinggal di Hannam-dong, kau tinggal di wilayah mana? Apa kau tau TS Ent? Tempat agensi BAP. Jangan-jangan kau tinggal di sana karena ingin men-stalker BAP, ya? Tak apa! Aku sudah tak melarangmu menyukai BAP kok. Maaf, karena dulu aku melarangmu menyukai mereka. Kau tahu, sekarang aku menjadi ketua perkumpulan para Baby wilayah Gangnam. Wah, bukankah aku sangat hebat?” aku hanya tersenyum mendengar ocehannya. Ara masih sama seperti dulu. Sangat cerewet dan rasa penasaran yang sangat besar.

Stop! Aku jawab satu persatu, oke? Kau sudah tak marah, bukan?” Ara mengangguk mantap. “Aku ingin jujur. Sebenarnya aku tinggal di Hannam-dong bukan atas kemauanku. Tiba-tiba saja orang tuaku memindahku ke sana karena mereka harus pergi ke Canada. Ya, aku tahu TS Ent. Karena mereka adalah tetanggaku. Dan sungguh aku tak tahu apapun tentang ini,” kuambil jeda sejenak. Kutarik napas dalam-dalam, bersiap menerima kemungkinan terburuk atas respon Ara. Ara masih fokus padaku.

“Tapi setelah 1 minggu aku tinggal di apartemen dekat TS Ent, ternyata dorm BAP terletak tepat di samping apartemenku. Aku pun baru mengetahui mereka tinggal di sebelahku karena pertemuan kami di Myeong-dong. Saat itu, aku sedang mencari pekerjaan di sana. Namun, tiba-tiba aku melihat mereka dikejar-kejar fans. Kemudian aku putuskan untuk membantu mereka kabur dari fans. Sebagai ucapan rasa terima kasih, mereka mengantarku pulang. Dan sejak saat itu aku tahu bahwa mereka tetanggaku. Selain itu karena mereka mengetahui bahwa aku sedang tidak memiliki pekerjaan, mereka menawariku untuk menjadi manager mereka,”

“Lalu?” tanya Ara penasaran. Ara terlihat masih terlihat tak percaya dengan ceritaku.

“Ya, karena aku sangat butuh pekerjaan, aku menerima tawaran mereka. Dan tepat sekali dengan bidangku yaitu manajemen.” hela napas lega mengiringi ending cerita. Akhirnya, Aku bercerita panjang lebar pada Ara, menceritakan seluruh dengan jujur.   

“Hahahah… Jiwon-a, kau fans labil, ya? Jangan mengarang cerita seperti itu lah! Aku sudah sering mendengar cerita seperti itu dari fans-fans yang labil. Kau ini sudah dewasa. Aduh, perutku sakit!! Haha~”

Ara tertawa lantang setelah mendengar ceritaku. Sebenarnya aku kecewa dengan respon Ara. Tapi, ya sudahlah. Yang penting aku sudah jujur.

Di sela-sela percakapanku dengan Ara, tiba-tiba Daehyun datang tanpa menggunakan atribut penyamaran satupun dan langsung menghampiriku dengan napas tak beraturan. Seluruh penghuni cafe kaget melihat kedatangan Daehyun, tak terkecuali Ara.

Ara kaget melihat Daehyun datang menemuiku dan langsung terduduk lemas di lantai. “Ara-ya, Gwenchana?” aku segera mendudukkan Ara kembali ke kursinya.

“Jadi, kau benar-benar manager BAP?” aku hanya mengangguk pelan padanya. Alhasil, Ara malah pingsan sekarang. Segera kudekati Daehyun seraya memukulnya pelan.

Ya! Kenapa kau kemari? Kau mau cari sensasi disini?” namun Daehyun  malah berbalik memukulku keras.

“Jiwon-a, Yongguk hyung sekarang di rumah sakit dan kau tak bisa kuhubungi sama sekali. Bagaimana aku tak panik, hah? Kau tahu bukan jika ia alergi dengan udang? Tapi kau malah memberi kami makanan itu.” jelas Daehyun dengan sedikit berteriak padaku. Pernyataan Daehyun langsung membuatku lemas. Astaga! Bagaimana aku bisa lupa kalau Yongguk alergi udang. Dan sekarang Yongguk sakit karena aku.

Aku langsung menarik Daehyun keluar dari cafe. Sebelumnya aku telah berpamitan pada Yura dan berpesan padanya agar menjaga Ara.

Daehyun segera membawaku ke parkiran untuk mengambil motornya. “Orang TS belum ada yang tahu tentang keadaan Yongguk hyung saat ini. Kami membawanya diam-diam ke rumah sakit. Kami tak ingin kau kena masalah. Kami tak ingin kehilanganmu.”

Pabboya! Seharusnya kau sudah memecatku saat ini! Setelah Yongguk sembuh aku akan mengundurkan diri. Aku tak becus mengurus kalian. Aku tak ingin satu persatu dari kalian jatuh sakit karena diriku.”

“Sudah kubilang kami tak ingin kehilangan dirimu! Kami menyayangimu! Apa selama ini kau tak merasakannya? Jiwon-a, tanpa kau, kami juga tak akan seperti sekarang. Sebelumnya jadwal kami akan keteteran, hidup kami tak ter-urus. Tapi setelah kau datang, semuanya berjalan dengan lancar.” Tutur Daehyun. Dalam keadaan seperti ini pun mereka masih sempat memikirkanku. Sebegitu sayangnya kah mereka padaku?

Tak terasa bulir-bulir kecil menetes dari pelupuk mataku. Pernyataan Daehyun telah membuka pikiranku. Disini aku bukan hanya sekedar manager bagi mereka. Namun juga sebagai keluarga. Bagaimana bisa seorang anggota keluarga menginggalkan keluarganya? Tapi jika CEO memecatku karena kejadian ini, aku pun tak bisa berbuat apa-apa.

Kami diam dalam tenang. Masing-masing dari kami diselimuti rasa panik. Aku tak berani mengajak Daehyun berbicara lagi. Sepertinya emosinya sedang tak terkendali.

Kami telah sampai di rumah sakit. Setibanya kami di ruangan Yongguk ternyata sudah banyak orang dari TS didalam, termasuk CEO kami. Sebelum aku sempat masuk, CEO telah menarikku menjauh dari ruangan.

“Pasti dimarahi,” Pekikku lirih.

CEO menghela napas panjang. Kelihatannya, ia sedang mempersiapkan ancang-ancang untuk memarahiku, “Disini kau memang tak salah sepenuhnya. Mereka yang sulit di beritahu. Jujur, aku telah berulang kali mengganti manager mereka. Mereka tak pernah mau menurut pada manager mereka ataupun padaku. Namun, ketika kau datang hari itu, aku merasa hanya kau yang bisa mengurus mereka. Karena baru pertama kali mereka meminta seorang manager. Jadi, kuharap kau mau terus menjaga mereka dan berjanji kejadian seperti in tidak akan terulang lagi.”

“CEO, kau tak memarahiku?” CEO hanya menggeleng seraya berpamitan denganku karena masih banyak urusan di kantor.

Dengan sedikit linglung, aku masuk kamar Yongguk. Aku di sambut dengan bermacam-macam pertanyaan dari para biang kerok. Mereka penasaran dengan percakapan antara aku dan CEO. Namun tak satupun kujawab. Sebab saat ini, hanya keadaan Yongguk memenuhi pikiranku.

Pandanganku tertuju pada orang yang terbaring lemah diatas tempat tidur. Aku segera menuju tempat tidur Yongguk.

Gwenchana? Apa yang kau rasakan sekarang? Mana yang sakit?”

Tiba-tiba Yongguk membungkamku, “Aku hanya demam, pabbo!” Ucapnya seiring mengetuk pelan dahiku. Kupegang dahi Yongguk dan ternyata benar dia demam. Lho demam? Bukannya alergi udang?

“Bukannya seharusnya kau gatal-gatal dan memerah karena makan udang. Tapi kenapa kau demam?” tanyaku bingung. Yongguk mengerutkan dahinya.

Aku mencium bau konspirasi di sini. Segera kumenoleh ke belakang. Dan benar saja. Kudapati kelima setan kecil terkikik bersama-sama karena telah membodohiku. Aku memicingkan mata pada mereka. Mereka langsung membungkuk meminta maaf padaku. Rasanya, aku ingin tertawa keras melihat ekspresi bersalah mereka. Tapi tak mungkin karena manusia di sampingku sedang terbaring sakit.

Aku mengambil mangkuk berisi bubur yang terletak di atas meja. “Kenapa bubur ini masih utuh?” Yongguk segera membungkam mulutnya dengan 2 tangan seraya menggeleng cepat.

“Kau makan bubur ini atau aku pergi lagi?” Yongguk mendapat tatapan maut dari para dongsaeng-nya. Akhirnya ia menyerah. Perlahan ia membuka mulutnya. Kusuapkan bubur dalam mulutnya sebelum mulutnya kembali tertutup.

“Makan yang banyak! Agar kau cepat sembuh!” setan kecil lainnya hanya melihat kami seraya menyoraki kami. Mungkin karena adegan ini terlihat sangat romantis. Tak kuhiraukan ejekan mereka dan aku terus menyuapi Yongguk yang mulai suka dengan bubur ini.

Selama 3 hari, BAP tampil tanpa sang leader. Ara terus mengirimiku pesan berisi berbagai macam pertanyaan tentang kegiatan BAP. Ia sudah tak marah lagi padaku. Bahkan sekarang ia memperalatku untuk mendapat berita-berita terbaru tentang BAP. Dan aku juga memperalat BAP untuk mempererat hubunganku dengan Ara. Grup yang dulu membuatku jauh dari Ara, kini malah kugunakan untuk mendekatkanku dengan Ara.

Ya, aku tak pernah membayangkan aku akan memiliki hidup seperti ini. Hari-hari anehku terus berjalan. Aku sangat bersyukur memiliki BAP sebagai keluarga di sampingku. Kuharap, hidup aneh ini tak akan pernah berakhir. Dan semoga BAP tetap jaya dan aku tetap bisa menjadi manager mereka selamanya.

FIN ^^

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet